Harga Gula Nasional Turun Rp84 dalam Sebulan, Ini Rinciannya per Provinsi

Sabtu, 28 Juni 2025 | 10:45:26 WIB
Harga Gula Nasional Turun Rp84 dalam Sebulan, Ini Rinciannya per Provinsi

JAKARTA – Harga gula konsumsi nasional menunjukkan tren penurunan signifikan dalam sebulan terakhir. Berdasarkan data harga pangan eceran yang dirilis Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Sabtu, 28 Juni 2025  pukul 10.17 WIB, harga gula rata-rata nasional tercatat berada di angka Rp18.436 per kilogram (kg). Angka ini menandakan penurunan sebesar Rp84 atau setara 0,45 persen dibandingkan harga sebulan sebelumnya.

“Harga gula nasional turun stabil dalam sebulan terakhir, ini kabar baik bagi konsumen di tengah tekanan harga pangan global,” tulis laporan resmi Bapanas.

Secara harian, harga gula juga mengalami koreksi tipis Rp8 atau 0,04 persen dibanding harga kemarin. Sementara jika dilihat dalam rentang sepekan terakhir, harga gula turun Rp43 atau 0,23 persen, menunjukkan tren konsisten penurunan harga di pasar domestik.

Tren Penurunan Harga dalam 3 Bulan Terakhir

Tidak hanya dalam sepekan atau sebulan, data Bapanas juga mencatat rata-rata harga gula nasional dalam tiga bulan terakhir mengalami penurunan sebesar Rp115 atau 0,62 persen. Rentang waktu tersebut meliputi periode Maret 2025 hingga Juni 2025, menegaskan tren koreksi harga yang relatif stabil.

Dalam periode itu, harga terendah terjadi pada Kamis, 26 Juni 2025, di angka Rp18.390 per kg. Sedangkan harga tertinggi tercatat pada Rabu, 2 April 2025, dengan angka Rp18.650 per kg.

“Fluktuasi harga ini masih dalam batas wajar dan menunjukkan stabilitas pasokan gula nasional yang cukup baik,” kata Bapanas dalam keterangannya.

Harga Gula Beragam antar Provinsi

Meski harga rata-rata nasional menunjukkan tren menurun, harga gula per provinsi di Indonesia masih bervariasi cukup lebar. Berdasarkan pemantauan Bapanas, pada Sabtu, 28 Juni 2025, harga gula eceran di tingkat provinsi tercatat berkisar antara Rp17.097 hingga Rp18.598 per kg. Variasi ini mencerminkan perbedaan biaya distribusi, stok regional, dan dinamika pasokan-permintaan di daerah.

Berikut adalah daftar 8 provinsi dengan harga gula per kg tertinggi:

Sumatera Barat: Rp18.598

Aceh: Rp18.391

Banten: Rp18.222

Jawa Barat: Rp18.102

Lampung: Rp18.000

DKI Jakarta: Rp18.000

Sumatera Selatan: Rp17.885

Jambi: Rp17.875

Sementara itu, berikut adalah daftar 8 provinsi dengan harga gula per kg terendah:

Jawa Timur: Rp17.097

Jawa Tengah: Rp17.214

D.I Yogyakarta: Rp17.250

Bali: Rp17.600

Jambi: Rp17.875

Sumatera Selatan: Rp17.885

DKI Jakarta: Rp18.000

Lampung: Rp18.000

Dari daftar di atas, Jawa Timur mencatat harga gula termurah secara nasional, sementara Sumatera Barat mencatat harga tertinggi.

Faktor Penurunan Harga Gula

Penurunan harga gula nasional dalam beberapa waktu terakhir tidak terlepas dari berbagai faktor, mulai dari pasokan yang membaik seiring musim giling tebu domestik, hingga stabilitas nilai tukar rupiah yang menekan biaya impor bahan baku gula rafinasi. Selain itu, upaya pemerintah dalam memperlancar rantai distribusi bahan pangan pokok dinilai berhasil menjaga ketersediaan gula di pasaran.

“Dengan ketersediaan gula yang memadai, kita berharap harga di pasar tetap terkendali agar tidak membebani masyarakat,” ujar Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas.

Dampak pada Konsumen dan Produsen

Bagi konsumen, tren penurunan harga gula ini tentu menjadi kabar baik, terutama menjelang periode kebutuhan tinggi seperti Iduladha dan awal tahun ajaran baru. Harga yang lebih terjangkau membantu rumah tangga mengalokasikan anggaran pangan dengan lebih efisien.

Namun, bagi petani tebu dan produsen gula, tren ini bisa menjadi tantangan jika harga jual terus merosot hingga menembus titik impas produksi. Oleh karena itu, Bapanas menegaskan pentingnya keseimbangan harga agar tetap menguntungkan semua pihak, termasuk petani tebu sebagai produsen utama gula kristal putih nasional.

“Pemerintah terus memonitor perkembangan harga dan akan mengambil langkah intervensi jika diperlukan untuk melindungi petani,” tegas Bapanas.

Potensi Harga Gula di Masa Depan

Sejumlah analis memperkirakan harga gula nasional akan relatif stabil dalam beberapa bulan ke depan, asalkan pasokan dalam negeri tetap lancar dan cuaca mendukung produktivitas tebu. Namun, risiko tetap ada, terutama jika terjadi gangguan pasokan global akibat faktor cuaca ekstrem di negara produsen gula utama dunia seperti Brasil dan Thailand, atau gejolak geopolitik yang dapat memengaruhi rantai pasok komoditas pangan global.

Selain itu, kebijakan pemerintah terkait impor gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman juga berpotensi memengaruhi pergerakan harga di pasar domestik, meski fokus pemerintah saat ini tetap mengutamakan pasokan gula konsumsi rumah tangga.

Turunnya harga gula nasional sebesar Rp84 per kg dalam sebulan terakhir menjadi sinyal positif bagi stabilitas pangan nasional. Namun, pemerintah tetap diimbau untuk menjaga keseimbangan harga agar tidak merugikan petani tebu, sekaligus memastikan harga tetap terjangkau bagi masyarakat.

“Pemerintah berkomitmen menjaga harga pangan pokok tetap stabil agar daya beli masyarakat terjaga dan ketahanan pangan nasional semakin kuat,” pungkas Deputi Bapanas.

Terkini