Panen Perdana Kopi Merapi, Sleman Genjot Wisata Alam

Senin, 16 Juni 2025 | 11:08:30 WIB
Panen Perdana Kopi Merapi, Sleman Genjot Wisata Alam

JAKARTA — Kawasan lereng Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kini menghadirkan potensi baru di sektor wisata dengan panen perdana kopi robusta yang ditanam di kawasan tersebut. Budidaya kopi Merapi ini tidak hanya bertujuan untuk konservasi lingkungan, tetapi juga diproyeksikan menjadi daya tarik baru pariwisata berbasis alam di Sleman.

Panen perdana kopi Merapi ini berlangsung pada Ahad, 15 Juni 2025, di Kecamatan Cangkringan, Sleman. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Heru Tri Widarto, menyatakan, selama ini banyak masyarakat memandang produksi kopi semata-mata untuk orientasi ekspor. Namun, menurutnya, kopi juga memiliki potensi besar sebagai penunjang sektor pariwisata.

"Kopi dan pariwisata itu hubungannya sangat erat. Wisatawan tidak hanya mencari pemandangan, tapi juga pengalaman baru, salah satunya melalui cita rasa kopi lokal yang khas," kata Heru Tri Widarto.

Heru menjelaskan bahwa keberadaan kopi berkualitas di lereng Merapi diyakini akan menarik lebih banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Para wisatawan bisa menikmati suasana alam yang sejuk sembari mencicipi kopi khas lereng Merapi langsung dari sumbernya.

Heru menambahkan, kehadiran kebun kopi ini dapat memberikan multiplier effect atau efek ganda bagi pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. "Wisatawan yang datang tentu menggunakan berbagai moda transportasi, menginap di hotel, makan di restoran, dan membeli oleh-oleh. Ini akan menggerakkan sektor transportasi, perhotelan, kuliner, hingga UMKM," ujarnya.

Sejak 2022, pemerintah pusat telah menyalurkan puluhan ribu bibit kopi ke kawasan lereng Merapi, khususnya di Desa Umbulharjo dan Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan. Kini, bibit-bibit tersebut mulai menunjukkan hasil positif dengan panen perdana tahun ini. Heru menegaskan bahwa hasil panen ini menjadi bukti bahwa kopi Merapi layak dibudidayakan lebih luas lagi.

Dukungan penuh terhadap pengembangan kopi Merapi juga datang dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Menurutnya, kopi Merapi memiliki potensi menjadi produk unggulan yang bisa bersanding dengan kopi-kopi terbaik di Indonesia.

"Dengan keunggulan khas yang dimiliki kopi Merapi, saya harap bisa menjadi daya tarik utama wisata di Sleman, yang selama ini sudah memiliki ekosistem pariwisata yang mapan," ujar Sultan.

Namun, Sultan mengingatkan bahwa salah satu tantangan utama dalam pengembangan kopi Merapi adalah ketersediaan air. "Sebetulnya kopi ini memerlukan air yang cukup. Maka dari itu, jika masih ada lahan yang memungkinkan, saya menyarankan dibuatkan embung atau penampungan air," ucapnya.

Sultan menambahkan, pembangunan embung tidak harus mengandalkan dana dari pemerintah pusat (APBN), karena Pemerintah Provinsi DIY pun sudah memiliki rekam jejak membangun embung untuk mendukung sektor perkebunan lain seperti teh dan durian.

"Tidak perlu (dana dari) APBN, pemerintah daerah mampu. Selama ini provinsi juga sudah membangun banyak embung. Tapi embung saja tidak cukup, perlu pipa-pipa untuk distribusi air," kata Sultan.

Sultan menegaskan pentingnya gotong royong masyarakat dalam mendukung keberlanjutan budidaya kopi Merapi. "Masyarakat perlu ikut bergotong royong dalam pembangunan infrastruktur pendukung seperti pipa pengairan. Tidak harus mahal, yang penting air bisa sampai ke tanaman," katanya lagi.

Selain soal pengairan, Sultan menekankan pentingnya konsistensi dalam pemasaran produk kopi Merapi. Ia menyarankan agar produk kopi Merapi dipasarkan dengan satu nama merek (branding) untuk menghindari persaingan antar kelompok petani yang justru bisa merusak harga pasar.

"Harapan saya ada satu branding saja, harga jualnya disamakan, bangun jaringan bisnisnya, dan tumbuhkan rasa kebersamaan antar warga," imbuh Sultan.

Sementara itu, Bupati Sleman, Harda Kiswaya, turut menyampaikan rasa syukur atas capaian panen perdana kopi Merapi ini. Ia menyebutkan bahwa keberhasilan panen kopi ini merupakan impian lama masyarakat lereng Merapi.

"Ketika warga bisa menanam kopi di lahan-lahan lereng Merapi, tumbuh subur dan bisa dipanen, ini patut kita syukuri. Ini akan menjadi tambahan kekuatan untuk perekonomian warga sekitar," ucap Bupati Harda Kiswaya.

Harda menegaskan bahwa pemerintah daerah akan terus mendukung pengembangan kopi Merapi sebagai bagian dari upaya memperkuat sektor pariwisata sekaligus ketahanan ekonomi masyarakat setempat.

Dengan panen perdana kopi Merapi ini, diharapkan Sleman tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga sebagai pusat agrowisata kopi yang menawarkan pengalaman unik bagi para wisatawan. Kombinasi antara keindahan alam lereng Merapi, cita rasa kopi robusta berkualitas, dan kekuatan komunitas lokal akan menjadi pilar utama dalam mendorong ekonomi kreatif dan pariwisata berbasis komunitas di wilayah ini.

Terkini