Energi

Digitalisasi Pembangkit: Upaya PLN Indonesia Power Menjamin Keandalan dan Efisiensi Energi di Indonesia

Digitalisasi Pembangkit: Upaya PLN Indonesia Power Menjamin Keandalan dan Efisiensi Energi di Indonesia
Digitalisasi Pembangkit: Upaya PLN Indonesia Power Menjamin Keandalan dan Efisiensi Energi di Indonesia

PT PLN Indonesia Power (PLN IP), sebagai salah satu anak perusahaan PT PLN (Persero), terus berinovasi untuk memastikan pasokan listrik yang stabil dan efisien. Tantangan yang dihadapi PLN IP tidak hanya sebatas memastikan ketersediaan listrik, tetapi juga menjaga keseimbangan antara keandalan pasokan energi dan efisiensi biaya operasional. Upaya ini diintensifkan melalui penerapan digitalisasi dalam sistem pembangkit guna menghadapi kompleksitas bisnis sektor kelistrikan.

Tantangan Kompleksitas Bisnis dan Kebutuhan Inovasi

PLN IP memiliki peran krusial dalam menyediakan listrik dengan harga terjangkau bagi masyarakat. Di samping itu, menjaga kinerja operasional agar tetap berada pada standar tinggi merupakan tantangan besar. Hal ini menuntut inovasi dan penerapan sistem manajemen modern yang dapat memastikan operasi bisnis berjalan efektif dan efisien.

Untuk merespons tantangan tersebut, PLN IP memperkenalkan Reliability and Efficiency Optimization Center (REOC). Sistem digitalisasi ini dirancang untuk memantau dan mengendalikan keandalan serta efisiensi pembangkit secara real time. REOC diinisiasi secara mandiri oleh PLN IP untuk mengintegrasikan berbagai data operasional dan mengelola aset pembangkit secara menyeluruh.

Pengembangan dan Implementasi REOC

PLN IP mulai mengembangkan REOC pada tahun 2016. Diawali dengan benchmarking ke perusahaan listrik terkemuka di dunia seperti Tenaga Nasional Berhad (TNB) dan Korea East-West Power (Korea EWP). Selanjutnya, PLN IP mempelajari program developer dari perusahaan-perusahaan kelas dunia, seperti GE dan Siemens. Pada 2019, keputusan untuk membangun sistem REOC pun dipertegas dengan mengerahkan sumber daya manusia (SDM) internal perusahaan.

Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN IP, menjelaskan bahwa strategi pengembangan infrastruktur digital ini terjadi secara bertahap. “Kami memulai dengan pencetakan ahli dalam infrastruktur hardware dan software, serta SDM yang fokus pada teknologi AI dan machine learning.” Setelah unsur SDM siap, PLN IP memperkuatnya dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang sesuai.

Hingga saat ini, sebanyak 414 mesin pembangkit PLN IP sudah terintegrasi dengan REOC. Proses ini dilakukan menggunakan Centralized Maintenance Management System (CMMS) yang sudah ada sebelumnya. Semua ini memungkinkan PLN IP mengembangkan sistem yang bisa memantau kondisi mesin pembangkit secara real time dari mana saja.

“Melalui laptop, para senior leader kami dapat mengetahui secara real time kondisi seluruh mesin pembangkit, lengkap dengan key performance mesin serta risiko operasional dan non-operasional, secara cepat dan akurat,” terang Edwin.

Konsep dan Manfaat Digitalisasi Pembangkit

REOC dirancang untuk mendeteksi dan menganalisis parameter pembangkit guna meminimalkan losses dan mengoptimalkan performa. Dalam fungsinya, REOC menerapkan konsep analisis (analyze), advis (advise), dan optimisasi (optimize).

Pada tahap 'analyze', REOC melakukan monitoring terhadap parameter pembangkit untuk mendeteksi adanya penyimpangan yang dapat menyebabkan penurunan kinerja. Jika terdapat penyimpangan, fungsi 'advise' memberikan rekomendasi penyelesaian kepada unit yang terdampak. Kemudian, fungsi 'optimize' mengeksekusi solusi sehingga kondisi operasional pembangkit dapat dioptimalkan.

Integrasi yang dilakukan REOC memberikan sejumlah manfaat signifikan, termasuk penghematan biaya operasional yang pada tahun 2023 berhasil menciptakan nilai penghematan lebih dari Rp 400 miliar melalui peningkatan efisiensi termal di 10 PLTU batu bara. Edwin mengatakan, “Ke depannya, angka value creation akan semakin besar dengan masuknya beberapa pembangkit lainnya ke platform REOC.”

Peluang Digitalisasi di Sektor Industri Lain

Konsep digitalisasi yang diterapkan di REOC juga berpotensi untuk diadopsi di sektor industri lainnya, seperti migas, petrokimia, dan industri pupuk. Aplikasi teknologi prediktif ini memungkinkan peralatan industri beroperasi lebih andal dan efisien. “Keberhasilan platform digitalisasi yang dikembangkan PLN IP membuktikan bahwa dapat diandalkan untuk peningkatan kinerja pembangkit maupun sebagai solusi inovatif yang dapat diadopsi oleh industri lain,” ucap Edwin.

Prospek pengembangan digital plant hingga ke industri lainnya membuka peluang untuk menjadikan REOC sebagai bisnis lebih dari sekedar kilowatt-hour (Beyond KWh). Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat kinerja internal tetapi juga menciptakan kesempatan bagi PLN IP untuk memperluas dampak positifnya di luar sektor kelistrikan.

Sejak tiga tahun implementasinya, REOC telah membuktikan daya saing dan keandalannya di PLTU Tanjung Jati B dan PLTP Dieng. PLN IP terus memperluas penerapan digital power plant di seluruh pembangkitnya dengan berfokus pada optimalisasi aset dan peningkatan efisiensi operasional.

Penguatan digitalisasi di bidang kelistrikan bukan hanya menjawab kebutuhan masa kini, tetapi juga langkah strategis PLN IP untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan inovatif. Dengan strategi ini, PLN IP menempatkan posisi sebagai pelopor dalam transformasi digital sektor energi di Indonesia, menjamin pasokan listrik yang handal dan efisien.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index