Bursa

Bursa Asia Menguat, Saham Jepang Memimpin

Bursa Asia Menguat, Saham Jepang Memimpin
Bursa Asia Menguat, Saham Jepang Memimpin

JAKARTA — Bursa saham Asia dibuka menguat pada perdagangan Kamis pagi, 26 Juni 2025, dengan sebagian besar indeks regional menunjukkan tren positif meskipun terdapat tekanan geopolitik global. Pergerakan indeks yang bervariasi menunjukkan pasar masih berhati-hati menimbang prospek ekonomi global dan perkembangan geopolitik, terutama di Timur Tengah.

Hingga pukul 08.21 WIB, indeks saham utama di kawasan Asia mencatatkan kinerja sebagai berikut:

Nikkei 225 Jepang naik signifikan sebesar 346,92 poin atau 0,90% ke level 39.290,01.

Taiex Taiwan menguat tipis 26,47 poin atau 0,12% menjadi 22.453,04.

FTSE Malaysia juga mengalami kenaikan sebesar 2,07 poin atau 0,14% ke level 1.521,86.

Sementara itu, beberapa indeks mencatatkan penurunan:

Hang Seng Hong Kong terkoreksi 129,38 poin atau 0,53% ke level 24.345,29.

ASX 200 Australia turun 17,09 poin atau 0,20% ke 8.542,10.

Straits Times Singapura sedikit melemah 0,39 poin atau 0,01% ke posisi 3.925,63.

Saham Jepang Menjadi Penopang Penguatan Bursa Asia

Kenaikan terbesar terjadi pada bursa Jepang yang dipimpin oleh indeks Nikkei 225 dan indeks Topix, didukung oleh kinerja saham-saham blue-chip dan teknologi. Sentimen positif dari pelaku pasar Jepang juga ditopang oleh pelemahan yen yang mendorong ekspektasi keuntungan korporasi eksportir.

Indeks MSCI Asia Pasifik, yang mencerminkan pergerakan saham di berbagai negara kawasan Asia (di luar Jepang), ikut naik 0,3%, memperkuat pandangan bahwa investor mulai merespons secara positif terhadap perbaikan sentimen pasar global.

Menurut analis pasar keuangan dari BMO Private Wealth, Carol Schleif, pelaku pasar mulai melihat potensi meredanya konflik geopolitik yang sempat memanas antara Israel dan Iran.

“Pasar memperkirakan bahwa konflik terburuk Israel-Iran sudah berlalu,” ujar Schleif dalam keterangannya. Pernyataan ini mencerminkan optimisme bahwa tensi geopolitik yang sempat mengganggu pasar keuangan global beberapa pekan terakhir kini mulai mereda.

Faktor Global: AS, Iran, dan Stabilitas Regional

Kondisi geopolitik menjadi latar belakang utama yang mempengaruhi dinamika bursa Asia pada pekan ini. Mengutip laporan Bloomberg, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa AS akan mempertimbangkan pertemuan dengan Iran, meskipun ia masih meragukan efektivitas perjanjian diplomatik baru terkait program nuklir negara tersebut.

Komentar tersebut muncul setelah hari kedua gencatan senjata antara Israel dan Iran diberlakukan, yang mengurangi kekhawatiran eskalasi konflik bersenjata lebih luas di kawasan Timur Tengah.

Kondisi ini langsung mendapat respons dari pasar. Investor menyambut positif kabar bahwa konflik tidak berkembang menjadi skenario perang berkepanjangan yang dapat mengguncang harga komoditas global, terutama minyak mentah.

Intervensi Bank Sentral dan Pergerakan Mata Uang

Dari sisi moneter, langkah Bank Sentral Hong Kong (HKMA) juga menjadi sorotan. Lembaga ini melakukan intervensi dengan membeli dolar Hong Kong guna mempertahankan nilai tukar mata uangnya terhadap dolar AS. Langkah tersebut mencerminkan upaya serius otoritas moneter dalam menjaga stabilitas keuangan di tengah tekanan eksternal.

“Kami melihat adanya respons aktif dari bank sentral kawasan dalam mengantisipasi volatilitas global, terutama terkait nilai tukar dan arus modal,” ujar salah satu ekonom regional yang enggan disebutkan namanya.

Sikap Investor Masih Selektif

Meski mayoritas indeks mengalami penguatan, pergerakan yang masih bersifat "mixed" mencerminkan sikap hati-hati investor. Mereka menanti arah kebijakan bank sentral global berikutnya, termasuk kemungkinan penyesuaian suku bunga oleh The Federal Reserve dalam waktu dekat.

Dari sisi domestik Asia, tidak ada rilis data ekonomi besar hari ini. Namun pelaku pasar tetap mencermati sejumlah rilis indikator ekonomi utama seperti PMI Manufaktur, indeks harga produsen (PPI), dan neraca perdagangan dari Jepang dan Tiongkok yang dijadwalkan keluar pada pekan ini.

Investor juga masih menantikan arah pertumbuhan ekonomi kawasan setelah IMF memperbarui proyeksi global yang menyebut Asia sebagai pusat pertumbuhan baru, tetapi juga rentan terhadap tekanan eksternal, terutama dari kebijakan moneter agresif di AS dan Eropa.

Komposisi Portofolio dan Rotasi Sektor

Kenaikan di sektor saham Jepang mencerminkan rotasi sektor yang saat ini tengah berlangsung. Saham-saham sektor teknologi, manufaktur, dan otomotif menjadi primadona karena nilai tukar yen yang lebih lemah membuat produk ekspor Jepang lebih kompetitif.

“Pelemahan yen saat ini adalah peluang bagi eksportir besar Jepang. Kami melihat saham-saham seperti Toyota, Sony, dan Mitsubishi menjadi penggerak indeks,” ujar salah satu analis pasar modal Tokyo.

Di sisi lain, sektor properti dan finansial di kawasan Hong Kong dan Tiongkok masih berada dalam tekanan karena kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan domestik dan ketidakpastian regulasi dari pemerintah pusat.

Proyeksi Pasar dan Arah Perdagangan Selanjutnya

Melihat arah pasar hari ini, penguatan di bursa Asia dapat berlanjut jika sentimen global tetap positif. Namun, perlu diwaspadai potensi koreksi teknikal mengingat adanya lonjakan indeks pada sesi sebelumnya dan rotasi investor menuju aset yang lebih defensif.

Para investor institusi diperkirakan akan tetap selektif dalam menempatkan dana, fokus pada saham-saham dengan fundamental kuat dan valuasi yang menarik, terutama di sektor energi terbarukan, semikonduktor, dan konsumsi digital.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index