Pembangunan Jalan Tol Ibu Kota Negara (IKN) di kawasan Karang Joang, Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Pasalnya, proyek ini dituding sebagai salah satu penyebab banjir yang kian sering melanda wilayah tersebut. Warga, terutama di RT 6, Karang Joang, kini berbondong-bondong menuntut solusi konkret dari pemerintah.
Kaltim Post melakukan investigasi lapangan hingga mencapai Jalan Soekarno-Hatta Kilometer 10, melintasi Jalan Tepo sepanjang 2,2 kilometer. Di sepanjang perjalanan, terlihat jelas deretan tiang pancang proyek Tol IKN yang berdiri gagah, bersebelahan dengan jalur Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam). Di balik proyek ambisius ini, tersimpan kesengsaraan penduduk yang terimbas langsung.
"Kita sudah kebanjiran tiga kali dalam seminggu. Ketinggian air bisa mencapai sepinggang orang dewasa," ucap Joko, Ketua Karang Taruna yang juga juru bicara RT setempat, saat ditemui di kediamannya, tak jauh dari proyek Tol IKN Seksi 3A.
Joko menjelaskan bahwa meski Karang Joang dikenal sebagai wilayah rawan banjir akibat posisinya di dataran rendah dan berfungsi sebagai daerah pembuangan air dari tiga kawasan di Balikpapan Utara, normalnya banjir jarang terjadi dan tidak sedalam sekarang. "Sebelumnya hanya banjir kalau hujan deras lebih dari satu jam. Tapi kini hujan sebentar saja sudah banjir. Sungai-sungai kecil kami dipancang," ungkap Joko dengan nada kesal sambil menunjukkan lokasi proyek yang dianggap memperparah situasi.
Dalam catatan sejarah daerah tersebut, sungai-sungai kecil bermuara di Waduk Manggar. Namun, dengan adanya pembangunan tiang pancang tol tersebut, aliran air terlihat terhambat, sehingga mempercepat dan memperparah terjadinya banjir.
"Dulu ketika hujan, air memang naik, tapi sekarang kondisinya lebih parah akibat sungai yang dibendung tiang pancang itu," kata Joko. Menurutnya, pembangunan proyek ini sudah meninggalkan masalah serius bagi warga. Mulai dari ganti rugi tanah yang tak kunjung rampung hingga akses jalan yang dibongkar secara sepihak.
Warga telah melakukan berbagai upaya untuk menemukan solusi, termasuk meminta pertemuan dengan pihak terkait dari proyek tol. "Kami sudah mencoba bertemu dengan pihak tol dua pekan lalu untuk menanyakan solusi banjir ini, namun mereka terkesan menghindar dan tidak memberikan jawaban yang memadai," jelas Joko seraya berharap ke depannya ada perhatian lebih dari pihak berwenang.
Tidak hanya RT 6, warga RT 5 dan beberapa RT lainnya juga merasakan dampak serupa. Jika banjir terjadi, akses satu-satunya menuju Jalan Soekarno-Hatta menjadi lumpuh total, memaksa warga terisolasi.
Langkah-langkah segera sebagaimana disuarakan warga adalah perbaikan dan penataan saluran pembuangan air yang memadai. Warga berharap agar pemerintah tidak hanya berfokus pada penyelesaian proyek mega infrastruktur tanpa memikirkan dampaknya terhadap masyarakat setempat.
“Kami bukan menolak pembangunan, namun harap diimbangi dengan solusi untuk kami yang terdampak. Ini masalah harus ada jalan keluarnya jika tidak ingin terus-terusan menjadi bencana setiap kali hujan datang," tegas Joko.
Dengan persoalan ini yang semakin mendesak, harapan besar tertumpu pada pemerintah serta pengembang proyek untuk segera menemukan penyelesaian yang konkret dan berkelanjutan, agar warga Karang Joang dapat kembali hidup dengan tenang tanpa ancaman banjir yang menghantui.
Bagaimanapun, proyek Jalan Tol IKN seharusnya menjadi contoh baik inovasi infrastruktur yang dapat bersinergi dengan alam dan masyarakat sekitar, bukan malah menambah derita bagi penduduk lokal. Ke depan, diharapkan ada dialog terbuka antara pihak proyek, pemerintah, dan masyarakat untuk menemukan solusi terbaik yang saling menguntungkan.