Pemerintah Indonesia kembali memberikan secercah harapan bagi industri dalam negeri dengan memperpanjang program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), meskipun dengan kemungkinan penyesuaian harga. Langkah ini dilakukan untuk mendukung keberlanjutan dan daya saing sektor industri menghadapi tantangan global, terutama di tengah naiknya harga gas secara internasional.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier, mengungkapkan bahwa pemerintah akan melanjutkan program HGBT. Namun, ada potensi penyesuaian harga dari kisaran yang sebelumnya ditetapkan. "Itu yang saya nggak tau persis, antara 6 Dolar AS per MMBtu, atau 6,5 Dolar AS per MMBtu, paling tidak untuk 5 tahun," ujar Taufiek dalam sebuah kesempatan di Kompleks DPR.
Menurut Taufiek, meskipun ada penyesuaian harga, kisaran 6 hingga 6,5 Dolar AS per MMBtu masih dianggap sebagai harga yang relatif murah. Harga ini diharapkan mampu meringankan beban operasional industri di Indonesia, terutama sekarang ketika harga gas dunia sedang meningkat. Keberlanjutan program ini juga memberikan jaminan ketersediaan pasokan gas dalam jangka panjang, menjadikannya lebih menarik bagi para investor.
"Ini memberikan harapan baru terhadap investor karena dia sudah tahu, 5 tahun ke depan harganya berapa dan kemudahan yang diperoleh," tambah Taufiek, menggarisbawahi bahwa kepastian harga dan pasokan gas akan menjadi daya tarik signifikan bagi investor untuk terus berinvestasi di Tanah Air.
Dampak Positif untuk Berbagai Sektor
Implementasi program HGBT sejak tahun 2020 telah memberikan dampak positif bagi beberapa sektor industri prioritas. Hingga akhir 2024, program ini telah menjangkau tujuh sektor industri, yakni pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, gelas kaca, dan sarung tangan karet. Industri-industri ini mendapatkan harga gas sebesar 6 dolar AS per MMBtu, yang secara signifikan mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing produk di pasar global.
Porsi kuota gas yang disalurkan melalui program ini mencapai 27,3 persen, mencakup berbagai industri penerima manfaat, termasuk sektor ketenagalistrikan. Dengan perpanjangan program ini, lebih banyak sektor industri diharapkan dapat menikmati manfaat serupa, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara lebih luas.
Tantangan dan Harapan
Meskipun keberlanjutan program HGBT disambut baik oleh industri, ada tantangan yang perlu diantisipasi. Penyesuaian harga gas di kisaran 6 - 6,5 Dolar AS per MMBtu harus tetap kompetitif agar industri lokal dapat bersaing dengan produk-produk internasional. "Soal harga yang lebih tinggi, menurutnya, itu adalah nilai yang kompetitif agar industri tetap tumbuh berdaya saing," kata Taufiek.
Ke depan, pemerintah dan pihak terkait termasuk Kementerian Perindustrian, diharapkan dapat terus berkolaborasi untuk memastikan bahwa penyesuaian harga tidak menghambat pertumbuhan sektor industri. Selain itu, ada kebutuhan mendesak untuk terus meningkatkan infrastruktur dan teknologi agar pemanfaatan gas di sektor industri semakin optimal.
Respons Industri
Para pelaku industri menyambut baik perpanjangan program ini sebagai bentuk dukungan nyata pemerintah terhadap industri nasional. Harga gas yang kompetitif diyakini akan mendorong efisiensi operasional dan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Selain itu, kepastian kebijakan selama lima tahun ke depan memberikan peluang bagi industri untuk merencanakan investasi dan ekspansi dengan lebih baik.
Dengan adanya perpanjangan HGBT, harapan pun meluas pada pertumbuhan ekonomi yang lebih solid, peningkatan penyerapan tenaga kerja, dan kontribusi positif terhadap neraca perdagangan Indonesia. Industri yang kuat dan kompetitif diharapkan dapat mengatasi dampak fluktuasi ekonomi global dan menjadi motor penggerak utama dalam mencapai kemandirian ekonomi nasional.
Perpanjangan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) oleh pemerintah merupakan kabar baik bagi sektor industri dan investor yang mencari kepastian dalam iklim ekonomi yang dinamis. Meskipun ada penyesuaian harga, komitmen pemerintah untuk menjaga harga gas tetap terjangkau menjadi sinyal positif bagi industri untuk terus berkembang. Kedepannya, tantangan dalam menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan daya saing industri harus dikelola secara bijak untuk memastikan bahwa sektor industri di Indonesia terus tumbuh dan berdaya saing di kancah global.