JAKARTA - Ketika pembangunan infrastruktur menjadi pemicu utama pergerakan ekonomi, kawasan timur Cibubur menunjukkan geliat baru. Salah satu bukti paling nyata adalah lonjakan minat investor dan pengembang properti di wilayah tersebut sejak tol Cimanggis–Cibitung mulai beroperasi penuh pada pertengahan 2024. Dengan menghubungkan langsung beberapa kota penyangga Jakarta, koridor ini menjelma menjadi primadona baru di pasar properti.
Jalan tol tersebut membentang melewati empat wilayah penyangga ibu kota: Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Empat pintu keluar utama di Jatikarya, Nagrak, Narogong, dan Burangkeng menjadi simpul strategis yang mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan komersial di sepanjang timur Cibubur.
Anton Sitorus, pengamat properti sekaligus Head of Research & Consulting CBRE, menilai kawasan timur Cibubur kini menyandang predikat sebagai “sunrise property” paling menjanjikan di sekeliling Jakarta. Ia menekankan bahwa keberadaan tol Cimanggis–Cibitung memperlancar mobilitas antarkawasan tanpa perlu masuk ke Jakarta sebagai pusat.
- Baca Juga Daftar Maskapai Penerbangan Terbaik 2025
“Tol ini menciptakan akses langsung antar wilayah penyangga tanpa harus masuk ke pusat Jakarta,” ujar Anton.
Aksesibilitas yang membaik menjadi magnet bagi pengembang untuk memperluas proyek residensial dan komersial. Wilayah ini dinilai memiliki potensi luar biasa untuk tumbuh menjadi kota mandiri. Buktinya, banyak pengembang besar nasional mulai dari Sinar Mas Land, Metland, Ciputra Group, Pesona Kahuripan Group, hingga Greenwoods telah menanamkan investasinya di kawasan tersebut.
Salah satu inisiatif pengembangan kota mandiri datang dari Metland Transyogi. Ronnie Erlangga, General Manager Metland Transyogi, menjelaskan bahwa pihaknya berfokus menjadikan kawasan tersebut sebagai City of Cileungsi. Pusat-pusat kegiatan seperti mal, apartemen, rumah sakit, hotel, hingga fasilitas pendidikan telah dibangun, membentuk ekosistem perkotaan yang lengkap dan modern.
“Pembangunan kami di Cileungsi nantinya akan lebih fokus pada pengembangan di Metland Transyogi sebagai pusat bisnis dan juga hunian. Fasilitas kota sudah lengkap, bahkan bakal terus bertambah,” tutur Ronnie.
Di sisi hunian, Metland Transyogi tengah mengembangkan sejumlah klaster rumah dengan harga jual di atas Rp1 miliar. Mayoritas pembeli merupakan warga kelas menengah dari Jakarta Timur yang mencari hunian dengan lahan lebih luas serta lingkungan yang lebih segar.
Sementara itu, Direktur Utama Pesona Kahuripan Group, Angga Budi Kusuma, memproyeksikan Cileungsi akan berkembang pesat dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Ia menyebut kawasan tersebut akan mampu bersaing dengan sisi barat Cibubur, baik dari sisi pembangunan maupun peluang investasi.
“Cileungsi dalam 3–4 tahun mendatang akan menjelma menjadi kota yang tidak kalah maju dengan sisi barat Cibubur saat ini,” kata Angga.
Ia menambahkan, hampir seluruh kebutuhan dasar dan fasilitas penunjang kota kini telah tersedia di kawasan tersebut. Keberadaan pengembang-pengembang besar juga mempercepat pertumbuhan kawasan.
Hal senada disampaikan Sri Haryadi, General Manager Citaville Cibubur dari Greenwoods Group. Sebagai boutique developer, pihaknya memilih kawasan timur Cibubur, terutama Cileungsi, karena dinilai strategis dan prospektif. Greenwoods kini tengah mengembangkan proyek Citaville Cibubur, yang lokasinya berada di antara proyek-proyek dari pengembang besar lainnya.
“Keberadaan tol Cimanggis–Cibitung sebagai potensi pasar yang menjanjikan khususnya untuk hunian,” jelas Sri.
Meski perkembangan pesat tengah terjadi, pengamat properti Anton Sitorus mengingatkan pentingnya pelengkap lain berupa moda transportasi massal. Kawasan timur Cibubur, dengan pertumbuhan populasi kelas menengah yang cepat, membutuhkan sistem transportasi berbasis transit oriented development (TOD) untuk mendukung mobilitas masyarakat secara berkelanjutan.
Ia menyebut perlunya peran aktif pemerintah dalam menyediakan sistem transportasi massal yang terintegrasi serta rencana tata kota yang matang. Selain itu, sinkronisasi antarwilayah juga krusial agar perkembangan kawasan tidak berjalan sendiri-sendiri.
“Butuh masterplan kota yang mengakomodir kebutuhan itu, termasuk koordinasi aturan perizinan antar kabupaten/kota di kawasan timur Cibubur. Jangan sampai jalan sendiri-sendiri, karena nanti akan menganggu perkembangan kota,” tegas Anton.
Hal tersebut diamini Angga Budi Kusuma, yang menilai dukungan pemerintah dalam bentuk percepatan birokrasi perizinan, penataan ruang, serta pembangunan infrastruktur tambahan sangat diperlukan. Ia menilai langkah tersebut dapat mendorong pertumbuhan investasi sekaligus meningkatkan pendapatan daerah.
Dengan masifnya pembangunan infrastruktur dan keterlibatan aktif pengembang besar, kawasan timur Cibubur kini memasuki babak baru. Koridor ini tak hanya menjadi alternatif hunian bagi warga Jakarta, tetapi juga menjelma sebagai kawasan investasi properti dengan prospek cerah yang sulit diabaikan.