Bank Catat Kenaikan Kredit Paylater Jadi Rp22,99 Triliun

Selasa, 05 Agustus 2025 | 10:59:06 WIB
Bank Catat Kenaikan Kredit Paylater Jadi Rp22,99 Triliun

JAKARTA - Perkembangan teknologi finansial turut mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi, termasuk dalam hal kredit konsumsi. Salah satu layanan yang terus menunjukkan tren pertumbuhan signifikan adalah buy now pay later (BNPL) yang kini tak hanya disediakan oleh perusahaan teknologi finansial, namun juga mulai menjadi bagian dari portofolio layanan perbankan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan penggunaan layanan paylater di sektor perbankan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengungkapkan bahwa hingga Juni 2025, kredit BNPL perbankan meningkat tajam sebesar 29,72 persen secara tahunan (year-on-year), mencapai nilai total sebesar Rp22,99 triliun.

Meskipun kontribusinya terhadap total kredit perbankan masih tergolong kecil, yakni hanya 0,28 persen, tren kenaikan ini menunjukkan minat masyarakat yang semakin tinggi terhadap layanan kredit berbasis fleksibilitas pembayaran. "Namun terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan,” ujar Dian dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Komisioner OJK.

Lebih lanjut, Dian menyebutkan jumlah rekening layanan paylater perbankan juga mengalami kenaikan, dari 24,79 juta rekening pada Mei menjadi 26,96 juta rekening per Juni 2025. Hal ini menunjukkan bahwa layanan ini tidak hanya berkembang dari sisi nilai, tetapi juga dari segi jangkauan pengguna.

Pertumbuhan layanan paylater terjadi seiring dengan peningkatan kredit perbankan secara umum. OJK mencatat pertumbuhan kredit perbankan sebesar 7,77 persen secara tahunan pada Juni 2025, dengan total kredit mencapai Rp8.059,7 triliun.

Secara rinci, kredit investasi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,53 persen. Ini diikuti oleh kredit konsumsi yang tumbuh 8,49 persen, serta kredit modal kerja yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,45 persen. Kinerja ini mencerminkan masih solidnya permintaan kredit di tengah upaya pemulihan ekonomi nasional.

Jika ditinjau berdasarkan kepemilikan bank, Bank Umum Swasta Nasional mencatat pertumbuhan kredit tertinggi yakni 10,78 persen. Namun secara agregat, pertumbuhan kredit nasional masih banyak ditopang oleh bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki peran besar dalam pembiayaan sektor strategis.

Dalam kategori debitur, kredit korporasi menjadi pendorong utama dengan kenaikan sebesar 10,78 persen. Di sisi lain, kredit kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hanya mencatat pertumbuhan sebesar 2,89 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemulihan kredit UMKM masih berjalan secara bertahap.

OJK juga melaporkan perbaikan pada kualitas kredit perbankan. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross menurun menjadi 2,22 persen pada Juni 2025, dari posisi sebelumnya 2,29 persen pada Mei. Sementara itu, NPL net juga mengalami perbaikan dari 0,85 persen menjadi 0,84 persen.

Tren positif juga terlihat pada indikator risiko lainnya. Loan at Risk (LaR), yang merupakan rasio kredit berisiko, mengalami penurunan dari 9,93 persen menjadi 9,73 persen. Dian menegaskan bahwa “rasio LaR tercatat stabil seperti di level sebelum pandemi,” menunjukkan bahwa profil risiko kredit perbankan tetap dalam level yang sehat.

Kondisi perbankan yang stabil ini dinilai turut mendorong kepercayaan masyarakat terhadap layanan kredit baru seperti paylater. Dengan kualitas aset yang terjaga dan kemampuan bank dalam mengelola risiko, OJK berharap pertumbuhan kredit secara umum, termasuk layanan berbasis teknologi seperti BNPL, dapat terus berlanjut secara sehat dan berkelanjutan.

Meningkatnya tren layanan BNPL juga mencerminkan perubahan preferensi konsumen yang menginginkan kemudahan dan fleksibilitas dalam bertransaksi. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi sektor perbankan dalam menyusun strategi produk dan mitigasi risiko kredit konsumen.

Meski porsinya saat ini masih kecil, lonjakan penggunaan BNPL di sektor perbankan menjadi penanda bahwa bank-bank nasional harus bersiap untuk mengembangkan dan mengelola produk-produk kredit konsumsi digital dengan lebih matang. Pengawasan OJK pun akan terus diperkuat untuk memastikan pengembangan layanan ini berjalan seimbang antara inovasi dan perlindungan konsumen.

Perlu dicatat bahwa pertumbuhan pesat kredit paylater ini juga terjadi di tengah penurunan rasio bunga kredit perbankan. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat turun menjadi 8,99 persen, yang turut memberikan ruang bagi nasabah untuk mengakses pembiayaan dengan biaya lebih rendah.

OJK melihat bahwa kondisi makro yang mendukung, seperti penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, percepatan belanja pemerintah, dan stabilitas sektor pangan, menjadi faktor yang memperkuat kinerja perbankan nasional, termasuk dalam mendorong penyaluran kredit konsumsi.

Dengan semua pencapaian ini, layanan BNPL kini menjadi bagian penting dari transformasi digital sektor perbankan di Indonesia. OJK berkomitmen untuk terus mendorong inovasi yang sehat dalam sektor jasa keuangan sekaligus menjaga stabilitas dan perlindungan bagi pengguna.

Terkini

Penyeberangan Selat Bali Diatur Berdasarkan Bobot Kendaraan

Selasa, 05 Agustus 2025 | 13:27:08 WIB

Kisah Sukses UMKM Digital Lewat Program Shopee

Selasa, 05 Agustus 2025 | 13:41:51 WIB

BPJS Online Permudah Urus Administrasi JKN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 13:45:24 WIB

Bansos PKH dan BPNT Cair Agustus, Cek Penerima via HP

Selasa, 05 Agustus 2025 | 14:00:40 WIB