JAKARTA - Salatiga kembali menorehkan prestasi membanggakan di dunia fesyen Tanah Air. Lewat partisipasi aktif Post Modeling dalam perhelatan Jogja Fashion Trend (JFT) 2025, talenta muda dari kota kecil di lereng Merbabu ini menunjukkan bahwa kreativitas lokal mampu tampil dengan percaya diri di panggung nasional bahkan berpotensi internasional.
Acara yang berlangsung selama tiga hari, 11–13 Juli 2025 di The Rich Jogja Hotel, menjadi ajang unjuk gigi para insan mode dari berbagai daerah. Di hari kedua pelaksanaan,sepuluh model dari Sleman Post Modeling tampil memukau dalam sesi pembuka. Mereka mempersembahkan koleksi busana bernuansa wastra Nusantara yang dirancang khusus oleh fashion brand asal Salatiga, Skan1sa.
Nama-nama seperti Halwa Meydita Janitra, Jasmine Arasely Shareen, Aquilla Heaven Sutedja, Sidney Quinn Tjhai, Elvira Putri, Galuh Candra Kirana, Agnes Sarisha Saraswati, Gracelyn Laurie Freya Darmawan, Yuanita Afsel Putri Amira, dan Hanadell Gabriela turut menjadi sorotan dalam pertunjukan yang mengedepankan tema besar JFT 2025: “Cultural Fusion: Twisted into Modern Era.”
Tema tersebut dipilih untuk merayakan kekayaan budaya Indonesia, yang dipadukan dengan sentuhan modern dan inovatif dalam wujud busana yang elegan dan berkelas internasional.
“Kami ingin menyatukan budaya dalam sentuhan modern. Sepuluh model yang menjadi peraga busana elegan dan chic ini mengedepankan warna-warna ceria khas anak-anak dan remaja,” tutur Miss Tika, pemilik Post Modeling dan juga penggagas keikutsertaan mereka di acara prestisius ini.
Menurutnya, partisipasi anak-anak dan remaja ini bukan sekadar pertunjukan mode, tapi juga sarana pendidikan karakter dan kepercayaan diri. “Anak-anak ini sangat senang tampil di JFT 2025, bahkan sudah menyatakan ingin ikut kembali tahun depan. Bisa dibilang, mereka ketagihan panggung,” ungkapnya sambil tersenyum. Miss Tika, yang memiliki nama lengkap Asitya Ndaru Mustikarini, juga merupakan pendiri Post Modeling School Salatiga.
Kehadiran mereka di ajang ini tak lepas dari kerja sama strategis dengan label fashion Skan1sa. Brand ini dikenal sebagai pengusung desain fesyen berbasis budaya lokal yang modern dan siap pakai (ready to wear). Lewat karya-karyanya, Skan1sa mengeksplorasi kekayaan kain tradisional Nusantara dengan pendekatan kontemporer yang elegan.
Kolaborasi antara Post Modeling dan Skan1sa bukan hanya menghadirkan estetika visual yang kuat, tetapi juga mengangkat semangat pemberdayaan anak muda daerah dalam industri kreatif nasional. “Ini adalah bukti nyata bahwa Salatiga memiliki potensi besar. Melalui sinergi antara model-model muda dan desainer lokal visioner, kita tunjukkan bahwa daerah juga bisa bersinar,” terang Miss Tika.
Koreografi penampilan disusun oleh Nyudi Dwijo Susilo, yang memastikan bahwa gerakan para model tidak hanya menonjolkan busana, tetapi juga menyampaikan pesan harmoni dan semangat budaya yang menyatu dalam kreativitas anak bangsa.
Busana yang ditampilkan memadukan unsur motif, siluet, dan ornamen dari berbagai daerah di Indonesia. Semuanya dikemas ulang dalam gaya modern-ready-to-wear yang berwawasan global. Ini membuat setiap karya tidak hanya memikat dari segi tampilan, tetapi juga memiliki nilai kultural tinggi yang tetap relevan dengan pasar masa kini.
Miss Tika menjelaskan bahwa konsep “Cultural Fusion” yang menjadi benang merah JFT 2025 juga merefleksikan filosofi Yogyakarta sebagai kota budaya. “Seperti garis imajiner Yogyakarta yang menghubungkan Gunung Merapi, Keraton, dan Pantai Selatan, karya-karya ini menyimbolkan harmoni antar budaya yang berpadu tanpa kehilangan akar tradisi,” katanya.
Lebih dari sekadar panggung mode, partisipasi Post Modeling di ajang ini menjadi bentuk nyata dukungan terhadap promosi karya fesyen berbasis budaya. Sekaligus memperkenalkan talenta muda dari Salatiga, yang seringkali luput dari radar industri kreatif nasional.
“Ini bukan hanya penampilan, tapi komitmen kami dalam mengenalkan anak-anak muda pada dunia yang lebih besar. Kami ingin menginspirasi mereka untuk bangga terhadap budaya sendiri, sekaligus tetap kreatif, inovatif, dan adaptif dengan zaman,” tegas Miss Tika.
Tak hanya itu, partisipasi ini juga menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk lebih aktif mengembangkan potensi lokal mereka, baik dari sisi sumber daya manusia maupun karya budaya yang bisa diolah menjadi produk kreatif bernilai tinggi.
Ajang Jogja Fashion Trend 2025 pun menjadi panggung yang tepat untuk menunjukkan bahwa mode Indonesia tidak hanya milik kota besar. Melalui dedikasi, sinergi, dan cinta pada budaya, daerah seperti Salatiga bisa ikut menentukan arah industri kreatif nasional.