BMKG

BMKG: Curah Hujan Jabar Rendah di Juli

BMKG: Curah Hujan Jabar Rendah di Juli
BMKG: Curah Hujan Jabar Rendah di Juli

JAKARTA - Memasuki pertengahan hingga akhir Juli 2025, Jawa Barat mulai menunjukkan karakteristik musim kering. Berdasarkan pemantauan dan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hampir seluruh wilayah di provinsi ini mengalami penurunan signifikan dalam intensitas curah hujan.

BMKG melaporkan bahwa pada dasarian kedua Juli, yakni rentang waktu 11–20 Juli 2025, sebanyak 96 persen wilayah di Jawa Barat masuk kategori curah hujan rendah. Artinya, sebagian besar wilayah hanya menerima curah hujan antara 0 hingga 50 milimeter dalam 10 hari tersebut.

Wilayah dengan Hujan Menengah Hanya 4 Persen

Data dari Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat menunjukkan hanya sekitar 4 persen wilayah yang menerima hujan kategori menengah (antara 50–150 mm per dasarian). Kawasan tersebut antara lain berada di sebagian Kabupaten Bogor, Purwakarta, Garut, dan Kabupaten Tasikmalaya.

Sementara itu, mayoritas daerah lainnya, termasuk wilayah-wilayah padat penduduk dan pusat pertanian di pantai utara Jawa Barat, hanya mengalami hujan ringan atau bahkan nyaris tidak ada hujan sama sekali. Hal ini menjadi perhatian bagi sektor pertanian, khususnya tanaman yang masih tergantung pasokan air dari hujan alami.

Prediksi Dasarian Ketiga Juli: 76 Persen Wilayah Masih Kering

Memasuki dasarian ketiga atau periode 21–30 Juli 2025, prakiraan BMKG menunjukkan bahwa 76 persen wilayah Jawa Barat akan tetap mengalami curah hujan rendah. Ini mencakup daerah-daerah seperti pantai utara (pantura) meliputi Bekasi, Karawang, Indramayu, serta Kota dan Kabupaten Cirebon.

Selain itu, wilayah timur Kabupaten Bogor, sebagian besar Sukabumi dan Cianjur, serta Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota dan Kabupaten Bandung juga termasuk dalam daftar daerah yang akan mengalami kekeringan ringan.

Kondisi Cuaca di Wilayah Priangan Timur

Curah hujan rendah juga diprakirakan akan terjadi di sejumlah wilayah lain seperti Sumedang, Majalengka, Kuningan, dan Ciamis. Sebagian wilayah Kabupaten Garut juga masuk dalam kategori ini.

Namun demikian, BMKG menyebut ada beberapa wilayah yang tetap berpotensi menerima hujan dengan intensitas menengah. Wilayah tersebut antara lain Kabupaten dan Kota Tasikmalaya serta kawasan perbatasannya dengan Garut dan Pangandaran.

Untuk curah hujan tinggi, BMKG memprediksi hanya sekitar dua persen wilayah Jawa Barat yang akan mengalaminya. Kawasan ini meliputi daerah selatan Kabupaten Bogor dan selatan Kabupaten Tasikmalaya. Intensitas hujan di wilayah ini kemungkinan dapat lebih besar dibanding daerah lain, namun tidak berlangsung secara merata atau luas.

Hari Tanpa Hujan Terpanjang di Karang Kendal, Cirebon

Hingga saat ini, wilayah Karang Kendal di Cirebon mencatat rekor hari tanpa hujan terpanjang di Jawa Barat pada Juli 2025, yakni selama 17 hari berturut-turut. Kondisi ini dapat menjadi sinyal peringatan dini bagi potensi kekeringan di daerah tersebut.

Menurut Alita Nuraeni, prakirawan cuaca di Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat, kondisi atmosfer dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah gelombang Low Equatorial yang masih aktif di wilayah Indonesia. Fenomena ini ikut berperan dalam mendistribusikan uap air ke atmosfer, meski tidak cukup untuk menimbulkan hujan signifikan di sebagian besar wilayah.

“Suhu muka laut yang relatif hangat di sekitar perairan Indonesia juga mendukung peningkatan suplai uap air ke atmosfer,” ujar Alita.

Labilitas Atmosfer dan Potensi Pembentukan Awan

Alita menambahkan bahwa kondisi atmosfer secara umum saat ini menunjukkan tingkat labilitas dari kategori ringan hingga kuat. Keadaan tersebut bisa memicu pembentukan awan konvektif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi hujan di beberapa daerah.

Namun, untuk pekan ini—terhitung sejak Senin hingga Kamis, 21–24 Juli—BMKG tidak mencatat adanya potensi hujan sedang hingga sangat lebat yang disertai petir atau angin kencang di Jawa Barat. Cuaca di sebagian besar wilayah diprediksi tetap cerah hingga berawan, dengan potensi hujan yang kecil dan tersebar.

Potensi Hujan di Akhir Pekan

Kendati demikian, hujan lokal dengan intensitas sedang masih mungkin terjadi pada akhir pekan di beberapa wilayah. Pada Jumat, 25 Juli, potensi hujan muncul di Kabupaten Tasikmalaya. Sementara itu, Sabtu 26 Juli diprediksi hujan akan turun di Ciamis dan Tasikmalaya. Lalu, pada Ahad, 27 Juli, hujan kembali mungkin terjadi di Tasikmalaya.

Pola hujan yang berpindah-pindah ini menjadi ciri umum musim kemarau di Indonesia, khususnya di wilayah tropis seperti Jawa Barat. Hujan turun secara sporadis dan tidak merata, bahkan dalam satu kabupaten pun perbedaan curah hujan bisa sangat mencolok antar kecamatan.

Antisipasi Dampak Musim Kemarau

Dengan semakin meluasnya wilayah kering di Jawa Barat, masyarakat dan pemerintah daerah perlu mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi dampak kekeringan. Sektor pertanian, pengelolaan air bersih, dan kesehatan masyarakat menjadi bidang yang rentan terdampak jika musim kemarau berlangsung lebih panjang dari biasanya.

Pemantauan curah hujan secara berkala oleh BMKG menjadi kunci untuk mengantisipasi risiko-risiko tersebut. Informasi iklim yang tepat waktu dan akurat dapat membantu pemerintah, petani, dan masyarakat umum dalam membuat perencanaan dan kebijakan yang lebih adaptif terhadap perubahan cuaca.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index