Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg di OKU Selatan: Warga Antre Berjam Jam dan Harga Melonjak

Jumat, 28 Maret 2025 | 19:51:49 WIB
Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg di OKU Selatan: Warga Antre Berjam Jam dan Harga Melonjak

JAKARTA - Menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan menghadapi krisis kelangkaan gas elpiji 3 kg yang telah berlangsung hampir tiga pekan. Kondisi ini menyebabkan antrean panjang di berbagai pangkalan dan pengecer, dengan warga rela berdesakan demi mendapatkan tabung gas subsidi yang semakin sulit ditemukan.

Selain ketersediaannya yang terbatas, harga gas elpiji subsidi ini juga mengalami lonjakan yang signifikan. Berdasarkan pantauan di lapangan, harga gas elpiji di tingkat agen resmi berkisar antara Rp 25 ribu per tabung. Namun, di tingkat pengecer, harganya bisa melonjak hingga Rp 40 ribu per tabung, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang seharusnya berlaku.

Warga Terpaksa Membeli dengan Harga Tinggi

Meski harga melambung, warga tidak memiliki pilihan lain selain tetap membeli gas elpiji dengan harga yang lebih tinggi dari seharusnya. Kelangkaan ini memaksa banyak masyarakat untuk berburu gas dari satu tempat ke tempat lain demi memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka, terutama menjelang hari raya.

“Mau bagaimana lagi? Yang penting ada barangnya. Kalau tidak ada gas, kami susah masak, apalagi sebentar lagi Lebaran,” ujar Samsuri, salah seorang warga yang ikut mengantre demi mendapatkan tabung gas elpiji, Selasa 25 MARET 2025.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Siti, seorang ibu rumah tangga yang mengaku kesulitan mencari gas untuk kebutuhan sehari-hari. “Setiap hari saya cari gas ke beberapa tempat, tapi sering kosong. Sekalinya ada, harganya mahal. Kami terpaksa beli karena kebutuhan,” jelasnya.

Pedagang Kecil Merugi

Krisis kelangkaan gas ini juga berdampak pada pedagang kecil yang mengandalkan gas elpiji untuk menjalankan usaha mereka, seperti pedagang gorengan dan warung makan. Beberapa pedagang mengaku mengalami penurunan pendapatan akibat sulitnya mendapatkan gas dengan harga normal.

“Kalau harga naik, otomatis modal bertambah. Sementara, kalau saya ikut menaikkan harga jual, pelanggan jadi sepi. Ini sangat merugikan kami sebagai pedagang kecil,” ungkap Rahmat, seorang penjual makanan di OKU Selatan.

Keluhan ini juga datang dari sejumlah pengusaha rumah makan yang mengalami keterlambatan dalam proses memasak akibat harus mencari gas ke berbagai tempat. Beberapa dari mereka bahkan mempertimbangkan untuk beralih ke bahan bakar alternatif seperti kayu bakar, meskipun hal tersebut tidak efisien.

SPBE Klaim Pasokan Aman, Tapi Kelangkaan Tetap Terjadi

Di sisi lain, pihak Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) Muara Dua mengaku telah menambah pasokan selama bulan Ramadan untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan. Namun, mereka juga mengakui adanya permasalahan distribusi yang menyebabkan kelangkaan di sejumlah wilayah.

“Kami sudah meningkatkan distribusi gas untuk OKU Selatan selama Ramadan, tapi kelangkaan masih terjadi. Kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan distribusi gas lebih lancar,” ujar Wenni Anggraini, Humas SPBE Muara Dua.

Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap rantai distribusi agar gas elpiji bisa sampai ke masyarakat dengan harga yang sesuai dengan HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Penyebab Kelangkaan: Permintaan Tinggi dan Dugaan Penimbunan

Beberapa pengamat menilai bahwa kelangkaan gas ini terjadi akibat tingginya permintaan menjelang Lebaran serta dugaan adanya praktik penimbunan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Situasi ini bukan pertama kalinya terjadi, mengingat setiap tahun menjelang hari raya, harga dan ketersediaan gas elpiji selalu menjadi permasalahan utama.

Menurut seorang warga yang enggan disebutkan namanya, ada indikasi bahwa beberapa agen atau pengecer sengaja menahan stok gas untuk dijual dengan harga lebih tinggi ketika permintaan meningkat. “Kami sering lihat gas datang di pangkalan, tapi cepat habis. Padahal kalau dihitung, harusnya stok cukup,” ujarnya.

Pemerintah Diminta Turun Tangan

Sejumlah pihak mendesak pemerintah daerah dan instansi terkait untuk segera mengambil langkah konkret guna mengatasi kelangkaan ini. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) diharapkan dapat melakukan sidak ke lapangan guna memastikan distribusi gas elpiji berjalan dengan baik serta menindak tegas oknum yang terbukti melakukan penimbunan.

“Kami berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah ini. Jangan sampai masyarakat terus menjadi korban,” ujar Herman, salah satu tokoh masyarakat OKU Selatan.

Selain itu, masyarakat juga berharap agar Pertamina dan pihak berwenang meningkatkan pengawasan terhadap distribusi elpiji agar tidak terjadi penyimpangan yang merugikan warga.

Solusi Jangka Panjang

Sebagai solusi jangka panjang, pemerintah dan Pertamina diharapkan dapat memperbaiki sistem distribusi gas elpiji serta mencari alternatif bahan bakar lain yang lebih stabil ketersediaannya. Beberapa wilayah di Indonesia telah mencoba menerapkan program konversi gas elpiji ke kompor listrik atau gas alam, yang dianggap lebih efisien dan ramah lingkungan.

Namun, untuk daerah seperti OKU Selatan yang masih mengandalkan elpiji bersubsidi, kebijakan tersebut perlu dikaji lebih lanjut agar dapat diterapkan tanpa menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat kecil.

Kelangkaan gas elpiji 3 kg di OKU Selatan menjadi permasalahan yang semakin serius menjelang Idul Fitri 2025. Dengan antrean panjang, harga yang melonjak, serta dampak ekonomi bagi pedagang kecil, masyarakat sangat berharap adanya langkah nyata dari pemerintah dan pihak terkait untuk menyelesaikan masalah ini.

Sementara itu, pihak SPBE dan Pertamina berjanji akan mengevaluasi distribusi gas agar masyarakat bisa mendapatkan elpiji dengan harga yang sesuai. Langkah tegas terhadap oknum yang melakukan penimbunan juga harus segera dilakukan agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Diharapkan dalam beberapa hari ke depan, kondisi pasokan gas dapat kembali normal sehingga masyarakat bisa menjalani Lebaran dengan lebih tenang tanpa harus khawatir kekurangan bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari.

Terkini