Energi

Dukung RPJMN: BRIN Perkuat Riset Energi dan Manufaktur Menuju Swasembada Energi

Dukung RPJMN: BRIN Perkuat Riset Energi dan Manufaktur Menuju Swasembada Energi
Dukung RPJMN: BRIN Perkuat Riset Energi dan Manufaktur Menuju Swasembada Energi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) terus memperkuat riset di sektor energi dan manufaktur guna mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Langkah ini sejalan dengan upaya mencapai swasembada energi nasional yang lebih berkelanjutan.

Pada acara koordinasi riset yang digelar di Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) pada Selasa, 21 Januari 2025, Kepala OREM BRIN, Cuk Supriyadi Ali Nandar, menyoroti pentingnya peningkatan kualitas dan pemanfaatan riset mulai tahun 2025. "Kami menegaskan perlunya peningkatan kualitas riset sekaligus menjalin kemitraan strategis untuk mengoptimalkan hasil riset tersebut," kata Cuk di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Serpong.

OREM BRIN menargetkan indikator kinerja yang lebih tinggi pada periode 2025-2029. Indikator tersebut mencakup rasio kekayaan intelektual, tingkat sitasi pada publikasi ilmiah global, dan perbandingan perolehan dana eksternal. Dalam rangka mencapai target tersebut, Cuk menyatakan, "Indikator kinerja OREM di bidang energi dan manufaktur terdiri atas rasio kekayaan intelektual, jumlah sitasi atas publikasi ilmiah global, dan rasio perolehan dana eksternal."

Peningkatan kualitas riset ini akan diukur melalui output seperti publikasi jurnal dan kekayaan intelektual yang dapat dimanfaatkan secara aplikatif. “Kami sangat menekankan pada peningkatan kualitas dan keluaran riset, terutama yang mendukung inovasi berbasis jurnal ilmiah serta kekayaan intelektual yang aplikatif,” ujar Cuk.

Dalam upaya pengembangan riset, Cuk menyoroti potensi energi panas bumi dan bahan bakar nabati (BBN) seperti biodiesel, bioavtur, serta co-firing biomassa untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). “Kami percaya bahwa riset di bidang energi panas bumi dan BBN, seperti biodiesel dan bioavtur, memiliki peluang besar untuk memajukan sektor energi kita,” tambahnya.

Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Direktorat Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), diperlukan untuk menghadapi tantangan regulasi dan memastikan pemanfaatan hasil riset secara optimal. "Beberapa hasil riset kami, seperti organic Rankine cycle, pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan inovasi BBN, memerlukan kerja sama erat dengan ESDM agar regulasi dan implementasinya berjalan lancar," jelas Cuk.

Direktur Panas Bumi dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Gigih Udi Atmo, turut mengemukakan tantangan riset dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Tantangan utama adalah ketidaksesuaian antara lokasi sumber daya dan permintaan energi. "Sebagian besar sumber daya EBT, seperti sektor tenaga listrik, panas bumi, dan potensi air, tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, sedangkan permintaan energi masih terkonsentrasi di Jawa, Sumatera, dan sebagian Sulawesi. Konektivitas sistem transmisi tenaga listrik sangat penting untuk menjembatani tantangan ini," ungkap Gigih.

Gigih juga menegaskan pentingnya penguasaan teknologi untuk mendukung kemandirian energi nasional. "Kami berharap ada kolaborasi antara peneliti BRIN dengan program pemerintah, khususnya dalam mendukung program hilirisasi dan swasembada energi," tegasnya.

Kepala PRKKE BRIN, Tata Sutardi, menambahkan bahwa koordinasi riset energi BRIN wajib melibatkan mitra strategis, termasuk Direktorat Jenderal EBTKE. Ia berharap kegiatan ini dapat menentukan arah riset yang diperlukan untuk mengimplementasikan program energi baru dan terbarukan dari Kementerian ESDM. “Kegiatan ini menjadi sarana koordinasi untuk menyusun rencana tindak lanjut dari beberapa program Kementerian ESDM, khususnya yang memerlukan resource yang ada di BRIN. Mudah-mudahan kerja sama antara BRIN dan kementerian ESDM dapat memberikan kontribusi bagi kepentingan bangsa dan negara,” harap Tata.

Dalam rangka mencapai swasembada energi, sinergi antara lembaga penelitian dan pemerintah menjadi kunci. Keberhasilan riset dan implementasi energi terbarukan di Indonesia tidak hanya bergantung pada kualitas teknis dan inovasi, melainkan juga pada kolaborasi yang kuat dan strategis di tingkat nasional. Peran BRIN, dalam hal ini, sangat krusial untuk memastikan bahwa program RPJMN bisa tercapai dengan optimal dan memberi dampak positif bagi masyarakat serta lingkungan. Dengan riset yang diperkuat, diharapkan Indonesia dapat secara mandiri mengelola dan memanfaatkan sumber daya energinya sendiri di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index