Bank Indonesia Perkuat Langkah Stabilkan Rupiah di Tengah Tekanan Global, Intervensi di Pasar Off-Shore Digencarkan

Senin, 07 April 2025 | 13:57:14 WIB

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengambil langkah tegas untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah yang tertekan hebat akibat gejolak pasar global. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada Senin, 7 April 2025, BI memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar off-shore melalui instrumen Non Deliverable Forward (NDF). Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan eksternal yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar di banyak negara, terutama negara-negara dengan kategori emerging market, termasuk Indonesia.

Langkah intervensi ini dilakukan di tengah momentum libur panjang pasar domestik dalam rangka perayaan Idulfitri 1446 Hijriah. Tekanan terhadap Rupiah sebagian besar datang dari pasar off-shore, seiring dengan keluarnya arus modal dari negara berkembang menyusul ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang semakin memanas.

Dampak Langsung Ketegangan Dagang Global

Gejolak pasar keuangan global yang kini terjadi tidak lepas dari kebijakan proteksionis yang diluncurkan oleh pemerintah Amerika Serikat pada 2 April 2025. AS secara resmi mengumumkan pemberlakuan tarif resiprokal terhadap sejumlah produk impor dari Tiongkok dan negara-negara lain, termasuk Indonesia. Tidak tinggal diam, pemerintah Tiongkok kemudian merespons dengan retaliasi kebijakan tarif pada 4 April 2025, sehingga memicu gelombang kecemasan di pasar global.

Akibat ketegangan ini, arus modal keluar dari negara-negara berkembang meningkat tajam, sementara mata uang mereka mengalami tekanan yang cukup signifikan. Rupiah termasuk salah satu yang terdampak, terlebih karena tekanan ini terjadi saat pasar domestik sedang dalam masa libur panjang.

"Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah telah terjadi di pasar off-shore (Non Deliverable Forward / NDF) di tengah libur panjang pasar domestik dalam rangka Idulfitri 1446H," jelas keterangan resmi Bank Indonesia.

Intervensi Strategis Lewat Pasar NDF

Non Deliverable Forward (NDF) adalah salah satu instrumen keuangan derivatif yang digunakan oleh bank sentral untuk mengendalikan fluktuasi nilai tukar di pasar luar negeri. Dengan menggunakan instrumen ini, Bank Indonesia berupaya menstabilkan ekspektasi pelaku pasar terkait pergerakan Rupiah tanpa harus melakukan transaksi fisik valuta asing.

Langkah ini dipandang strategis mengingat NDF banyak digunakan oleh investor global sebagai acuan dalam menentukan posisi mereka terhadap Rupiah, terlebih saat pasar domestik tengah libur dan volatilitas meningkat.

Melalui intervensi di pasar NDF, Bank Indonesia memberikan sinyal kuat kepada pelaku pasar bahwa otoritas moneter Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar dan siap meredam gejolak yang terjadi.

"Bank Indonesia terus memperkuat langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga di pasar off-shore," ungkap pihak BI dalam keterangan tertulisnya.

Mencegah Kepanikan Pasar dan Jaga Kepercayaan Investor

Menurut analis pasar keuangan, intervensi yang dilakukan Bank Indonesia di pasar NDF ini tidak hanya penting untuk menjaga keseimbangan nilai tukar, tetapi juga sebagai upaya untuk mencegah kepanikan yang berlebihan di kalangan investor. Pasalnya, tekanan global yang saat ini terjadi bukan hanya berdampak pada nilai tukar, tetapi juga memicu volatilitas yang tinggi di pasar saham dan surat utang negara.

Analis menilai, langkah BI ini akan membantu menjaga kepercayaan investor asing maupun domestik terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. Keberadaan intervensi ini juga memberikan kepastian bagi pelaku usaha yang memerlukan prediktabilitas nilai tukar dalam kegiatan ekspor-impor mereka.

"Bank Indonesia memastikan bahwa langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan akan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan pasar serta tetap menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi," tegas BI dalam pernyataan resminya.

Prospek Ke Depan dan Strategi Lanjutan BI

Bank Indonesia menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau dinamika perekonomian global maupun domestik secara cermat dan berkala. Jika tekanan terhadap Rupiah berlanjut, BI tidak menutup kemungkinan untuk memperkuat intervensi atau bahkan mengkombinasikannya dengan kebijakan moneter lainnya guna menjaga stabilitas sistem keuangan nasional.

"Respons yang adaptif akan terus kami lakukan untuk mengantisipasi perkembangan situasi global, termasuk kebijakan suku bunga dan stabilisasi pasar valas domestik," terang Bank Indonesia.

Lebih lanjut, BI juga menjelaskan bahwa komunikasi yang efektif dengan pelaku pasar akan terus ditingkatkan guna menjaga ekspektasi yang positif dan meminimalkan risiko spekulatif di tengah tingginya ketidakpastian global.

Selain itu, BI juga akan melanjutkan koordinasi erat dengan pemerintah, termasuk Kementerian Keuangan, guna memastikan stabilitas makroekonomi tetap terjaga di tengah tantangan eksternal.

Fundamental Ekonomi Masih Solid

Di tengah gejolak yang terjadi, Bank Indonesia menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang sehat dan kuat untuk menghadapi tekanan eksternal. Inflasi tetap terkendali dalam rentang target, cadangan devisa memadai untuk menopang stabilitas nilai tukar, dan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman.

"Fundamental perekonomian kita tetap kuat, dan kami memiliki ruang kebijakan yang cukup untuk merespons tekanan eksternal dengan efektif," lanjut pernyataan BI.

Analis juga memperkirakan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok kemungkinan besar akan bersifat sementara. Jika ketegangan ini dapat mereda dalam waktu dekat, maka arus modal global diperkirakan kembali stabil dan tekanan terhadap Rupiah pun bisa berkurang.

Harapan Ke Depan: Stabilitas Pasar Kembali

Harapan besar kini tertuju pada meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang akan sangat menentukan arah pasar keuangan global. Bank Indonesia menyatakan siap untuk terus berperan aktif menjaga stabilitas dan memastikan mekanisme pasar berjalan secara efektif.

"Kami akan terus berada di pasar guna memastikan stabilitas, serta akan menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kepercayaan dan ketertiban pasar keuangan nasional," tutup Bank Indonesia.

Terkini