JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengumumkan langkah strategis terbaru mengenai rencana penggabungan usaha atau merger beberapa perusahaan pelat merah. Salah satu wacana yang menarik perhatian adalah usulan untuk mengkonsolidasikan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dengan maskapai lain. Langkah ini diharapkan dapat memantapkan posisi Garuda di industri penerbangan yang semakin kompetitif.
Dalam pernyataannya, Erick Thohir menjelaskan bahwa rencana merger tersebut akan dibahas secara mendalam dalam rapat pimpinan (rapim) yang dijadwalkan minggu depan. Rapat ini akan melibatkan seluruh wakil menteri BUMN. "Saya baru akan rapatkan di Rapim pekan depan, sama wamen semua, dan progress-nya nanti akan kami ajukan ke bapak presiden," ujar Erick di Jakarta, Rabu, 1 Desember 2025.
Tujuan utama dari langkah ini adalah mengefisiensikan operasional BUMN yang ada, mengingat masih banyak perusahaan negara yang belum menunjukkan kinerja keuangan yang sehat. Erick menegaskan pentingnya mengkaji lebih dalam sebelum menentukan perusahaan mana yang akan lebih dulu dimerger. “Nanti sesuai kajian. Kan masing-masing, kadang kajian yang satu atau yang lain perlu diperdalam lagi,” ujarnya.
Salah satu ide yang sedang dijajaki saat ini adalah kemungkinan merger antara InJourney dan PT Garuda Indonesia. Meski rencana ini masih dalam tahap kajian, ada potensi munculnya gagasan baru apabila ekosistem penerbangan belum sepenuhnya sehat. “Sekarang kami lagi menjajaki apakah Pelita, Citilink, dan Garuda menjadi sebuah payung. Nah ini yang kami diskusikan,” kata Erick.
Usulan ini bukan pertama kalinya muncul di bawah kepemimpinan Erick Thohir. Sebelumnya, ia juga mendorong penggabungan antara PT Kereta Api Indonesia (Persero) (KAI) dan PT INKA (Industri Kereta Api) menjadi satu entitas holding, dengan KAI sebagai induk dan INKA menjadi anak usaha. Penggabungan tersebut dilakukan karena adanya keterkaitan bisnis dan peluang efisiensi antar kedua perusahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah perusahaan pelat merah telah berkurang secara signifikan. Dari yang semula berjumlah 112 entitas, kini hanya tersisa 47 perusahaan. Menurut Erick, dari angka ini, 40 perusahaan telah mencatatkan kinerja positif, sementara sisanya masih berjuang untuk tidak mengalami kerugian.
"Kami proyeksikan ke depan, jumlah BUMN mungkin akan menyusut menjadi sekitar 30 perusahaan. Untuk sektor-sektor yang sudah dikelola oleh sektor swasta, seperti hotel, rumah sakit, atau lainnya, kami terbuka untuk restrukturisasi,” tambahnya.
Strategi ini sejalan dengan visi Erick untuk menciptakan BUMN yang lebih efisien dan mampu bersaing di pasar global. Dengan jumlah perusahaan yang lebih ramping, diharapkan BUMN dapat fokus untuk memperkuat sinergi dan daya saing masing-masing entitas.
Penyusutan jumlah BUMN ini juga merupakan bagian dari upaya Erick untuk melepaskan BUMN dari bidang usaha non-inti yang telah dikuasai oleh sektor swasta. Hal ini diharapkan dapat membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan negara untuk lebih fokus pada aktivitas bisnis inti yang memberikan nilai tambah signifikan bagi negara.
Ke depan, rapat pimpinan yang akan digelar Erick Thohir bersama wakil menteri BUMN akan menjadi momentum penting dalam menentukan arah kebijakan merger yang akan diambil. Keputusan ini tidak hanya berdampak pada kinerja perusahaan yang terlibat, tetapi juga terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, peran Garuda Indonesia sebagai maskapai pelat merah terkemuka di Indonesia menjadi sangat krusial. Konsolidasi dengan maskapai lain, seperti Pelita Air atau Citilink, berpotensi menciptakan sinergi yang kuat di industri penerbangan, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing di tingkat global.
Rencana merger ini juga menggambarkan tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mengelola BUMN di era yang semakin kompetitif dan dinamis. Transformasi ini diharapkan dapat menghasilkan BUMN yang lebih solid dan mampu berkontribusi lebih besar terhadap pencapaian visi pembangunan nasional.
Sebagai langkah selanjutnya, Erick Thohir berharap adanya dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan masyarakat, untuk merealisasikan rencana strategis ini. Dukungan ini penting agar proses konsolidasi dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi bangsa dan negara.