Tarian Jawa Tengah menggambarkan budaya kaya dan beragam yang tumbuh karena wilayah Indonesia membentang dari Sabang hingga Merauke.
Keberagaman budaya tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai tradisional, salah satunya adalah kesenian tari.
Di tengah pesatnya arus globalisasi, upaya melestarikan budaya tetap menjadi hal penting, termasuk mengenali dan mempelajari tarian khas dari negeri sendiri.
Tarian tradisional biasanya menjadi representasi identitas suatu daerah yang sudah diwariskan secara turun-temurun dan masih terus dilestarikan melalui kegiatan di sanggar-sanggar budaya, walaupun generasi muda kini mulai banyak yang tertarik pada gaya tari modern.
Beberapa daerah di Indonesia, seperti Jawa Tengah, memiliki warisan tradisi yang sangat kuat, dan salah satu unsur budayanya yang tetap hidup hingga kini adalah seni tari tradisional.
Eksistensi tarian tersebut masih terus dipertahankan karena kerap dipentaskan dalam berbagai acara budaya maupun upacara adat, sehingga tetap dikenal dan dihargai meski berada di tengah zaman yang serba modern.
Untuk memperluas pengetahuan tentang budaya Indonesia, terutama seni tari tradisional, kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai berbagai jenis tarian yang berasal dari Jawa Tengah.
Penjelasan ini diharapkan bisa menambah pemahaman dan kecintaan terhadap budaya lokal yang sudah menjadi bagian dari jati diri bangsa. Yuk, simak informasi lengkap seputar tarian Jawa Tengah berikut ini!
Pengertian Seni Tari
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai berbagai jenis tarian yang berasal dari wilayah Jawa Tengah, ada baiknya memahami terlebih dahulu apa itu seni tari. Di Indonesia, seni tari memiliki keragaman yang luar biasa.
Setiap daerah dari ujung barat hingga timur negeri ini memiliki gaya tarinya sendiri yang menjadi simbol budaya yang penting untuk diwariskan kepada generasi masa depan.
Baik tarian tradisional maupun yang bersifat modern seringkali ditampilkan dalam berbagai kegiatan, seperti upacara pernikahan adat, penyambutan tamu penting, dan beragam acara lainnya.
Bentuk pementasannya pun bervariasi, bisa dibawakan oleh satu orang, pasangan, kelompok kecil, hingga kelompok besar.
Seni tari pada dasarnya merupakan wujud ungkapan perasaan manusia yang dituangkan melalui gerakan yang ritmis dan memiliki nilai estetika.
Selain termasuk dalam kategori seni, tari juga merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya yang berkembang mengikuti zaman. Tari adalah bentuk seni yang disampaikan lewat media gerakan tubuh.
Berdasarkan penjelasan yang tercantum di laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tari merupakan bentuk seni yang menjadikan gerakan manusia sebagai sarana utama dalam mengekspresikan makna atau pesan tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tari didefinisikan sebagai salah satu cabang seni yang memanfaatkan gerakan tubuh, seperti tangan dan bagian tubuh lainnya, dengan pola irama tertentu yang biasanya diiringi oleh musik atau bunyi-bunyian seperti gamelan.
Walaupun berakar dari gerakan tubuh, tari tidak sekadar menampilkan gerakan yang bersifat realistis atau seperti yang dilakukan sehari-hari.
Justru, gerakan dalam tari merupakan bentuk ungkapan emosional yang disebut sebagai gerakan ekspresif.
Gerakan ekspresif ini dianggap sebagai bentuk gerakan yang memiliki unsur keindahan dan mampu membangkitkan emosi penonton.
Keindahan tersebut tercipta dari gaya gerakan yang mengikuti irama tertentu, sehingga menghasilkan keselarasan antara tubuh, ruang, dan waktu.
Dalam ranah seni, istilah "cantik" bukan sekadar menunjuk pada penampilan yang lembut atau halus.
Mengacu pada pendapat John Joseph Martin dalam bukunya Modern Dance (1965), istilah cantik atau baik di dalam seni merujuk pada sesuatu yang dapat memberikan kepuasan batin bagi yang menikmatinya.
Artinya, tarian yang dianggap bagus tidak selalu harus menampilkan gerakan lembut dan anggun.
