JAKARTA - Di balik warung soto kecil di pinggir jalan Desa Banaran, Kapanewon Galur, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tersimpan kisah ketekunan luar biasa dari seorang gadis muda bernama Anyndha Tri Rahmawati. Di tengah kesederhanaan, Anyndha berhasil meraih impian besarnya menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) tanpa harus mengeluarkan biaya kuliah sepeser pun.
Perjalanan prestasi Anyndha bukan sekadar cerita tentang meraih kursi di kampus ternama. Ini adalah kisah kegigihan yang terbangun dari latar belakang keluarga sederhana. Ayahnya, Ngadiman (54), dan ibunya, Tuginem (49), sehari-hari menjalankan usaha warung soto kecil. Tempat mereka mencari nafkah bahkan digambarkan hanya seukuran seperempat lapangan voli.
“Warungnya kecil, hanya sekitar seperempat lapangan voli,” ujar Anyndha.
Namun keterbatasan ekonomi tak pernah menjadi penghalang bagi Anyndha untuk mengejar pendidikan. Dengan tekad kuat, ia menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Bantul dan mencatatkan sederet prestasi yang membanggakan. Ia berhasil masuk ke Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Lebih membanggakan lagi, Anyndha mendapatkan beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen yang membebaskannya dari seluruh biaya kuliah.
“Pokoknya semangat, jangan takut untuk mencoba, jangan takut untuk gagal. Yang penting kita sudah mencoba karena pengalaman itu tidak bisa dibeli dan pengalaman itu akan jadi hal yang bermanfaat,” ungkap Anyndha membagikan filosofi hidupnya.
Tak hanya berprestasi secara akademis, Anyndha juga aktif dalam berbagai kegiatan inovasi. Salah satu pencapaian gemilangnya adalah saat dirinya bersama tim menciptakan produk pembasmi rayap bernama E-Terminator. Produk ini sukses menyabet medali emas dalam ajang Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Nasional (FIKSI) 2024.
“Saya bersama teman-teman membuat produk pembasmi rayap dengan nama E-Terminator,” katanya, menceritakan proses kreatif di balik kesuksesan timnya.
Dalam perjalanan pendidikannya, Anyndha juga membuktikan ketekunan lewat peringkat kelulusan. Ia berhasil berada di peringkat tujuh dengan nilai rata-rata 88,2, sebuah capaian yang tentu membanggakan keluarganya.
Dukungan penuh dari keluarga menjadi kunci utama dalam pencapaian Anyndha. Ibunya, Tuginem, tak kuasa menahan tangis haru saat menyaksikan sang anak menembus kampus impian. Bagi sang ibu, kerja keras Anyndha adalah bukti bahwa keterbatasan tidak dapat membatasi mimpi.
“Dia anak pendiam tetapi memiliki tekad kuat untuk kuliah. Sejak lama ingin kuliah di UGM,” tutur Tuginem lirih.
Pesan sederhana namun penuh makna juga disampaikan sang ibu kepada Anyndha. Tuginem berharap anaknya bisa memanfaatkan kesempatan emas ini untuk meraih kesuksesan demi masa depan yang lebih cerah.
“Selagi masih bisa diberi kesempatan dan kemampuan untuk berjuang di UGM itu, jangan menyerah. Semoga juga bisa menjadi orang yang sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa serta untuk semua orang,” ucapnya penuh harap.
Kisah Anyndha tidak berdiri sendiri. Dalam beberapa waktu terakhir, Universitas Gadjah Mada memang menjadi rumah bagi banyak pelajar dari keluarga sederhana yang mampu menunjukkan prestasi luar biasa. Selain Anyndha, sejumlah kisah serupa juga mencuat ke permukaan.
Putri Khasanah, anak dari pedagang asongan, juga sukses masuk UGM tanpa biaya kuliah. Ia dikenal jago matematika dan membuktikan bahwa kemampuan akademis dapat menjadi jembatan menuju masa depan lebih baik.
Ada pula Varen, anak dari ibu kantin SD, yang juga mendapatkan kesempatan emas melalui jalur SNBP. Dari meja kantin sekolah dasar ke ruang kuliah UGM, ia mengukir prestasi membanggakan.
Cerita lain datang dari Rofi, anak penjual jerami, yang sebelumnya bekerja menjaga konter HP, kini bertransformasi menjadi mahasiswa UGM lewat prestasi akademik yang membanggakan.
Kesuksesan Anyndha dan teman-temannya adalah pengingat bahwa sistem pendidikan dapat membuka jalan bagi mereka yang tidak memiliki privilese ekonomi. Dengan komitmen kuat, semangat belajar, dan ketekunan, peluang untuk menembus kampus bergengsi tetap terbuka lebar bagi siapa saja.
Lewat prestasi mereka, pesan yang disampaikan begitu jelas: keterbatasan bukan penghalang, melainkan batu loncatan untuk mencapai mimpi. Keteladanan ini membuktikan bahwa kerja keras dan semangat pantang menyerah mampu mengantarkan siapa pun menuju pencapaian besar.
Kini, perjalanan baru menanti Anyndha di kampus UGM. Bersama mahasiswa lainnya, ia akan mengukir kisah baru, membuka jalan bagi masa depan cerah, tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga bagi keluarga yang telah membesarkannya dengan penuh perjuangan.