Myanmar Pegang Peran Penting dalam Sejarah Awal Garuda Indonesia, Begini Kisahnya

Minggu, 06 April 2025 | 11:26:10 WIB

JAKARTA - Myanmar, yang dahulu dikenal sebagai Birma, ternyata menyimpan peran penting dalam perjalanan sejarah Garuda Indonesia. Saat bangsa Indonesia tengah berjuang mempertahankan kemerdekaannya dari upaya penjajahan kembali oleh Belanda, Myanmar menjadi negara pertama yang mendukung langkah berani penerbang Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dalam upaya mempertahankan kedaulatan udara Republik Indonesia.

Kisah ini bermula pada akhir 1940-an, ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Namun, setelah agresi militer Belanda kedua pada tahun 1948, Indonesia mengalami blokade udara yang ketat. Blokade ini membuat wilayah udara nasional dijaga ketat oleh pesawat-pesawat Belanda, sehingga menyulitkan komunikasi dan mobilitas udara bagi para pejuang kemerdekaan.

Dalam kondisi serba sulit tersebut, para penerbang AURI melakukan langkah strategis. Dengan dipimpin oleh Wiweko Soepono, seorang perintis penerbangan nasional, mereka menerbangkan sebuah pesawat jenis Dakota atau DC-3 yang kemudian dinamai Indonesian Airways. Pesawat ini bukan pesawat biasa. Dibeli dari hasil sumbangan para saudagar Aceh yang begitu loyal terhadap perjuangan bangsa setelah kunjungan Presiden Soekarno ke Aceh, pesawat Dakota tersebut menjadi harapan baru dalam upaya diplomasi dan penggalangan dana internasional.

"Pesawat ini dibeli dari hasil gotong royong rakyat Aceh setelah Presiden Soekarno datang meminta bantuan untuk perjuangan kemerdekaan," terang sumber dari sejarahwan penerbangan nasional.

Rencana awal para penerbang AURI adalah menggunakan pesawat tersebut untuk mencari dukungan internasional dan menggalang dana tambahan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung perjuangan di dalam negeri. Namun, jalan tidak selalu mulus. Karena penjagaan udara oleh Belanda begitu ketat, pesawat Dakota Indonesian Airways tak dapat kembali ke Tanah Air.

Di tengah keterbatasan itu, Wiweko Soepono dan rekan-rekannya tidak menyerah. Mereka mengambil langkah cerdas dengan mengomersialkan pesawat tersebut. Ini menjadi langkah awal Garuda Indonesia melakukan operasi penerbangan internasional. Negara pertama yang menggunakan jasa penerbangan pesawat ini adalah Birma (Myanmar), yang pada waktu itu memerlukan angkutan udara untuk keperluan militernya.

"Negara pertama yang menyewa pesawat Indonesia ini adalah Birma, untuk kepentingan angkatan bersenjatanya," ungkap sumber referensi dari catatan sejarah penerbangan nasional.

Dengan menyewakan pesawat kepada Birma, awak AURI bukan hanya berhasil menghidupkan pesawat agar tetap operasional, tetapi juga turut membantu memperkuat hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara tetangga. Langkah ini sekaligus menjadi bukti betapa strategisnya peran penerbangan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dalam konteks sejarah penerbangan nasional, kisah ini menjadi tonggak penting bagi lahirnya Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan kebanggaan bangsa. Pesawat Dakota yang pernah melayani angkutan militer Birma kemudian menjadi cikal bakal armada penerbangan komersial Indonesia yang kelak tumbuh pesat hingga dikenal dunia internasional.

Sejarahwan mencatat, tanpa peran Wiweko Soepono dan rekan-rekannya, serta dukungan masyarakat Aceh dan negara sahabat seperti Birma, Garuda Indonesia mungkin tidak akan lahir secepat itu. Langkah-langkah taktis para penerbang AURI kala itu telah menjadi warisan berharga bagi generasi penerus.

"Keberanian para penerbang AURI dalam menerbangkan pesawat keluar negeri di tengah ancaman blokade udara, menjadi bukti semangat juang yang luar biasa. Dan Myanmar menjadi bagian penting dari kisah itu," jelas seorang peneliti sejarah penerbangan Indonesia.

Bukan hanya itu, keberadaan pesawat Indonesian Airways di luar negeri juga membawa dampak positif lainnya. Selain memperkuat jaringan internasional Indonesia, langkah ini juga meningkatkan kepercayaan negara-negara sahabat terhadap kredibilitas perjuangan Indonesia. Myanmar yang kala itu tengah menjalani masa-masa awal kemerdekaannya, menunjukkan solidaritas tinggi dengan menyewa pesawat dari Indonesia untuk kebutuhan militernya.

Kerja sama ini bukan hanya berdampak ekonomi, tetapi juga memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Myanmar. Sejak saat itu, hubungan kedua negara terus terjalin erat dalam berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, hingga pertahanan.

Kini, setelah lebih dari tujuh dekade berlalu, kisah heroik para penerbang AURI dan peran strategis Myanmar dalam sejarah awal Garuda Indonesia tetap dikenang sebagai bagian dari mozaik perjuangan bangsa. Pesawat Dakota yang kala itu membawa nama Indonesian Airways menjadi simbol keberanian, kreativitas, dan solidaritas antarbangsa di tengah perjuangan mencapai kemerdekaan seutuhnya.

Sejarah ini sekaligus menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil dalam perjuangan kemerdekaan memiliki dampak besar bagi masa depan bangsa. Peran Myanmar sebagai negara pertama yang menyewa pesawat Indonesia dalam upaya mempertahankan eksistensi penerbangan nasional, patut dihargai sebagai bagian dari solidaritas regional yang tak lekang oleh waktu.

Dengan demikian, Myanmar bukan hanya tercatat dalam sejarah diplomatik Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari jejak emas dalam sejarah penerbangan nasional yang kini kita kenal sebagai Garuda Indonesia, kebanggaan udara Tanah Air.

Terkini