Gerakan yang tegas, kuat, bahkan tampak aneh atau menegangkan pun tetap bisa dikategorikan sebagai bentuk gerakan tari yang berkualitas, selama mampu menyampaikan rasa dan makna yang kuat kepada penontonnya.
Tari Didefinisikan oleh Para Ahli
Terdapat berbagai penjelasan mengenai makna dari seni tari yang dikemukakan oleh para ahli.
Curt Sachs, seorang sejarawan tari dan musik asal Jerman, dalam karyanya World History of The Dance (1933), menyatakan bahwa tari merupakan gerakan yang memiliki irama.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa elemen utama dalam tari adalah gerakan serta ritme atau pola ketukan.
Pandangan berbeda datang dari tokoh asal Belanda, Hendrina Cornelia Hartong atau Corrie Hartong, yang mendefinisikan tari sebagai bentuk tubuh dan gerakan berirama yang berlangsung di dalam suatu ruang.
Sementara itu, Walter Sorell, penulis asal Amerika, menjelaskan bahwa tari merupakan gerakan yang dilakukan oleh tubuh dan anggota tubuh secara teratur mengikuti irama tertentu.
Penjelasan tersebut sejalan dengan pemikiran Erik Hawkins, seorang penari dan koreografer modern asal Amerika Serikat.
Ia berpendapat bahwa tari adalah bentuk ekspresi batin manusia yang diolah dengan imajinasi, kemudian disusun dalam gerakan-gerakan simbolis yang dapat menyampaikan makna dari penciptanya.
Selanjutnya, Suryodiningrat, seorang ahli dalam seni tari tradisional Jawa, menyebutkan bahwa tari merupakan gerakan seluruh tubuh manusia yang tersusun secara harmonis mengikuti iringan musik dan memiliki maksud atau tujuan tertentu.
Di sisi lain, Soedarsono mengemukakan bahwa tari adalah ungkapan jiwa manusia yang dituangkan melalui irama yang indah.
Pengertian Tari Tradisional
Beragam pandangan telah dikemukakan oleh para pakar untuk menjelaskan makna dari tarian tradisional.
Alwi mengemukakan bahwa kesenian tradisional merupakan hasil karya kolektif yang diciptakan oleh banyak individu, mengandung unsur keindahan, dan menjadi milik bersama dalam suatu komunitas.
Pendapat lain disampaikan oleh Sekarningsih dan Rohayan dalam buku Kajian Lanjutan Pembelajaran Tari dan Drama (2006).
Mereka menjelaskan bahwa tari merupakan bentuk kesenian yang telah melalui proses panjang, menyimpan nilai-nilai dari masa lampau, diwariskan secara turun-temurun, serta memiliki hubungan erat dengan ritual dan adat-istiadat yang berlaku di masyarakat.
Sementara itu, Robby Hidayat melalui bukunya Wawasan Seni Tari (2005) menyatakan bahwa tarian tradisional adalah jenis tari yang ditampilkan dalam lingkungan etnik atau budaya tertentu dan diwariskan sesuai dengan tata cara atau aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tarian tradisional merupakan bentuk seni gerak yang telah berkembang dalam suatu komunitas, wilayah, atau kelompok etnis tertentu selama kurun waktu yang panjang.
Proses perkembangannya telah membentuk nilai-nilai estetika yang bersifat klasik dan terus dijaga keberlangsungannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Beragam Tarian Jawa Tengah
Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya serta tradisi yang sangat beragam.
Ketika membahas tentang kebudayaan di Pulau Jawa, wilayah ini dianggap sebagai pusat dari berbagai bentuk kesenian dan adat, termasuk seni gerak.
Meskipun berasal dari Jawa Tengah, warisan budaya dan ragam tarian yang berkembang di wilayah ini telah menyebar luas ke berbagai provinsi di Indonesia.
Bahkan, tak jarang berbagai jenis tarian khas budaya Jawa dapat dijumpai dalam acara seperti pertemuan keluarga, pesta pernikahan, hingga perayaan besar lainnya.
Salah satu kekayaan budaya yang perlu dikenali dan dipahami lebih mendalam adalah tarian Jawa Tengah.
Mengenal jenis-jenis tarian ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga penting dalam menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda di Indonesia agar mereka tetap mencintai dan melestarikan warisan nenek moyang.
