Lontong Balap atau Lontong Kupang? Pilih Favoritmu

Kamis, 28 Agustus 2025 | 10:57:08 WIB
Lontong Balap atau Lontong Kupang? Pilih Favoritmu

JAKARTA - Jawa Timur bukan hanya dikenal karena pemandangan alamnya yang memesona, tapi juga karena kekayaan kuliner yang khas. Di antara sekian banyak makanan tradisional, dua hidangan lontong menonjol sebagai ikon yang wajib dicoba: Lontong Balap dari Surabaya dan Lontong Kupang dari Sidoarjo. Meski sama-sama disajikan dengan lontong, kedua hidangan ini memiliki sejarah, komposisi, dan rasa yang unik, mencerminkan kekayaan tradisi kuliner masing-masing daerah.

Bagi penikmat kuliner, mencicipi kedua makanan ini bukan hanya soal rasa, tapi juga pengalaman budaya. Dari tekstur lontong yang lembut, aroma bumbu yang khas, hingga cerita di balik nama setiap hidangan, semua memberikan gambaran tentang tradisi kuliner Jawa Timur yang kaya.

Sejarah dan Asal Usul

Lontong Balap telah ada sejak tahun 1913. Kisah legendarisnya berkaitan dengan para pedagang yang membawa “kemaron”—gerobak atau keranjang besar—dan berjalan cepat karena beratnya beban tersebut. Gerak cepat mereka mirip seperti “balapan”, sehingga nama Lontong Balap pun melekat hingga kini. Hidangan ini kemudian menjadi ikon kuliner Surabaya yang terkenal dengan kelezatan tauge, tahu goreng, dan lontong yang berpadu dengan bumbu petis khas.

Sementara itu, Lontong Kupang berasal dari daerah pesisir Sidoarjo, khususnya Balongdowo, Candi. Nama “kupang” merujuk pada hewan laut kecil seukuran beras atau biji kedelai, sejenis kerang yang mudah ditemukan di lumpur berair asin atau pinggir pantai. Tidak ada catatan pasti mengenai tahun lahirnya hidangan ini, karena Lontong Kupang sudah menjadi bagian dari tradisi kuliner lokal yang diwariskan turun-temurun. Sebagaimana dikatakan oleh Bu Mulyadi dan Pak Sultoni, kupang lontong sudah ada sejak lama, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pesisir Sidoarjo selama puluhan tahun.

Perbedaan Sajian dan Rasa

Lontong Balap terdiri dari lontong lembut yang dipadu dengan tauge segar, tahu goreng, dan lento kacang yang gurih. Hidangan ini disiram dengan kuah kaldu bawang putih yang harum, kemudian diberi sambal petis dan kecap sesuai selera. Kombinasi rasa gurih, sedikit manis dari petis, dan beragam tekstur—dari lontong yang lembut hingga renyahnya tauge—menciptakan pengalaman makan yang memikat. Hidangan ini sederhana namun tetap kaya cita rasa, menunjukkan filosofi kuliner Jawa Timur yang mengutamakan keseimbangan rasa.

Sebaliknya, Lontong Kupang menggunakan kuah rebusan kupang, kerang kecil yang dimasak dengan bumbu bawang putih. Banyak penikmat menambahkan sambal petis, bawang goreng, dan perasan jeruk nipis untuk memberikan sensasi rasa segar. Aroma laut yang khas berpadu dengan rasa gurih dan asin, sementara tekstur kupang yang lembut dan kenyal membuat hidangan terasa ringan namun kompleks di lidah. Lontong Kupang menonjolkan kesegaran hasil laut, berbeda dari Lontong Balap yang lebih fokus pada komposisi bahan darat sederhana.

Tradisi dan Budaya di Balik Lontong

Baik Lontong Balap maupun Lontong Kupang mencerminkan tradisi kuliner yang kuat di Jawa Timur. Lontong Balap, dengan kesederhanaannya, menjadi simbol kuliner Surabaya yang akrab dan mudah diakses. Lontong Kupang, sebaliknya, menunjukkan kreativitas masyarakat pesisir Sidoarjo dalam memanfaatkan hasil laut lokal untuk menciptakan hidangan yang khas.

Kedua hidangan ini juga menjadi bagian dari budaya lokal. Di Surabaya, Lontong Balap sering ditemukan di warung pinggir jalan dan pasar tradisional, menjadi favorit warga dan wisatawan. Di Sidoarjo, Lontong Kupang bukan sekadar makanan, tapi juga identitas kuliner yang diwariskan dari generasi ke generasi, membuktikan bahwa kekayaan kuliner lokal tetap hidup meski zaman terus berubah.

Pilihan untuk Pecinta Kuliner

Saat berkunjung ke Surabaya atau Sidoarjo, sempatkan untuk mencoba keduanya. Lontong Balap dengan rasa gurih dan petis yang khas memberikan sensasi kenikmatan yang sederhana tapi lengkap, sedangkan Lontong Kupang menghadirkan cita rasa laut yang segar dan unik.

Bagi penikmat kuliner, menentukan “juara” di antara keduanya mungkin sulit karena keduanya punya daya tarik masing-masing. Lontong Balap memikat dengan kombinasi bahan darat yang harmonis, sementara Lontong Kupang menawarkan pengalaman rasa dari laut yang sulit ditemukan di tempat lain. Pilihan tergantung pada selera masing-masing—apakah lebih menyukai hidangan tradisional darat ala Surabaya atau sensasi segar dari pesisir Sidoarjo.

Kedua hidangan ini bukan sekadar makanan, tapi juga cerita kuliner Jawa Timur yang hidup. Dari sejarah dan asal-usul hingga tekstur, aroma, dan rasa, Lontong Balap dan Lontong Kupang memberikan pengalaman kuliner yang lengkap. Bagi wisatawan maupun perantau, mencicipi kedua makanan ini adalah cara terbaik untuk memahami kekayaan tradisi kuliner lokal yang telah bertahan puluhan tahun.

Terkini