JAKARTA - Langkah nyata menuju efisiensi energi dan keberlanjutan kini semakin terlihat di lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Melalui anak perusahaannya, PT KA Properti Manajemen atau KAI Properti, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mulai diimplementasikan di berbagai fasilitas penting yang tersebar di sejumlah daerah operasional KAI.
Alih-alih hanya mengandalkan pasokan energi konvensional dari PLN, KAI Properti kini memanfaatkan tenaga matahari sebagai sumber energi alternatif demi mendukung operasional yang ramah lingkungan. Pemasangan sistem PLTS ini menjadi bagian dari transformasi KAI Group untuk berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan efisiensi energi dalam jangka panjang.
“Pemasangan sistem PLTS ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan efisiensi energi, pengurangan emisi karbon, dan komitmen terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang menjadi pilar pembangunan berkelanjutan KAI Group,” ungkap Plt. Sekretaris Perusahaan KAI Properti, Ramdhani Subagja.
Langkah ini sekaligus menunjukkan keseriusan KAI dalam mendukung target pemerintah menuju transisi energi bersih, yang menjadi agenda penting nasional. KAI Properti menilai bahwa integrasi teknologi energi surya ke dalam sistem operasional perusahaan menjadi langkah strategis yang mendukung transformasi hijau di sektor transportasi.
Kapasitas PLTS Beragam, Siap Hadapi Cuaca Ekstrem
Dalam realisasinya, sistem PLTS yang dibangun memiliki kapasitas bervariasi antara 30 kilowatt peak (KWP) hingga 400 KWP. Panel surya yang digunakan memiliki daya 550 WP per unit, dan dirancang untuk tetap memberikan pasokan listrik secara efisien di berbagai kondisi cuaca.
“Saat cuaca cerah, suplai listrik dapat sepenuhnya mengandalkan tenaga matahari. Sementara saat mendung atau hujan, sistem tetap mampu menyuplai energi sebesar 10-25 persen dari panel, dan sisanya dipasok dari listrik PLN,” jelas Ramdhani.
Tak hanya itu, seluruh sistem PLTS juga dilengkapi dengan aplikasi digital pemantauan energi yang memungkinkan operator untuk memonitor daya masuk, konsumsi, dan cadangan energi secara real-time. Inovasi ini memberikan keunggulan dalam hal transparansi operasional sekaligus membantu efisiensi pengelolaan listrik di fasilitas-fasilitas KAI.
Lokasi Fasilitas KAI yang Sudah Terpasang PLTS
Sejauh ini, pembangunan PLTS telah rampung di 10 titik strategis yang tersebar di wilayah operasional KAI. Adapun fasilitas-fasilitas yang dimaksud antara lain:
Balai Yasa Mekanik Jalan Rel Cirebonprujakan
Kantor Divre III Palembang
Balai Yasa Lahat
Stasiun Padalarang
Stasiun Cimahi
Stasiun Padang
Stasiun Medan
Stasiun Tanjungkarang
Kantor Daop 2 Bandung dan Stasiun Bandung
Depo Tarahan
Melalui pemasangan PLTS di lokasi-lokasi tersebut, KAI Properti berharap dapat memperkuat fondasi keberlanjutan energi di seluruh lini operasional yang mendukung transportasi publik nasional.
“Pembangunan PLTS ini menjadi langkah strategis dalam mendukung efisiensi biaya energi, menekan ketergantungan terhadap listrik konvensional, serta mengurangi jejak karbon di lingkungan kerja KAI,” ujar Ramdhani.
Dorong Peran Aktif dalam Pembangunan Berbasis Energi Bersih
Proyek energi surya ini bukan sekadar upaya pemangkasan biaya operasional, melainkan bagian dari sinergi lintas sektor untuk mendukung sistem transportasi publik yang efisien dan ramah lingkungan. KAI Properti memosisikan diri sebagai bagian penting dalam mendukung visi pembangunan nasional berbasis energi bersih.
Menurut Ramdhani, selain meningkatkan kinerja aset KAI, program seperti ini juga mencerminkan peran aktif BUMN dalam mendukung perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
“Ke depan, KAI Properti berkomitmen untuk terus memperluas pemanfaatan energi surya di berbagai proyek dan fasilitas KAI, seiring dengan dorongan transformasi hijau di sektor transportasi dan properti,” tegasnya.
Dengan fokus pada keberlanjutan, efisiensi, dan integrasi teknologi ramah lingkungan, KAI Properti menunjukkan bahwa transformasi menuju energi bersih bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mutlak bagi masa depan industri transportasi Indonesia. Langkah ini diharapkan tidak hanya menjadi contoh bagi sektor lain, tetapi juga dapat mendorong percepatan adopsi energi terbarukan di berbagai lini industri tanah air.