JAKARTA - Upaya peningkatan produktivitas pertanian di Desa Sanggaoen, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, menemukan bentuk nyata melalui pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Sejak 2016, BUMDes Sanggaoen menghadirkan layanan penyewaan alat pertanian yang secara langsung membantu para petani dalam mengolah lahan dengan lebih efisien.
Inisiatif tersebut menjadi salah satu langkah strategis desa dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakat, khususnya di sektor pertanian yang masih menjadi tulang punggung mata pencaharian warga. Hingga pertengahan 2025, tercatat sebanyak 17 unit hand traktor dikelola oleh BUMDes dan disewakan kepada petani setempat dengan tarif yang masih sangat terjangkau.
Ketua BUMDes Sanggaoen, Johanis Kiak, menyampaikan bahwa dari total 17 unit hand traktor yang dimiliki, 12 unit merupakan pengadaan awal dan disewakan dengan tarif Rp 1.200.000 per tahun. Sedangkan lima unit lainnya merupakan pengadaan baru tahun 2024, dan disewakan dengan tarif sedikit lebih tinggi, yakni Rp 1.500.000 per tahun.
- Baca Juga Update Harga BBM Terbaru Agustus 2025
"Tarif ini kami sesuaikan dengan kondisi alat dan nilai penyusutan. Namun prinsipnya, tetap kami jaga agar terjangkau oleh petani," jelas Johanis usai mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas BUMDes di akhir Juli 2025.
Menurutnya, penyewaan alat pertanian tidak hanya memberikan manfaat secara finansial bagi BUMDes, tetapi juga membawa dampak langsung pada peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja para petani di desa. Dengan adanya alat yang bisa digunakan bersama, para petani tidak lagi harus bekerja secara manual yang menguras tenaga dan waktu.
Penyediaan layanan sewa traktor ini juga mendorong optimalisasi lahan, mengingat waktu tanam dan pengolahan tanah bisa dilakukan lebih cepat dan tepat waktu. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada hasil panen yang lebih baik serta mengurangi risiko gagal tanam akibat keterlambatan musim tanam.
Selain usaha penyewaan alat pertanian, BUMDes Sanggaoen juga mulai mengembangkan unit usaha lainnya, yakni penggemukan sapi. Saat ini, terdapat 11 ekor sapi yang ditangani sebagai bagian dari usaha ternak desa. Kegiatan ini menjadi pelengkap upaya peningkatan ekonomi desa dari sisi peternakan, yang juga memiliki potensi besar di wilayah tersebut.
Dalam kesempatan pelatihan yang berlangsung selama dua hari di akhir Juli 2025, Johanis juga menggarisbawahi pentingnya aspek administrasi dan pembukuan dalam pengelolaan BUMDes. Menurutnya, pelatihan tersebut memberikan materi yang sangat relevan untuk memperkuat sistem tata kelola BUMDes ke depan.
"Materi pelatihan membahas soal pembukuan dasar, terutama buku kas umum dan buku bank sebagai dasar laporan keuangan. Ini penting untuk memastikan semua transaksi tercatat dan bisa dipertanggungjawabkan," ujarnya.
Lebih lanjut, pelatihan juga membahas tentang regulasi terbaru terkait pendirian dan pengelolaan BUMDes, yakni Peraturan Desa (Perdes) Nomor 5 Tahun 2025. Regulasi ini menjadi acuan resmi dalam membentuk struktur dan operasional BUMDes agar sesuai dengan ketentuan hukum dan akuntabilitas publik.
Johanis menegaskan bahwa peningkatan kapasitas pengurus BUMDes melalui pelatihan sangat penting dalam menjaga profesionalisme kerja dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap badan usaha milik desa ini.
"Kami harap dengan pelatihan ini, seluruh pengurus bisa semakin tertib dalam menyusun laporan dan makin transparan dalam menjalankan semua usaha. Ini akan memperkuat posisi BUMDes sebagai motor ekonomi desa," tambahnya.
BUMDes Sanggaoen sendiri telah menjadi salah satu contoh sukses pengelolaan unit usaha berbasis desa yang tidak hanya berjalan secara administratif, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Dalam konteks ekonomi lokal, keberadaan layanan seperti sewa traktor menjadi solusi konkret bagi petani yang sebelumnya kesulitan mengakses alat pertanian modern karena biaya pembelian yang tinggi.
Model ini juga menunjukkan bagaimana desa bisa memanfaatkan Dana Desa dan dukungan kelembagaan untuk membangun unit usaha produktif, tanpa harus sepenuhnya bergantung pada pihak luar. Dengan pengelolaan yang akuntabel dan berkelanjutan, BUMDes bisa menjadi tulang punggung perekonomian desa dan membuka lapangan kerja baru di tingkat lokal.
Ke depan, BUMDes Sanggaoen berencana memperluas cakupan usahanya, termasuk menambah jumlah alat pertanian dan mengembangkan kemitraan dengan kelompok tani serta koperasi desa. Potensi ini menjadi langkah penting dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang terintegrasi di tingkat desa.
Melalui usaha sederhana namun tepat sasaran seperti penyewaan traktor dan penggemukan sapi, BUMDes Sanggaoen membuktikan bahwa pembangunan ekonomi desa bukan sekadar wacana. Dengan manajemen yang tertata, semangat kolaboratif, serta dukungan regulasi yang jelas, desa-desa seperti Sanggaoen bisa menjadi pelopor kemandirian ekonomi berbasis masyarakat.