JAKARTA – PT Hero Global Investment Tbk (HGII), perusahaan yang bergerak di sektor energi baru terbarukan, bersiap untuk melaksanakan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada awal tahun depan. Dalam IPO ini, perusahaan berencana melepas 1,3 miliar saham, yang setara dengan 20% dari total saham perusahaan, dengan harga penawaran ditetapkan pada Rp 200 per saham, sehingga total nilai IPO mencapai Rp 260 miliar.
Proses penawaran umum ini dijadwalkan berlangsung dari tanggal 3 hingga 7 Januari 2025, dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada tanggal 9 Januari 2025. Sebagai penjamin pelaksana emisi efek, HGII telah menunjuk OCBC Sekuritas Indonesia dan UOB Kay Hian Sekuritas untuk mendukung pelaksanaan IPO ini.
Sebelum IPO ini, struktur pemegang saham Hero Global Investment didominasi oleh tiga individu, yaitu Rudy Chandra, Robert Njo, dan Hendrianto Thamrin, masing-masing memegang 34%, 33%, dan 33% saham perusahaan. Ketiganya juga berfungsi sebagai pengendali utama perseroan.
Langkah IPO ini sejalan dengan pengumuman Hero Global Investment tentang kemitraan strategisnya dengan Shikoku Electric Power Company Inc (Yonden), perusahaan publik yang beroperasi di Tokyo Stock Exchange. Yonden, yang memiliki portofolio pembangkit energi baru terbarukan lebih dari 1.000 megawatt (MW), berkomitmen mendukung HGII dalam meningkatkan kapasitas pembangkit energi terbarukan di Indonesia. "Kami berharap kemitraan ini menjadi tonggak penting untuk meningkatkan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Keahlian Yonden di bidang ini sangat berharga bagi kami," ungkap Robin Sunyoto, Presiden Direktur HGII.
Komitmen Yonden untuk bergabung sebagai mitra strategis diwujudkan melalui perjanjian jual beli saham bersyarat yang telah ditandatangani pada 8 November 2024. Yonden, melalui anak perusahaannya SEP International Netherlands BV (SEPI), berencana untuk mengakuisisi 25% dari saham HGII melalui transaksi ini, yang akan diselesaikan paling lambat sebulan setelah HGII tercatat di BEI.
Dengan struktur kepemilikan saham pasca transaksi, pemegang saham pengendali masih memegang kendali dengan 55% saham, sementara SEPI akan memegang 25% saham. "Struktur kepemilikan saham ini mencerminkan komitmen kuat kedua belah pihak untuk mengembangkan HGII di sektor energi terbarukan Indonesia," kata Robin.
Rencana strategi ini diyakini dapat mempercepat pertumbuhan sektor energi terbarukan HGII di Indonesia dan turut berkontribusi pada tujuan nasional untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. HGII sendiri telah merencanakan berbagai proyek pengembangan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg), serta pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) dengan target kapasitas mencapai 100 MW pada tahun 2031.
"Dukungan teknis dan pengalaman Yonden dalam pengembangan proyek, serta operasional dan pemeliharaan (O&M), akan meningkatkan kemampuan HGII dalam pengelolaan pembangkit listrik secara berkelanjutan dan optimal," tambah Robin.
Dana yang diperoleh dari hasil IPO ini akan dialokasikan untuk beberapa kebutuhan utama, termasuk investasi di perusahaan anak, PT Siantar Sitanduk Energi (SSE), dan PT Multiprima Hidro Energi (MHE), yang masing-masing akan difokuskan pada proyek pembangkit listrik di Sumatra Utara.
"Sekitar 66,82% dari dana IPO akan digunakan sebagai setoran modal untuk SSE, yang dirancang untuk pengembangan PLTA dengan kapasitas 25 MW di Sumatra Utara," jelas Robin. Adapun 31,45% alokasi IPO akan diarahkan ke MHE untuk pengembangan PLTM berkapasitas 10 MW di wilayah yang sama. Sisa 1,73% akan digunakan sebagai modal kerja untuk mendukung operasi perseroan dan studi pendahuluan bagi proyek EBT lainnya.
Keputusan strategis HGII ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor energi terbarukan dan memberikan kontribusi signifikan terhadap transformasi energi di Indonesia.