JAKARTA - Meskipun Indonesia memiliki kekayaan sumber daya tambang yang sangat melimpah, ancaman terhadap keberlanjutan cadangan mineral dan batu bara (minerba) kian nyata. Masalah utamanya bukan terletak pada ketersediaan saat ini, melainkan minimnya eksplorasi baru yang bisa menjamin kelangsungan cadangan untuk masa depan. Jika tidak segera dibenahi, umur simpan cadangan tambang nasional akan terus tergerus seiring dengan tingginya laju produksi.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba), Tri Winarno, menegaskan bahwa saat ini Indonesia belum memiliki alokasi anggaran eksplorasi yang bersifat khusus dan terencana dari pemerintah.
“Terutama negara-negara maju, itu mereka menganggarkan biaya untuk eksplorasi, Pak, di negaranya. Termasuk Mesir,” kata Tri dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI.
- Baca Juga Masa Depan Energi dan Warisan Fosil
Tri menyoroti pentingnya kebijakan eksplorasi nasional dengan membandingkan Indonesia dengan negara-negara yang berhasil menggandakan nilai kekayaan alamnya lewat program eksplorasi. Ia menyebut Mesir sebagai salah satu contoh keberhasilan. Negara tersebut diketahui mampu meningkatkan nilai cadangan sumber daya alam dari US$ 1,5 miliar menjadi US$ 3,5 miliar, hanya melalui eksplorasi yang didukung anggaran pemerintah.
“Kita mengharap ada tambahan, tetapi kita sendiri tidak mengeluarkan kapital untuk itu. Kita ini, jujur saja, Pak, kalau misalnya terkait dengan eksplorasi, mestinya kita melakukan beberapa eksplorasi yang terutama pada daerah-daerah green field untuk apa sebetulnya? Untuk misalnya pencadangan negara,” lanjutnya.
Sayangnya, aktivitas eksplorasi tambang di Indonesia sebagian besar masih bertumpu pada inisiatif dan laporan perusahaan tambang. Pemerintah hanya mendapatkan data dari Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang diajukan pelaku usaha setiap tahun.
“Untuk di RKAB, kami ini untuk tahun 2025, ini RKAB akan mengejar untuk dana eksplorasi mereka yang dijanjikan di RKAB. Nambah atau enggak cadangannya terhadap itu,” ujarnya.
Indonesia Kuasai Cadangan Nikel Global
Di tengah tantangan eksplorasi, Indonesia tetap menjadi negara yang sangat diperhitungkan dalam hal cadangan nikel. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Indonesia kini menguasai hampir separuh cadangan nikel dunia.
“Nikel di dunia 43% menurut cadangan geologi Amerika itu 43% cadangan nikel di dunia itu ada di Indonesia. selebihnya ya ada tetangga kita Australia Filipina ada sedikit sebagian di Kanada,” kata Bahlil saat berbicara dalam Human Capital Summit (HCS) 2025.
Keberhasilan Indonesia dalam sektor nikel tidak hanya terlihat dari besarnya cadangan, tetapi juga dari nilai ekspor produk turunannya. Sejak menghentikan ekspor bijih mentah dan mendorong hilirisasi, pendapatan dari ekspor nikel mengalami lonjakan signifikan.
“Kita setop bijih nikel, 2023 begitu kita setop bangun industri ekspor kita mencapai 34 miliar dolar dan sekarang kita negara terbesar eksportir turunan nikel. banyak yang protes katanya kotor nikel Indonesia. Saya bilang mana ada nikel tidur di kasur empuk nikel pasti ada tanahnya lah,” ujar Bahlil dengan nada bercanda.
Ia juga menekankan bahwa seluruh pengelolaan sumber daya alam Indonesia telah sesuai dengan amanat konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945.
“Kekayaan semua dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kepentingan rakyat. Jadi jangan salah salah menerjemahkan apa yang menjadi pikiran teman-teman di sana,” ujarnya.
Rincian Cadangan Mineral dan Batu Bara Nasional
Menyambung pernyataan para pejabat, data dari Badan Geologi Kementerian ESDM menunjukkan gambaran rinci mengenai cadangan minerba nasional hingga akhir tahun 2024, sebagaimana tercatat dalam Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara Indonesia Tahun 2025.
1. Batu Bara
Total cadangan batu bara nasional per akhir 2024 tercatat sebesar 31,95 miliar ton. Rinciannya terdiri dari cadangan terkira 14,418 miliar ton dan cadangan terbukti 17,536 miliar ton. Bila produksi batu bara dipukul rata 700 juta ton per tahun, maka sisa umur cadangan hanya sekitar 45 tahun.
2. Nikel
Cadangan bijih nikel tercatat sebesar 5,913 miliar ton. Angka ini terdiri dari cadangan terkira 3,818 miliar ton dan terbukti 2,095 miliar ton. Jika produksi tahunan berada di angka 173 juta ton, sisa umur cadangan nikel RI hanya 34 tahun.
3. Timah
Untuk komoditas timah, total cadangan mencapai 6,430 miliar ton, yang terdiri dari 5,138 miliar ton (terkira) dan 1,292 miliar ton (terbukti).
4. Bauksit
Sumber daya bijih bauksit mencapai 2,865 miliar ton, dengan cadangan terkira 1,855 miliar ton dan terbukti 1,010 miliar ton. Dengan estimasi produksi tahunan sebesar 8,362 juta ton, maka umur cadangan bauksit diperkirakan masih bisa mencapai 343 tahun.
5. Tembaga
Untuk bijih tembaga, jumlah cadangan nasional sebesar 2,857 miliar ton. Terdiri atas cadangan terkira 1,781 miliar ton dan terbukti 1,075 miliar ton. Apabila produksi tahunan sebesar 108 juta ton terus berlanjut, maka cadangan tembaga hanya akan bertahan 26 tahun lagi.