Tanggal 2 Januari 2025 menjadi hari yang penting bagi pasar minyak dunia. Pada hari pertama perdagangan tahun 2025, harga minyak mencatat kenaikan tipis, di tengah sorotan para investor yang kembali fokus setelah liburan, mengamati dinamika pemulihan ekonomi China dan potensi lonjakan permintaan bahan bakar dunia.
Harga Minyak Naik Tipis di Awal Tahun 2025
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent meningkat 46 sen atau sekitar 0,6%, menetap pada level US$75,10 per barel. Senada dengan itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami kenaikan 0,7% atau 49 sen, menjadikannya US$72,21 per barel. Sesi penutupan sebelumnya telah menunjukkan kenaikan sebesar 73 sen, indikasi bahwa ada sentimen positif di pasar minyak.
Fokus Ekonomi Global di Tahun 2025: Kebangkitan China dan Gejolak AS
Naiknya harga minyak ini tak lepas dari pidato Presiden China, Xi Jinping, pada momentum Tahun Baru. Dalam pidatonya, Xi menyampaikan bahwa pemerintah China akan menerapkan kebijakan yang lebih proaktif guna menggerakkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2025. "China akan fokus pada kebijakan yang mendorong pertumbuhan berbasis inovasi dan penguatan sektor-sektor strategis," katanya dalam pernyataan yang disiarkan secara nasional.
China, sebagai salah satu konsumen minyak terbesar dunia, memainkan peran signifikan dalam dinamika permintaan global. Berdasarkan survei resmi yang dirilis baru-baru ini, aktivitas manufaktur di negara tersebut nyaris stagnan pada Desember. Namun, sektor jasa dan konstruksi mulai menunjukkan pemulihan signifikan, menjadi indikasi positif aliran stimulus yang diharapkan segera merambah sektor ekonomi secara luas.
Risiko Geopolitik dan Kebijakan AS: Tarik Menarik Dampak Ekonomi
Di sisi lain, dinamika politik dan ekonomi di Amerika Serikat, khususnya kebijakan tarif yang diusulkan oleh Presiden terpilih, Donald Trump, turut menjadi faktor utama yang dipantau oleh investor. Kebijakan tersebut menimbulkan ketidakpastian dan kekhawatiran terhadap arus perdagangan global, yang kelak dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berbagai negara, termasuk dampaknya terhadap pasar energi.
Tony Sycamore, analis pasar dari IG, berpendapat bahwa para pedagang di pasar minyak telah kembali aktif, mempertimbangkan risiko geopolitik yang lebih tinggi, serta dampak dari kebijakan Trump yang dianggap bisa sangat mengendalikan perekonomian AS. "Rilis PMI Caixin China hari ini dan rilis manufaktur ISM AS besok akan menjadi kunci pergerakan minyak mentah selanjutnya," ujar Sycamore.
PMI China dan AS: Indikator Kunci Pasar Energi
Data Purchasing Managers' Index (PMI) dari China dan Amerika Serikat menjadi indikator penting bagi investor dalam meraba arah pergerakan pasar energi. PMI Caixin China yang direncanakan rilis di minggu pertama Januari diharapkan mampu memberi gambaran daya beli dan semangat sektor bisnis di China. Demikian pula, rilis manufaktur ISM di Amerika Serikat akan menjadi acuan, terutama dalam mengukur dampak kebijakan ekonomi Trump pada sektor produksi dan konsumsi energi AS.
Para analis menilai bahwa lonjakan permintaan dari kedua negara ekonomi besar ini, disertai dengan respon kebijakan yang tepat, dapat menciptakan peningkatan lebih lanjut pada harga minyak di bulan-bulan mendatang. "Dengan pertumbuhan ekonomi global yang bertahap pulih dari pandemi, ditambah insentif kebijakan domestik, kami optimis akan ada tingkat konsumsi minyak yang lebih baik di tahun 2025," tambah Sycamore dalam analisanya.
Masa Depan Cerah Bagi Harga Minyak?
Kondisi harga minyak di tahun baru ini menegaskan pentingnya stabilitas politik dan ekonomi global dalam mempengaruhi pasar energi. Dengan kebijakan proaktif dari China dan perubahan kebijakan Amerika Serikat di bawah presiden baru, dinamika harga minyak dapat terus mengalami fluktuasi yang signifikan sepanjang tahun.
Sebagai penutup, investor disarankan untuk terus mengikuti perkembangan kebijakan ekonomi dari kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini, serta memantau berbagai indikator ekonomi yang dapat memberikan petunjuk lebih jelas tentang arah pasar minyak ke depannya. Dalam situasi seperti ini, kesiapan dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan menjadi kunci untuk memaksimalkan keuntungan di pasar energi yang dinamis.