Minyak

Harga CPO Naik Signifikan di KPBN Inacom dan Bursa Malaysia, Didorong Lonjakan Harga Minyak Mentah Global

Harga CPO Naik Signifikan di KPBN Inacom dan Bursa Malaysia, Didorong Lonjakan Harga Minyak Mentah Global
Harga CPO Naik Signifikan di KPBN Inacom dan Bursa Malaysia, Didorong Lonjakan Harga Minyak Mentah Global

JAKARTA - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Indonesia kembali mengalami kenaikan signifikan pada akhir pekan ini. Berdasarkan data resmi Indonesia Commodity Market (Inacom) atau dikenal juga sebagai KPBN, harga CPO pada perdagangan Jumat, 13 Juni 2025 mencatat lonjakan yang cukup tajam di beberapa wilayah utama pusat perdagangan komoditas sawit di Tanah Air.

Harga CPO untuk wilayah Belawan dan Dumai ditetapkan sebesar Rp13.360 per kilogram, mengalami kenaikan Rp135/kg dibandingkan harga pada perdagangan hari sebelumnya, Kamis 12 Juni 2025), yang berada di level Rp13.225/kg. Adapun harga CPO di Teluk Bayur ditutup sebesar Rp13.230/kg, sementara di Talang Duku ditetapkan sebesar Rp13.160/kg.

Kenaikan harga CPO di dalam negeri ini berjalan seiring dengan penguatan harga CPO di pasar internasional, khususnya di Bursa Derivatif Malaysia. Pada perdagangan Jumat, harga kontrak acuan CPO untuk pengiriman Agustus 2025 di Bursa Malaysia naik sebesar RM76 atau sekitar 1,98% menjadi RM3.915 per metrik ton saat jeda siang.

Namun demikian, jika dilihat secara mingguan, kontrak CPO di Malaysia tetap mencatatkan penurunan tipis sebesar 0,05%, menandai koreksi mingguan pertama dalam lima pekan terakhir.

Kenaikan Harga Dipicu Lonjakan Harga Minyak Mentah Global

Menurut laporan dari seorang trader berbasis di Kuala Lumpur, penguatan harga CPO pada perdagangan Jumat sebagian besar dipicu oleh lonjakan harga minyak mentah dunia yang melonjak lebih dari 9 persen. Kenaikan harga minyak mentah ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, menyusul kabar serangan Israel terhadap Iran.

“Eskalasi konflik di Timur Tengah membuat pelaku pasar khawatir terhadap potensi gangguan pasokan energi global. Hal ini secara langsung mendongkrak harga minyak mentah ke level tertingginya dalam hampir lima bulan terakhir,” ujar trader.

Naiknya harga minyak mentah memberikan dampak positif terhadap harga minyak sawit mentah karena memperkuat daya tarik minyak sawit sebagai bahan baku alternatif untuk produksi biodiesel. Dengan harga minyak mentah yang lebih tinggi, penggunaan minyak sawit untuk campuran bahan bakar nabati menjadi lebih kompetitif di pasar global.

Minyak Nabati Lain Ikut Menguat, Sentimen Pasar Semakin Positif

Tidak hanya CPO, harga komoditas minyak nabati lainnya juga menunjukkan tren penguatan di sejumlah bursa internasional. Di Bursa Dalian, Tiongkok, harga minyak kedelai mengalami kenaikan 1,4%, sedangkan harga minyak sawit di bursa yang sama menguat 2,12%. Di Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai juga ikut menguat sebesar 1,43%.

Tren kenaikan harga ini semakin mempertegas bahwa minyak nabati mendapatkan dorongan sentimen positif yang lebih luas, seiring dengan membaiknya permintaan global serta kekhawatiran pasokan energi akibat kondisi geopolitik.

Hasil Tender KPBN Inacom per Sabtu, 14 Juni 2025

Berikut ini hasil tender minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (Crude Palm Kernel Oil/CPKO) yang tercatat di KPBN pada Sabtu 14 Juni 2025:

Minyak Sawit Mentah (CPO):

Franco Belawan & Dumai: Rp13.360/kg – Pemenang: MM, IBP

Franco Teluk Bayur: Rp13.230/kg – Pemenang: WIRA

FOB Talang Duku: Rp13.160/kg – Pemenang: MM

Loco Parindu: Rp13.010/kg – Pemenang: EUP

FOB Kalimantan Selatan: Rp12.960/kg (withdraw), penawaran tertinggi Rp12.229/kg – Penawar: WNI

Minyak Inti Sawit (CPKO):

Franco Dumai: Rp21.754/kg (withdraw), penawaran tertinggi Rp20.300/kg – Penawar: IMT

Loco Palembang: Rp21.510/kg (withdraw), penawaran tertinggi Rp19.400/kg – Penawar: IKIN

Loco Lampung: Rp21.680/kg (withdraw), penawaran tertinggi Rp18.000/kg – Penawar: AMJP

Prospek Harga CPO di Tengah Ketidakpastian Global

Dengan situasi geopolitik yang semakin memanas, analis memperkirakan harga minyak mentah dunia berpotensi terus mengalami volatilitas dalam beberapa pekan ke depan. Hal ini turut mempengaruhi arah harga minyak sawit mentah di pasar global maupun domestik.

Beberapa analis komoditas memperkirakan bahwa jika harga minyak mentah terus bertahan di atas level USD80 per barel, maka harga CPO akan mendapatkan dukungan kuat untuk melanjutkan tren penguatan, terutama didorong oleh peningkatan permintaan biodiesel dari negara-negara konsumen utama seperti India, Tiongkok, dan Uni Eropa.

“Saat ini para pelaku pasar masih mencermati perkembangan lebih lanjut terkait situasi geopolitik di Timur Tengah. Selama ketegangan belum mereda, harga minyak mentah kemungkinan tetap akan berada dalam tren naik, yang otomatis akan memberikan sentimen positif bagi pasar CPO,” jelas salah satu analis pasar komoditas di Kuala Lumpur.

Kinerja CPO Nasional: Dorongan bagi Ekspor dan Industri Domestik

Kenaikan harga CPO di tingkat domestik memberikan keuntungan tidak hanya bagi pelaku industri perkebunan dan pabrik kelapa sawit, tetapi juga mendorong nilai ekspor Indonesia. Sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan devisa dari sektor ini, terlebih dengan situasi pasar yang tengah berpihak pada penguatan harga.

Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan kebijakan perdagangan internasional, isu lingkungan dan keberlanjutan, serta kompetisi dengan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian terus berupaya menjaga kestabilan harga CPO domestik, sekaligus meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam pasar minyak sawit global dengan memperkuat implementasi program ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) sebagai bentuk komitmen terhadap keberlanjutan.

Kesimpulan: Momentum Penguatan CPO Harus Dimanfaatkan Optimal

Kenaikan harga CPO yang terjadi sepanjang pekan kedua Juni 2025 menjadi sinyal positif bagi sektor perkebunan sawit Indonesia. Namun, para pelaku industri diimbau untuk tidak hanya bergantung pada faktor eksternal seperti harga minyak mentah, melainkan juga harus memperkuat daya saing melalui efisiensi produksi dan peningkatan kualitas produk.

Dengan kondisi global yang dinamis, termasuk perkembangan geopolitik di Timur Tengah, pelaku pasar dan pemerintah perlu terus bersinergi agar momentum ini tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat memberikan kontribusi jangka panjang terhadap perekonomian nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index