BMKG: Nelayan NTT Diimbau Waspadai Gelombang Tinggi

Rabu, 09 Juli 2025 | 14:42:11 WIB
BMKG: Nelayan NTT Diimbau Waspadai Gelombang Tinggi

JAKARTA - Kondisi cuaca laut di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan masih akan diliputi gelombang tinggi hingga beberapa hari ke depan. Fenomena ini menimbulkan risiko besar, terutama bagi nelayan dan pelaku pelayaran tradisional yang mengandalkan jalur laut sebagai akses utama.

Imbauan kewaspadaan disampaikan seiring hasil pemantauan terkini yang menunjukkan adanya potensi gelombang dengan ketinggian mencapai lebih dari tiga meter di sejumlah perairan NTT. Perkiraan ini berlaku hingga Kamis, 10 Juli 2025.

Gelombang laut setinggi 1,25 hingga 2,5 meter berpotensi melanda sejumlah titik penting seperti perairan Selat Sape, Laut Flores, Selat Pantar, Teluk Alor, Laut Sawu, serta perairan di sekitar Pulau Rote. Gelombang dengan ketinggian ini sudah tergolong cukup berisiko, khususnya bagi perahu nelayan dan kapal kecil.

Peringatan lebih serius diberikan untuk wilayah Selat Sumba bagian barat dan perairan selatan Pulau Sumba, di mana gelombang diprediksi bisa mencapai 2,5 hingga 3,5 meter. Dalam kondisi seperti ini, risiko keselamatan terhadap kapal perikanan dan pelayaran tradisional dinilai cukup tinggi.

Angin juga turut menjadi faktor pemicu ketidakstabilan kondisi laut. Saat ini, arah angin dominan berasal dari tenggara dengan kecepatan yang bervariasi, antara 12 hingga 50 kilometer per jam. Kombinasi antara angin kencang dan pola arus laut menyebabkan peningkatan tinggi gelombang yang signifikan di beberapa lokasi.

“Gelombang tinggi seperti ini sangat membahayakan perahu kecil dan nelayan tradisional. Oleh karena itu, kami minta masyarakat untuk tidak memaksakan diri melaut jika kondisi cuaca tidak mendukung,” ujar salah satu prakirawan yang bertugas di wilayah NTT.

Selain memberikan imbauan, pihak otoritas cuaca juga menegaskan bahwa pemantauan terhadap dinamika cuaca laut dilakukan secara berkala dan intensif. Informasi prakiraan cuaca akan terus diperbarui untuk memastikan masyarakat, khususnya komunitas maritim, bisa mengakses data terbaru sebelum melakukan aktivitas di laut.

Cuaca umum di kawasan perairan NTT sendiri relatif cerah berawan. Namun kondisi atmosfer di atas laut cukup dinamis, dengan potensi perubahan angin secara mendadak yang bisa menyebabkan gelombang meningkat dalam waktu singkat.

Situasi ini tentunya berdampak pada sejumlah aktivitas harian warga pesisir, terutama yang menggantungkan penghasilan dari kegiatan melaut. Sejumlah nelayan di beberapa wilayah bahkan dilaporkan memilih untuk tidak melaut sejak awal pekan ini, mengingat potensi cuaca ekstrem yang masih terus berlanjut.

Tingginya risiko pelayaran akibat kondisi laut yang kurang bersahabat membuat aparat setempat dan otoritas kelautan meningkatkan koordinasi di lapangan. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi potensi kecelakaan laut sekaligus memastikan bahwa informasi prakiraan cuaca tersampaikan dengan baik kepada masyarakat yang membutuhkan.

“Kami mengimbau seluruh masyarakat pesisir, terutama yang sering beraktivitas di laut, untuk selalu memperhatikan perkembangan informasi cuaca maritim. Jangan abaikan peringatan dini karena keselamatan adalah prioritas utama,” ujar prakirawan tersebut lebih lanjut.

Masyarakat di wilayah NTT dikenal sangat bergantung pada sektor kelautan, baik sebagai jalur distribusi barang, transportasi antar-pulau, maupun sebagai sumber mata pencaharian dari kegiatan perikanan. Dalam konteks inilah, kondisi cuaca ekstrem bisa menjadi faktor pengganggu signifikan bagi keberlangsungan ekonomi lokal.

Pemerintah daerah melalui instansi terkait juga telah diminta untuk siaga dan menyiapkan langkah antisipasi apabila terjadi gangguan atau kecelakaan akibat cuaca buruk di laut. Salah satu langkah yang disarankan adalah pengawasan ketat terhadap aktivitas pelayaran dan penyediaan titik evakuasi di pelabuhan-pelabuhan kecil.

Selain itu, edukasi kepada masyarakat juga terus digencarkan agar warga memahami risiko yang muncul dari fenomena cuaca laut dan tidak menganggap enteng potensi gelombang tinggi. Kedisiplinan dalam mengikuti imbauan dan larangan melaut saat cuaca buruk sangat berperan dalam menekan angka kecelakaan laut.

Pihak yang berwenang pun mengingatkan bahwa kondisi seperti ini bisa kembali terjadi di kemudian hari, terutama saat musim angin timuran yang dikenal membawa gelombang tinggi ke wilayah selatan Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapsiagaan jangka panjang dan upaya mitigasi risiko yang berkelanjutan.

Bagi pengguna transportasi laut, termasuk kapal antar-pulau, diharapkan untuk selalu berkoordinasi dengan pihak pelabuhan sebelum melakukan perjalanan. Bila perlu, jadwal keberangkatan bisa disesuaikan agar tidak melintas di tengah kondisi laut yang ekstrem.

Masyarakat diharapkan untuk tetap tenang namun waspada. Tidak semua perairan mengalami gangguan yang sama, namun kewaspadaan dan kehati-hatian menjadi kunci agar aktivitas laut bisa terus berjalan tanpa mengorbankan keselamatan.

Sebagai penutup, prakiraan cuaca maritim akan terus diperbaharui untuk memberikan informasi yang akurat dan terkini. Masyarakat dapat mengakses update informasi dari kanal resmi yang tersedia untuk memantau kondisi terbaru dan mengambil keputusan terbaik sebelum beraktivitas di laut.

Terkini

3 Wisata Alam Hits di Lombok Timur

Rabu, 09 Juli 2025 | 13:31:53 WIB

Gejala Kanker Empedu Sering Diabaikan, Kata Dokter

Rabu, 09 Juli 2025 | 13:34:47 WIB

KAI Daop 4 Aktif Cegah Gangguan Rel KA

Rabu, 09 Juli 2025 | 13:39:34 WIB

iPhone 15 dan 15 Plus Turun Harga, Pilih Mana

Rabu, 09 Juli 2025 | 14:33:34 WIB

Samsung Galaxy Watch8 Hadir dengan Asisten Suara AI

Rabu, 09 Juli 2025 | 14:36:48 WIB