JAKARTA — PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL), subholding dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung pemberdayaan penyandang disabilitas di Indonesia. Melalui berbagai program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), SPSL menunjukkan peran aktifnya dalam mendukung pembangunan yang inklusif dan berkeadilan sosial.
Langkah strategis yang ditempuh SPSL ini juga merupakan bentuk nyata dukungan terhadap kebijakan Pemerintah Republik Indonesia, khususnya dalam mewujudkan Asta Cita, yakni delapan prioritas pembangunan nasional yang menempatkan pembangunan manusia dan inklusivitas sebagai pilar utama.
Mewujudkan Pembangunan Inklusif Lewat Aksi Nyata
Sejak peluncuran inisiatif sosialnya, SPSL telah melaksanakan berbagai program yang secara khusus menyasar komunitas disabilitas. Salah satu langkah awal yang menandai keseriusan ini adalah program pemberian bantuan kaki palsu gratis kepada penyandang disabilitas fisik.
Tak berhenti di situ, SPSL kemudian memperluas cakupan bantuannya dengan mendistribusikan Ankle Foot Orthosis (AFO), alat bantu gerak untuk memperbaiki posisi kaki bagian bawah dan pergelangan kaki yang tidak stabil atau mengalami gangguan fungsi. Program ini diyakini dapat memberikan manfaat besar bagi mobilitas dan kualitas hidup para penerimanya.
Corporate Secretary PT Pelindo Solusi Logistik, T. Deddy Junaidi, menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus menghadirkan program TJSL yang inklusif dan berdampak jangka panjang.
“Kami percaya bahwa setiap individu, termasuk para penyandang disabilitas, memiliki hak yang sama untuk hidup secara mandiri dan berkontribusi bagi masyarakat. Karena itu, kami secara konsisten menyusun dan menjalankan program yang mendukung kemandirian dan mobilitas mereka,” ujar Deddy.
Kolaborasi dan Keberlanjutan dalam TJSL
SPSL menyadari bahwa untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan, kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi kunci. Oleh karena itu, dalam menjalankan program pemberdayaan disabilitas, SPSL turut menggandeng lembaga sosial, komunitas disabilitas, serta institusi kesehatan dan rehabilitasi.
Menurut Deddy, kolaborasi tersebut juga menjadi salah satu pendekatan strategis perusahaan agar program TJSL tidak hanya bersifat karitatif, tetapi juga memberdayakan dan memperkuat potensi individu penyandang disabilitas dalam jangka panjang.
“Kami ingin menciptakan ekosistem yang mendorong partisipasi aktif para penyandang disabilitas dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Untuk itu, kami juga tengah menyusun program pelatihan keterampilan dan peningkatan kapasitas, agar mereka dapat hidup lebih mandiri dan berdaya saing,” tambahnya.
Mendorong Inklusivitas Sebagai Nilai Korporasi
Penerapan prinsip inklusivitas tidak hanya terbatas pada program sosial eksternal, namun juga diinternalisasi dalam budaya kerja SPSL. Perusahaan telah mulai membuka ruang bagi penyandang disabilitas untuk bergabung sebagai bagian dari keluarga besar Pelindo Group.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan dunia kerja yang ramah disabilitas dan menciptakan lingkungan kerja yang setara bagi seluruh individu. SPSL juga tengah menyusun pedoman internal untuk memastikan aksesibilitas fasilitas kerja, pelatihan kesadaran disabilitas bagi karyawan, serta kebijakan non-diskriminatif yang berkelanjutan.
“Kami ingin menjadi pelopor dalam menciptakan lingkungan kerja yang ramah dan mendukung inklusivitas. Ini bukan hanya soal pemenuhan tanggung jawab sosial, tetapi menjadi bagian dari nilai dan integritas perusahaan,” tegas Deddy.
Respons Positif dari Penerima Manfaat
Program bantuan alat bantu gerak seperti kaki palsu dan AFO telah memberikan dampak langsung bagi para penerima manfaat. Banyak dari mereka yang kini bisa kembali beraktivitas secara mandiri, bahkan ada yang mulai kembali bekerja dan berwirausaha.
Seorang penerima bantuan kaki palsu, Yudi (34), mengaku sangat terbantu oleh program tersebut. “Saya sempat tidak bisa berjalan selama lebih dari satu tahun. Setelah mendapat kaki palsu dari Pelindo Solusi Logistik, saya bisa kembali bekerja dan membantu keluarga,” ungkap Yudi.
Penerima bantuan AFO lainnya, Lilis (28), yang mengalami kelumpuhan parsial, mengungkapkan bahwa alat tersebut sangat membantunya dalam menjalani rutinitas harian. “AFO ini membuat saya lebih stabil berjalan. Saya juga jadi lebih percaya diri keluar rumah,” ujarnya penuh syukur.
Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Program TJSL SPSL yang berfokus pada disabilitas sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin 10 tentang “mengurangi ketimpangan”, serta poin 3 tentang “kehidupan sehat dan sejahtera”.
Dengan komitmen ini, SPSL tidak hanya memenuhi tanggung jawab sosial sebagai perusahaan negara, tetapi juga berperan aktif dalam memperkuat fondasi pembangunan nasional yang inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Komitmen Berkelanjutan ke Depan
Ke depan, SPSL akan terus memperluas cakupan program inklusifnya, termasuk menjajaki peluang penyediaan pelatihan keterampilan berbasis digital, pendampingan wirausaha inklusif, serta penyediaan alat bantu teknologi adaptif untuk penyandang disabilitas intelektual dan sensorik.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang logistik pelabuhan, SPSL melihat bahwa inklusivitas juga menjadi bagian penting dalam mendukung kelancaran aktivitas logistik nasional yang berorientasi pada keberagaman dan keadilan sosial.
“Kami percaya bahwa inklusivitas bukan sekadar wacana, tetapi harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan berkelanjutan. SPSL akan terus menjadi mitra pembangunan inklusif di Indonesia,” tutup Deddy.
Dengan langkah nyata dan komitmen yang terus dikokohkan, SPSL membuktikan bahwa dunia usaha memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan manusia yang inklusif, setara, dan berdaya di tengah keragaman masyarakat Indonesia. Program-program seperti pemberian kaki palsu, AFO, hingga pembukaan peluang kerja bagi penyandang disabilitas menjadi tonggak penting menuju Indonesia yang lebih adil dan ramah bagi semua.