Memasuki bulan Februari, masyarakat di Kabupaten Cirebon harus menghadapi realitas harga pangan yang melambung, terutama komoditas minyak goreng, gula pasir, dan cabai rawit merah. Pemantauan yang dilakukan di sejumlah pasar seperti Pasar Pasalaran dan Pasar Sumber menunjukkan bahwa komoditas pokok ini masih dijual dengan harga tinggi, menyusahkan konsumen dan pelaku usaha kecil.
Harga minyak goreng curah, misalnya, tetap bertahan di kisaran Rp20.750 hingga Rp21.000 per liter, angka yang jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp14.000 per liter. Kondisi ini memaksa banyak konsumen untuk mengurangi pemakaian minyak goreng baik untuk keperluan rumah tangga maupun usaha kecil mereka yang bergantung pada minyak sebagai bahan baku utama.
Menurut seorang pedagang di Pasar Pasalaran, kenaikan harga ini sudah berlangsung selama beberapa pekan terakhir. "Kami sudah mencoba mengimbangi dengan menaikkan sedikit harga jual, tetapi konsumen tetap mengeluh," ujarnya. Pengusaha kecil yang mengandalkan minyak goreng sebagai komponen produksi utama juga mengakui kesulitan yang semakin membesar dengan tingginya harga bahan baku ini.
Selain minyak goreng, gula pasir juga mengalami lonjakan harga yang signifikan. Harga gula pasir di beberapa pasar kini mencapai Rp18.750 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp15.000 per kilogram. Kenaikan ini menambah tekanan bagi pengusaha makanan dan minuman yang mengandalkan gula sebagai bahan utama dalam produksi mereka. "Harga gula yang tinggi ini sungguh menyulitkan kami. Kalau harga terus naik, mau tidak mau, harga produk kami juga harus naik," kata seorang pemilik toko kue lokal.
Tak hanya minyak goreng dan gula, cabai rawit merah juga mengalami peningkatan harga yang mencolok. Di beberapa daerah, harga cabai rawit merah menembus angka Rp80.000 per kilogram, padahal pada kondisi normal, harga cabai biasanya berkisar antara Rp40.000 hingga Rp60.000 per kilogram. Situasi ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat yang menjadikan cabai sebagai bumbu utama dalam masakan sehari-hari.
Salah satu pedagang cabai di Pasar Sumber mengungkapkan bahwa stok cabai memang mengalami penurunan akibat cuaca buruk yang mengganggu panen. "Cuaca yang tidak menentu membuat pasokan cabai turun drastis. Akhirnya, kami terpaksa menaikkan harga," jelasnya.
Kenaikan harga bahan-bahan pokok ini menambah beban bagi para konsumen dan menuntut upaya lebih serius dari pemerintah dan pihak terkait untuk mengendalikan harga di pasar. Sebagai upaya jangka pendek, pemerintah diharapkan dapat segera melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga, terutama pada komoditas minyak goreng dan cabai yang merupakan kebutuhan esensial bagi masyarakat.
Pengamat ekonomi lokal, Dr. Eka Nugraha, menyarankan agar pemerintah tidak hanya fokus pada solusi jangka pendek, tapi juga memperbaiki tata kelola distribusi dan manajemen stok komoditas pangan agar harga tidak berfluktuasi tajam. "Intervensi pemerintah sangat diperlukan pada titik-titik kritis ini agar tidak terjadi tekanan lebih lanjut pada daya beli masyarakat," tuturnya.
Sebagai langkah jangka panjang, Dr. Eka juga merekomendasikan peningkatan investasi pada infrastruktur pertanian dan distribusi serta peningkatan kapasitas produksi minyak goreng lokal demi menurunkan ketergantungan terhadap impor. Upaya ini diharapkan dapat memberikan ketahanan harga yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Kehadiran regulasi yang lebih ketat dan regulasi harga bisa menjadi solusi. Pemerintah diharapkan dapat lebih tegas dalam mengawasi penetapan harga di pasar agar pelaku usaha tidak sembarang menaikkan harga seenaknya. Peran serta semua pihak, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat, sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas harga dan menjamin ketersediaan bahan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat.
Di tengah ketidakpastian harga ini, masyarakat Kabupaten Cirebon harus semakin cerdas dalam mengelola keuangan rumah tangga agar mampu melewati masa sulit ini. "Dengan perencanaan yang lebih matang, masyarakat bisa tetap mendapatkan bahan pokok dengan harga terjangkau," tambah Dr. Eka.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan harga-harga komoditas pokok ini dapat segera stabil dan kembali membantu perekonomian lokal Cirebon pulih dan bangkit. Para konsumen dan pedagang hanya bisa menanti dengan harapan besar agar krisis harga ini segera teratasi, sehingga aktivitas ekonomi bisa berjalan lebih lancar dan nyaman.