Kuliner Khas Singkong Gobet Bikin Nostalgia di Kudus

Kamis, 10 Juli 2025 | 10:12:17 WIB
Kuliner Khas Singkong Gobet Bikin Nostalgia di Kudus

JAKARTA - Di tengah gemerlapnya modernisasi kuliner dan menjamurnya makanan kekinian, cita rasa tradisional rupanya masih memegang tempat istimewa di hati masyarakat. Salah satu bukti kuatnya daya tarik kuliner jadul adalah Singkong Gobet, makanan sederhana yang berhasil mencuri perhatian para pengunjung Suronan Fest 2025 di Desa Jepang Pakis, Kudus.

Singkong Gobet, yang terbuat dari parutan singkong yang dikukus dan dipadu gula merah, menjadi primadona di antara jajanan tradisional lain yang ditawarkan. Aromanya yang khas manis dan legit menyeruak kuat dari sela-sela tenda bazar, menggoda para pengunjung untuk sekadar mencicipi atau bahkan memborong dalam jumlah banyak.

Di balik kesuksesan kuliner ini, terdapat sosok Toni, warga Desa Singocandi, Kudus, yang dengan penuh dedikasi mempertahankan eksistensi Singkong Gobet dan jajanan pasar lainnya. Sudah dua tahun terakhir, Toni konsisten menjajakan makanan tradisional di berbagai event lokal dan kegiatan mingguan seperti Car Free Day di Alun-Alun Kudus.

Jajanan Sederhana Penuh Kenangan

Singkong Gobet buatan Toni tampil tanpa banyak polesan. Tak ada hiasan berlebih atau packaging modern. Namun, justru kesederhanaannya inilah yang menjadi kekuatan utama. Makanan ini mampu menghadirkan nostalgia bagi mereka yang pernah merasakan masa kecil di kampung, di mana jajanan pasar menjadi bagian dari keseharian.

Dengan harga Rp10.000 per bungkus, Toni mengaku bisa menjual hingga 50 porsi per hari, terutama saat ada event besar seperti Suronan Fest. Toni menjelaskan, “Alhamdulillah, banyak yang suka. Apalagi kalau ada acara seperti ini, pasti laris,” ujarnya sambil sibuk melayani antrean pembeli yang tak henti berdatangan.

Selain Singkong Gobet, Toni juga membawa serta koleksi jajanan pasar lainnya seperti putu mayang, getuk lindri, dan klepon. Uniknya, pembeli bisa memilih untuk mencampur berbagai jenis jajanan sesuai dengan selera masing-masing. “Banyak yang minta dicampur, tergantung selera mereka,” tambahnya.

Menjaga Warisan Kuliner, Meski Terkadang Terkendala Cuaca

Meski respon pasar sangat positif, Toni mengakui bahwa berjualan makanan tradisional tetap memiliki tantangannya sendiri. Salah satu yang paling signifikan adalah faktor cuaca. “Kalau hujan, pengunjung agak berkurang. Tapi tetap ada yang beli, apalagi pelanggan tetap,” katanya.

Namun, semangat Toni untuk terus mempopulerkan jajanan tradisional tak pernah surut. Ia percaya bahwa makanan seperti Singkong Gobet bukan hanya soal bisnis, melainkan tentang melestarikan budaya kuliner lokal yang kian tergerus oleh zaman.

“Semoga makin dikenal, makin ramai, dan jajanan seperti ini nggak punah,” ujarnya penuh harap.

Suronan Fest 2025, Wadah bagi UMKM dan Budaya Lokal

Suronan Fest 2025 yang digelar di Desa Jepang Pakis menjadi ajang penting yang mempertemukan pelaku UMKM, seniman lokal, hingga komunitas masyarakat dalam satu semangat bersama: melestarikan budaya dan menghidupkan ekonomi lokal. Festival ini menjadi sorotan karena tak hanya menampilkan pertunjukan seni budaya, tapi juga memperkenalkan produk-produk unggulan dari berbagai sektor, termasuk kuliner.

Dalam konteks inilah, kehadiran Singkong Gobet tak hanya menjadi pelengkap bazar, melainkan menjadi simbol bahwa kuliner tradisional masih sangat relevan di tengah gempuran makanan modern dan instan. Kesuksesan lapak Toni menjadi cerminan bahwa masyarakat kini mulai kembali menghargai makanan yang memiliki nilai historis dan emosional.

Tak sedikit pengunjung yang mengaku baru pertama kali mendengar nama Singkong Gobet, tetapi langsung jatuh hati pada rasa dan teksturnya. Beberapa bahkan membelinya sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah.

Lebih dari Sekadar Makanan

Apa yang ditawarkan Toni melalui Singkong Gobet bukan hanya sekotak makanan manis, tetapi sebuah pengalaman yang membangkitkan kenangan dan memperkuat identitas lokal. Di era serba digital ini, jajanan seperti ini bisa menjadi jembatan antara generasi muda dan budaya kuliner nenek moyangnya.

Dengan munculnya media sosial dan tren kuliner kekinian, para pelaku jajanan tradisional seperti Toni juga punya kesempatan untuk memperluas pasar. Jika difasilitasi dengan baik oleh pemerintah atau komunitas lokal, bukan tidak mungkin Singkong Gobet bisa menembus pasar lebih luas, bahkan nasional.

Harapan untuk Keberlanjutan Kuliner Lokal

Momen di Suronan Fest 2025 ini seharusnya tidak berhenti hanya pada seremoni dan keramaian sesaat. Perlu ada tindak lanjut agar kuliner tradisional seperti Singkong Gobet mendapatkan tempat yang layak, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga dalam konteks pelestarian budaya.

Pemerintah daerah dan komunitas UMKM bisa memainkan peran penting dengan mengintegrasikan produk-produk lokal ke dalam program promosi wisata, pelatihan kewirausahaan kuliner, hingga digitalisasi penjualan. Dengan demikian, sosok-sosok seperti Toni tidak perlu berjuang sendiri dalam menjaga warisan rasa ini tetap hidup.

Singkong Gobet mungkin terlihat sederhana, tapi kisah di baliknya adalah refleksi dari semangat pelaku UMKM yang konsisten merawat budaya lokal dengan penuh cinta dan ketekunan. Dan selama masih ada tangan-tangan seperti Toni yang rela berdiri di tengah keramaian, menjaga panas kukusan tetap menyala, maka kuliner tradisional tak akan pernah benar-benar hilang dari kehidupan kita.

Terkini

UMKM Jateng Didampingi Ekspansi ke Pasar Dunia

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:22:44 WIB

Harga Sembako Jatim Terkendali di Tengah Cuaca Buruk

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:25:59 WIB

Perbankan Syariah BRK Ekspansi ke Karimun

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:32:03 WIB

BRI Finance Dukung Transformasi Lewat BRIVolution

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:43:05 WIB

IHSG Menguat, Saham Properti dan Baku Jadi Incaran

Kamis, 10 Juli 2025 | 13:48:59 WIB