Tari Gambyong
Salah satu tarian khas dari Jawa Tengah yang pertama ialah Gambyong, yang mulai dikenal luas dari wilayah Surakarta. Meski kini telah populer, banyak yang belum menyadari bahwa tari ini awalnya merupakan bagian dari kesenian rakyat.
Gambyong biasanya dipentaskan saat memasuki musim tanam atau panen padi sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewi Sri, sosok yang dipercaya sebagai dewi kesuburan.
Pertunjukan ini umumnya dibawakan oleh dua penari perempuan muda yang mengenakan pakaian hijau cerah.
Penampilan mereka dilengkapi dengan celana bermotif, selendang panjang berwarna kuning yang diikat di pinggang, serta aksesoris kepala yang mempercantik tampilan.
Tari ini diiringi oleh alunan musik tradisional Jawa yang dimainkan dengan gamelan, serta dilantunkan oleh sinden. Gerakan yang ditampilkan penuh keluwesan dan mampu membangun interaksi yang harmonis dengan penonton selama pementasan.
Tari Golek
Jenis tarian lainnya dari Jawa Tengah adalah Golek. Tarian ini berasal dari lingkungan keraton dan biasanya hanya ditampilkan dalam acara kebudayaan tertentu.
Golek merupakan pertunjukan tunggal yang menggambarkan perkembangan seorang gadis muda menuju masa dewasa.
Gaya tubuh dan teknik gerakannya memiliki kemiripan dengan Bedhaya dan Serimpi, namun dalam Golek terdapat elemen gerakan yang lebih ekspresif untuk menonjolkan pesona seorang gadis yang tengah beranjak dewasa.
Nama tarian ini erat kaitannya dengan kesenian Wayang Golek, dan sejarahnya juga bersinggungan dengan perkembangan pertunjukan wayang tersebut.
Tari Golek kerap menjadi bagian dari prosesi pesta pernikahan yang penuh kemeriahan, memberikan nilai estetika dan makna simbolis yang mendalam.
Tari Bedhaya
Sebagai bagian dari edukasi budaya bagi generasi masa kini, Bedhaya menjadi salah satu tarian klasik yang penting untuk dipahami. Tarian ini memiliki kedalaman makna spiritual, baik bagi para penari maupun penontonnya.
Keindahan Bedhaya tidak hanya terlihat dari sisi visual, tetapi juga menyiratkan kekuatan yang bersifat batiniah, menjadikannya seakan-akan sebagai bentuk latihan spiritual seperti yoga atau meditasi.
Bedhaya berasal dari lingkungan keraton Surakarta dan merupakan salah satu tarian sakral yang menggambarkan kisah romantis antara Ratu Kidul dan Raja Mataram.
Setiap gerakannya mencerminkan hubungan tersebut, mulai dari tangan hingga gerak seluruh tubuh. Para penari mengenakan busana berupa sarung bermotif dengan ikat pinggang, atasan berbahan beludru, serta selendang berwarna emas.
Selama pertunjukan, lantunan musik gamelan menjadi pengiring utama yang memperkuat nuansa sakral tarian ini.
Tari Serimpi
Tari ini memiliki kemiripan dengan Bedhaya dalam hal teknik gerakan, tata busana, serta penampilan para penarinya yang semuanya perempuan. Tarian ini biasanya dipentaskan di lingkungan keraton dalam acara budaya atau perayaan hari besar.
Dalam penyajiannya, para penari diyakini melambangkan empat elemen dasar alam, yakni tanah, air, api, dan udara, serta mewakili empat arah mata angin.
Gerakan tari Serimpi terkenal lembut dan anggun, serupa dengan gerakan dalam tari Pakarena dari Makassar.
Sejak masa lampau, tarian ini mendapat kedudukan istimewa di lingkungan keraton karena sifatnya yang sakral. Dahulu, hanya individu tertentu dari kalangan istana yang diperbolehkan membawakannya.
Tari Serimpi sering kali dianggap memiliki aura mistis, meskipun tidak setinggi tingkat kesakralan tari Bedhaya. Kisah yang dibawakan dalam tarian ini biasanya berkaitan dengan pertarungan empat perempuan bersenjata keris.
Keunikan lainnya terlihat dari penggunaan properti berupa selendang dan kostum putih yang mencerminkan kesucian dan niat tulus para penari.
Tari ini juga dikenal sebagai simbol kelembutan, yang tampak melalui gerakan yang halus serta iringan musik yang mendayu.
