JAKARTA - Kasus pelecehan seksual yang terjadi di Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada pekan ini akhirnya menemukan titik terang. PT Kereta Api Indonesia (KAI) Commuter mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mengantongi identitas terduga pelaku berkat penyelidikan intensif yang dilakukan oleh tim keamanan internal perusahaan.
Insiden memalukan ini sempat menghebohkan publik setelah korban melaporkan kejadian tersebut kepada pihak keamanan stasiun. Tidak ingin berlama-lama, KAI Commuter langsung mengambil langkah cepat dengan melakukan penelusuran menyeluruh menggunakan teknologi Sistem CCTV Analytic yang terpasang di berbagai sudut stasiun.
"Laporan tersebut segera ditindaklanjuti dengan penelusuran Sistem CCTV Analytic untuk melacak terduga pelaku," ungkap Manajer Humas KAI Commuter, Leza Arlan, dalam siaran pers yang diterima pada Senin 7 April 2025.
Menurut Leza, sistem CCTV Analytic yang digunakan KAI Commuter mampu merekam kejadian secara detail dan membantu dalam proses identifikasi pelaku dengan cepat. Teknologi ini memungkinkan pihak keamanan untuk meninjau rekaman dengan kemampuan analisis visual yang canggih, termasuk dalam mengenali gerak-gerik mencurigakan serta mencocokkan ciri-ciri fisik individu di dalam rekaman.
“Dengan bantuan sistem tersebut, identitas pelaku akhirnya bisa kami kantongi. Saat ini kami terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk langkah hukum selanjutnya,” tambah Leza Arlan.
Penanganan Kasus Secara Serius
Leza menegaskan bahwa KAI Commuter memandang serius setiap laporan kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan mereka. Dia menekankan, perusahaan tidak akan mentoleransi tindakan pelecehan dalam bentuk apapun, terutama di area publik yang seharusnya menjadi ruang aman bagi semua pengguna jasa transportasi.
“Keamanan dan kenyamanan penumpang adalah prioritas utama kami. Kami selalu mendorong masyarakat untuk segera melaporkan jika mengalami atau menyaksikan tindak pelecehan seksual. Pasti akan kami tindak lanjuti secepatnya,” tegas Leza.
Upaya serius KAI Commuter dalam menangani kasus ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menciptakan lingkungan transportasi yang bebas dari segala bentuk kekerasan seksual dan pelecehan. Perusahaan juga telah lama menerapkan berbagai program edukasi dan pencegahan, termasuk kampanye anti-pelecehan seksual di dalam KRL dan area stasiun.
Tidak hanya itu, untuk mendukung proses penanganan lebih lanjut, KAI Commuter juga bekerja sama erat dengan aparat penegak hukum, termasuk Kepolisian Resor Jakarta Pusat. Kolaborasi ini diharapkan mampu mempercepat proses hukum sehingga pelaku dapat segera dimintai pertanggungjawaban.
Respons Masyarakat dan Pentingnya Kesadaran Kolektif
Peristiwa ini menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat mengenai pentingnya kewaspadaan dan kesadaran akan bahaya pelecehan seksual di ruang publik. Kasus di Stasiun Tanah Abang ini menyita perhatian luas, terutama karena lokasi kejadian berada di salah satu stasiun paling sibuk di Jakarta.
Banyak pengguna KRL yang berharap agar KAI Commuter terus meningkatkan pengawasan, termasuk dengan memperbanyak personel keamanan di stasiun maupun di dalam kereta.
“Kami berharap KAI Commuter bisa meningkatkan patroli petugas keamanan. Dengan begitu, pelaku pelecehan bisa dicegah sejak dini,” ujar Rina, seorang pengguna KRL relasi Tanah Abang—Serpong, saat ditemui di Stasiun Tanah Abang.
Senada dengan harapan tersebut, Leza Arlan memastikan bahwa KAI Commuter akan terus melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap sistem keamanan yang ada. Pihaknya juga akan memperkuat koordinasi dengan aparat penegak hukum untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Komitmen KAI Commuter Terhadap Keamanan Penumpang
Sebagai operator layanan KRL Jabodetabek, KAI Commuter selama ini telah menerapkan berbagai strategi untuk menciptakan transportasi publik yang aman dan nyaman. Di antaranya adalah dengan pemasangan lebih banyak kamera CCTV di area strategis, penempatan petugas keamanan wanita di gerbong khusus perempuan, hingga kampanye edukasi tentang hak-hak penumpang dalam transportasi umum.
“Kami ingin menciptakan lingkungan transportasi yang ramah dan aman bagi seluruh masyarakat. Penumpang berhak merasa aman selama menggunakan layanan kami,” tegas Leza Arlan.
Sebagai tindak lanjut dari kasus ini, KAI Commuter juga berencana untuk meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya pelaporan dini jika terjadi insiden serupa. Leza menyatakan bahwa pihaknya sangat terbuka terhadap laporan dari penumpang dan masyarakat luas, baik secara langsung di stasiun maupun melalui kanal pengaduan resmi perusahaan.
“Semakin cepat laporan masuk, semakin cepat pula kami dapat melakukan penindakan,” jelas Leza.
Harapan Publik dan Perlunya Kesadaran Bersama
Publik berharap agar kasus ini bisa menjadi momentum penting dalam meningkatkan kesadaran kolektif tentang bahaya pelecehan seksual di ruang publik, termasuk transportasi umum. Masyarakat pun diimbau untuk tidak ragu melapor jika menjadi korban atau saksi pelecehan, demi menciptakan ruang yang aman bagi semua.
Dengan identitas pelaku yang telah dikantongi, langkah selanjutnya adalah proses hukum untuk memberikan efek jera serta keadilan bagi korban. Ke depan, KAI Commuter berkomitmen untuk terus memperkuat sistem pengamanan demi mewujudkan transportasi publik yang aman, nyaman, dan bebas dari pelecehan seksual.
“Kami tidak akan berhenti di sini. Setiap langkah perbaikan akan terus kami lakukan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan semua pengguna KRL,” tutup Leza Arlan.