Jakarta – Dalam upaya memperkuat ekosistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perbankan di Samarinda bertemu dalam sebuah Rapat Koordinasi Pimpinan yang berlangsung pada hari Jumat. Ini adalah langkah strategis untuk menyelaraskan tujuan dalam pengembangan ekonomi daerah, literasi, edukasi, serta inklusi keuangan di Kalimantan Timur.
Pertemuan ini menjadi perwujudan dari sinergi antarlembaga yang bertujuan untuk menjadikan sektor perbankan sebagai salah satu pilar utama dalam mendukung kemajuan ekonomi Indonesia, khususnya di wilayah timur. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, serta Kepala OJK Kaltim dan Kaltara, Parjiman, selain juga pimpinan perbankan lainnya yang beroperasi di Samarinda, Senin, 3 Februari 2025.
Dalam sambutannya, Budi Widihartanto menekankan pentingnya strategi menghadapi tantangan dari perkembangan kondisi global dan struktur ekonomi daerah yang dinamis untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang inklusif. "Di tengah kondisi global yang masih diwarnai ketidakpastian akibat arah kebijakan negara maju, khususnya Amerika Serikat, berpengaruh pada kondisi aliran modal dan ekspor impor Indonesia, kondisi tersebut perlu menjadi perhatian," ujar Budi.
Budi lebih lanjut menjelaskan bahwa sinergi dan kolaborasi antara lembaga keuangan sangatlah krusial untuk memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah timur Indonesia, yang masih memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. "Pertumbuhan itu tentunya dapat dicapai dengan kontributor utama di wilayah timur, karena masih banyak daerah tersebut yang masih dapat dioptimalkan," tambahnya.
Di sisi lain, Parjiman dari OJK menyampaikan bahwa stabilitas sistem keuangan di Kalimantan Timur tetap berada dalam kondisi kondusif, meskipun tantangan global dan nasional sedang mengguncang banyak sektor. "Stabilitas sektor jasa keuangan masih stabil di tengah guncangan ketidakpastian global. Sektor perbankan dan NPL (non-performing loan atau kredit macet) cukup terjaga di angka 1,65 persen. Tren NPL menurun hingga di angka 1,08 persen," jelas Parjiman.
Parjiman juga menyoroti pertumbuhan kredit perbankan di Kaltim yang mencapai 8,57 persen pada Desember 2024. Distribusi kredit berdasarkan sektor menunjukkan konsentrasi pada pemilikan peralatan rumah tangga (21,15 persen), pertanian, perburuan, dan kehutanan (15,22 persen), hingga perdagangan besar dan eceran (14,54 persen). Dari sisi lokasi proyek, sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi terbesar sebesar 21,55 persen, diikuti dengan pertanian dan kehutanan sebesar 18,41 persen.
Diskusi dalam rapat ini berlanjut dengan merumuskan program kerja sinergis antara BI, OJK, dan perbankan sepanjang tahun 2020, mengangkat potensi kolaborasi dalam mencapai tujuan pengembangan ekonomi yang lebih masif dan efisien. Hasil pembahasan ini menegaskan komitmen bersama dalam memperkuat literasi dan edukasi keuangan, termasuk inklusi keuangan, pelindungan konsumen, hingga love-branding terhadap rupiah.
"Mendorong inovasi digitalisasi pembayaran, meningkatkan akseptasi pembayaran digital, serta sinergi dan kolaborasi peningkatan akses pembiayaan UMKM, ketahanan pangan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif," pungkas Budi sebagai penutup dari sesi rapat tersebut.
Pertemuan ini diharapkan tidak hanya memantapkan posisi sektor perbankan dalam arus utama ekonomi daerah tetapi juga menjadi dasar bagi langkah-langkah strategis berikutnya demi kesejahteraan ekonomi Kalimantan Timur dan wilayah timur Indonesia lainnya dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Dampak dari sinergi ini diharapkan dapat dilihat secara nyata dalam waktu dekat dengan pertumbuhan ekonomi yang solid dan kemandirian finansial yang lebih dominan.