Tari Bondan
Bondan merupakan jenis tarian yang berasal dari daerah Surakarta. Tarian ini menggambarkan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya.
Dalam pertunjukannya, seorang penari wanita menari dengan lembut sambil memegang boneka dan payung, bahkan menari di atas kendi tanpa merusaknya, yang menjadi salah satu tantangan dalam pementasan.
Tari Bondan terdiri dari tiga jenis, yaitu Cindogo Mariah, Mariah Mardisiwi, dan Mariah Gunung. Setiap jenisnya memiliki cerita dan nuansa tersendiri, namun tetap menekankan pada makna pengorbanan dan kasih seorang ibu.
Penampilan tari ini biasanya dilengkapi dengan kostum khas gadis desa serta properti seperti keranjang, caping, dan alat pertanian lainnya, yang menambah nilai tradisional dalam tarian tersebut.
Tari Beksan Wireng
Tarian ini sangat cocok dijadikan sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Tari Beksan Wireng dipercaya telah ada sejak abad ke-12 dan berasal dari lingkungan keraton Jawa.
Hingga kini, tarian ini masih dilestarikan di Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Beksan Wireng menggambarkan latihan perang dan semangat keprajuritan.
Tarian ini diciptakan oleh Raja Amiluhur dengan tujuan menumbuhkan semangat bela negara dan kesiapsiagaan dalam mempertahankan kerajaan.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai historisnya, banyak penari daerah yang masih menampilkan tarian ini hingga kini, sebagai cara untuk terus menghidupkan semangat dan budaya tradisional dalam masyarakat.
Tari Gambir Anom
Gambir Anom merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang berkembang di wilayah Surakarta.
Tarian ini bisa dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan. Dalam pertunjukannya, tokoh utama yang diperankan adalah Irawan, putra dari Arjuna, yang tengah merasakan jatuh cinta.
Ungkapan perasaan tokoh tersebut disampaikan melalui berbagai aspek seperti dandanan, gaya rambut, tata rias, serta pakaian yang rapi dan elegan.
Beberapa gerakan khas seperti bercermin, berjalan mondar-mandir, dan ekspresi wajah menggambarkan seolah-olah tokoh tersebut sedang berhadapan dengan orang yang dicintainya, menambahkan unsur dramatis dalam pementasan.
Tari Dolalak
Salah satu bentuk seni tari yang berasal dari Kabupaten Purworejo adalah Dolalak. Tarian ini muncul pada masa kolonial sekitar tahun 1915 dan memiliki pengaruh dari budaya militer Belanda.
Biasanya dipentaskan oleh beberapa penari dengan busana yang menyerupai seragam tentara Eropa masa lampau, seperti Belanda atau Perancis.
Iringan musik yang digunakan antara lain kentrung, rebana, kendang, dan alat tradisional bernama kecer.
Kostum penari mencakup baju berlengan panjang dengan hiasan di bahu, celana pendek, kaos kaki, topi, serta aksesori tambahan seperti kacamata hitam dan selendang.
Tampilan ini memberikan nuansa unik yang mencerminkan percampuran antara budaya lokal dan pengaruh luar.
Tari Lengger
Lengger merupakan salah satu wujud ritual kuno yang berasal dari tradisi Jawa. Tarian ini erat kaitannya dengan makna kesuburan. Dalam penyajiannya, penari pria mengenakan busana perempuan sebagai simbol spiritualitas dan kekuatan.
Pada masa lalu, pertunjukan Lengger lebih bersifat ritual daripada hiburan, mengandung unsur kepercayaan terhadap kekuatan ilahi dan unsur sakral yang kuat.
Yang membedakan tarian ini dari jenis lainnya adalah adanya unsur vokal, di mana para penari juga menyanyikan lagu secara bersama-sama selama pertunjukan berlangsung.
Tari ini memiliki kaitan historis dengan lingkungan istana, di mana para pelakunya sering kali berasal dari kalangan kerabat bangsawan atau pengawal pribadi raja, dan beberapa di antaranya bahkan dikenal sebagai penari yang memiliki kemampuan tinggi.
Sebagai penutup, tarian Jawa Tengah mencerminkan kekayaan budaya yang patut dijaga dan dikenalkan kepada generasi muda sebagai warisan luhur bangsa Indonesia.