Banjir Bandang dan Longsor di Aceh: Jalan Nagan Raya ke Takengon Lumpuh 16 Jam

Kamis, 26 Desember 2024 | 15:46:45 WIB
Banjir Bandang dan Longsor di Aceh: Jalan Nagan Raya ke Takengon Lumpuh 16 Jam

Wilayah Aceh kembali dilanda bencana banjir bandang, kali ini menimpa daerah Beutong Ateuh Banggalang di Kabupaten Nagan Raya. Bencana alam ini terjadi pada Selasa sore, 24 Desember 2024, menyebabkan arus transportasi di jalan nasional yang menghubungkan Nagan Raya dengan Takengon, Aceh Tengah, lumpuh total selama 16 jam.

Banjir bandang yang melanda wilayah dataran tinggi Beutong Ateuh ini cukup parah. Selain mengakibatkan lumpuhnya transportasi, jembatan di Desa Blang Puuk juga terkena dampak yang signifikan, sehingga menghambat konektivitas antar desa. Jalan nasional yang sangat vital bagi aktivitas perekonomian dan mobilitas warga setempat, terkubur material tanah longsor dan tak dapat dilalui kendaraan.

Tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), dan masyarakat setempat bahu-membahu dikerahkan untuk membersihkan material longsor yang menutupi jalan tersebut. Usaha keras dari berbagai pihak ini membuahkan hasil, dan jalan bisa kembali dilewati oleh kendaraan pada Rabu pagi sekitar pukul 09.30 WIB.

Rustam Effendi, Camat Beutong Ateuh, dalam keterangannya kepada Serambinews.com menyampaikan bahwa banjir di wilayahnya bukanlah yang pertama kali terjadi. "Banjir kali ini juga tergolong parah. Ini banjir bandang," ujar Rustam. Meski banjir ini tidak menelan korban jiwa, namun kepanikan sempat melanda warga Beutong Ateuh dari empat desa di wilayah tersebut. Derasnya air yang mengalir dari pegunungan membuat warga waspada dan segera mencari tempat aman.

Irfanda Rinadi, Kepala Pelaksana BPBD Nagan Raya, melalui Agus Salim dari Tim Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Nagan Raya, mengonfirmasi bahwa jalan Nagan Raya menuju Takengon kini sudah bisa dilalui kembali. “Transportasi darat melintasi jalan Nagan Raya - Takengon sudah kembali lancar," tutur Agus.

Bencana banjir dan longsor di Aceh bukanlah kejadian yang bisa diabaikan. Kawasan ini kerap menjadi langganan banjir saat musim hujan tiba, terutama di daerah-daerah aliran sungai dan dataran tinggi yang rentan terhadap tanah longsor. Hal ini memicu perhatian serius dari pemerintah dan pihak terkait untuk melaksanakan mitigasi bencana yang lebih efektif.

Pemerintah dan masyarakat setempat diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan menerapkan langkah-langkah yang bisa meminimalisir dampak bencana serupa di masa mendatang. Peran serta semua pihak, termasuk lembaga-lembaga non-pemerintah dan komunitas lokal, sangat diperlukan untuk menciptakan sistem peringatan dini yang handal serta upaya konservasi lingkungan yang berkelanjutan.

Dampak ekonomi dari terputusnya jalan nasional ini juga dirasakan oleh masyarakat. Keterlambatan distribusi barang dan jasa menjadi salah satu efek negatif yang perlu segera diatasi untuk menjaga stabilitas ekonomi lokal. Pemulihan infrastruktur dan peningkatan jalan yang lebih kuat terhadap bencana juga diharapkan bisa jadi prioritas setelah kejadian ini.

Keberadaan bendungan dan sistem irigasi yang baik serta pembuatan terasiring di daerah dataran tinggi bisa menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk mengatasi banjir bandang. Dengan pendataan dan perencanaan yang lebih baik, bencana seperti ini diharapkan dapat dikurangi dampaknya, sehingga masyarakat bisa hidup lebih aman dan nyaman di wilayah yang rawan bencana.

Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Setiap upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan saat ini akan membawa manfaat besar di masa depan. Melalui kesiapsiagaan dan kerjasama yang antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai elemen terkait lainnya, diharapkan wilayah Aceh dapat lebih siap menghadapi tantangan bencana yang ada.

Terkini