Emas

Harga Emas Menguat, Investor Optimis Pilih Safe Haven

Harga Emas Menguat, Investor Optimis Pilih Safe Haven
Harga Emas Menguat, Investor Optimis Pilih Safe Haven

JAKARTA - Ketidakpastian politik dan kekhawatiran inflasi di Amerika Serikat mendorong investor global untuk kembali melirik emas sebagai aset aman. Harga emas dunia melonjak lebih dari 1% pada perdagangan Selasa, 1 Juli 2025 setelah Senat AS menyetujui RUU besar yang diinisiasi Presiden Donald Trump. Kenaikan harga emas ini menegaskan betapa sensitifnya pasar terhadap perkembangan kebijakan fiskal dan tarif perdagangan AS.

Harga emas di pasar spot tercatat naik 1,1% ke level USD 3.337,42 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS ditutup menguat 1,3% pada USD 3.349,8 per ons. Penguatan ini menandai reli signifikan dalam satu hari, yang didorong oleh meningkatnya permintaan investor terhadap aset lindung nilai.

Senat Amerika Serikat, yang saat ini dikuasai Partai Republik, pada Selasa malam waktu setempat mengesahkan RUU pemotongan pajak dan program belanja yang besar sesuai keinginan Presiden Trump. RUU tersebut secara luas memangkas berbagai program layanan sosial, dengan konsekuensi memperlebar defisit anggaran negara.

“RUU anggaran yang disahkan memberi dukungan karena tampaknya akan menyebabkan defisit sebesar $3 triliun dalam 10 tahun ke depan,” jelas analis Marex, Edward Meir. Menurutnya, proyeksi defisit yang semakin lebar ini memicu kekhawatiran pasar akan tekanan inflasi di masa mendatang.

Lebih lanjut, Meir menambahkan, “Hal ini, selain bersifat inflasioner, juga akan meningkatkan beban utang yang harus dibiayai dengan lebih banyak pinjaman — semua faktor ini mendukung pasar emas yang lebih kuat.”

Tarif Perdagangan Perkuat Permintaan Emas

Selain kebijakan fiskal yang agresif, ketidakpastian seputar tarif perdagangan juga turut memperkuat posisi emas sebagai safe haven. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, memperingatkan bahwa negara-negara yang telah bernegosiasi dengan itikad baik sekalipun tetap berisiko dikenai tarif lebih tinggi.

Pernyataan tersebut terkait dengan mendekatnya tenggat 9 Juli, yang menjadi batas berakhirnya tarif sementara sebesar 10%. Jika tidak ada kesepakatan baru, tarif bisa melonjak menjadi 11% hingga 50% sesuai kebijakan yang sebelumnya sempat ditangguhkan oleh Trump.

Situasi ini memunculkan kekhawatiran lanjutan di pasar global, mengingat konflik dagang yang berlarut-larut dapat mengganggu rantai pasok dan menekan pertumbuhan ekonomi dunia.

Fokus Pasar Beralih ke Data Ekonomi AS

Meningkatnya harga emas terjadi jelang dirilisnya data ketenagakerjaan ADP AS pada Rabu dan laporan payroll pada Kamis, yang dinantikan investor untuk mencari petunjuk arah kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve.

Ketua The Fed, Jerome Powell, sempat menegaskan bahwa inflasi AS masih bergerak sesuai proyeksi, jika dampak tarif dikesampingkan. Namun pelaku pasar tetap menilai situasi politik dan potensi tarif baru bisa mengubah kalkulasi kebijakan moneter ke depan.

Pasar kini memperkirakan peluang cukup besar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada 2025, total 50 basis poin, yang kemungkinan dimulai pada September mendatang. “Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi,” papar laporan tersebut.

Prediksi Harga Emas Kuartal IV

Sementara itu, Rhona O’Connell, kepala analisis pasar untuk kawasan EMEA dan Asia di StoneX, menyebut bahwa rata-rata harga emas berpotensi bertahan di kisaran USD 3.000 per ons pada kuartal keempat tahun ini.

Namun ia juga memperingatkan risiko koreksi yang lebih dalam menjelang tutup tahun. “Dan kemungkinan bahkan lebih rendah pada akhir tahun,” ujarnya, menekankan potensi volatilitas tinggi pada emas yang berkorelasi dengan arah kebijakan The Fed dan perkembangan situasi geopolitik global.

Inflasi dan Utang AS Jadi Sorotan Pasar

Kenaikan harga emas pada Selasa mengindikasikan kekhawatiran pasar akan dampak kebijakan fiskal ekspansif AS terhadap inflasi dan stabilitas ekonomi. Defisit yang diperkirakan melonjak dalam satu dekade ke depan diyakini akan memicu tambahan penerbitan utang negara, menambah beban pembayaran bunga dan meningkatkan risiko ketidakstabilan fiskal.

Pasar emas pun mendapat sokongan dari investor institusi yang mengantisipasi tekanan inflasi jangka panjang. “Selama ketidakpastian ini berlanjut, harga emas akan tetap di atas USD 3.300 per ons,” kata Meir.

Kebijakan fiskal ekspansif AS yang disetujui Senat dan kekhawatiran atas tarif perdagangan yang akan segera berlaku menjadi pemicu utama kenaikan harga emas di awal Juli 2025. Investor global memilih mengamankan asetnya ke instrumen yang terbukti aman seperti emas, sembari menanti sinyal lanjutan dari data ekonomi AS dan arah kebijakan The Fed dalam beberapa bulan ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index