Investasi

7 Pilihan Investasi Aman Saat Rupiah Melemah, Ini Rekomendasi Ahli

7 Pilihan Investasi Aman Saat Rupiah Melemah, Ini Rekomendasi Ahli
7 Pilihan Investasi Aman Saat Rupiah Melemah, Ini Rekomendasi Ahli

JAKARTA — Nilai tukar rupiah yang terus menunjukkan tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat banyak masyarakat semakin waspada dalam mengelola keuangan dan aset mereka. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi seperti sekarang, memilih instrumen investasi yang aman menjadi langkah yang tepat untuk menjaga nilai aset tetap stabil.

Kondisi global yang kurang kondusif, seperti tingginya suku bunga The Fed, ketegangan geopolitik, serta tekanan inflasi di berbagai negara turut memperburuk performa mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Untuk itu, masyarakat dianjurkan untuk lebih cermat dan selektif dalam menempatkan dana investasi.

Investasi aman bukan berarti sepenuhnya tanpa risiko, tetapi cenderung memiliki fluktuasi lebih rendah dan cocok untuk mereka yang memiliki profil risiko konservatif. Imbal hasilnya stabil, meskipun tidak setinggi instrumen berisiko tinggi seperti saham atau kripto. Meski demikian, keamanannya memberikan kenyamanan lebih bagi investor pemula atau mereka yang mengutamakan kestabilan nilai aset.

Berikut tujuh jenis investasi yang dianggap relatif aman dan dapat menjadi pilihan utama saat rupiah mengalami pelemahan:

1. Emas: Investasi Klasik yang Tahan Gejolak

Investasi emas selalu menjadi pilihan favorit masyarakat Indonesia, terutama dalam situasi ekonomi yang tidak menentu. Nilai emas cenderung stabil dan memiliki potensi kenaikan dalam jangka panjang. Selain itu, emas juga bersifat likuid, artinya mudah dicairkan kapan saja ketika dibutuhkan.

Meskipun harga emas bisa mengalami fluktuasi dalam jangka pendek, dalam jangka panjang emas terbukti dapat mempertahankan nilainya bahkan melawan inflasi. Untuk keamanan bertransaksi, para investor disarankan membeli emas batangan dari tempat resmi seperti PT Aneka Tambang (Antam) atau melalui platform digital yang telah memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Emas dikenal tahan terhadap gejolak ekonomi. Nilainya cenderung stabil dan bisa naik dalam jangka panjang. Selain itu, emas mudah dijual saat butuh dana cepat,” tulis Allianz dalam keterangannya.

Namun demikian, investasi emas memerlukan penyimpanan yang aman, baik secara fisik maupun digital, agar tetap terjaga nilainya.

2. Valuta Asing, Terutama Dolar AS

Di tengah pelemahan rupiah, memiliki aset dalam bentuk valuta asing (valas), khususnya dolar AS, bisa menjadi strategi diversifikasi portofolio yang tepat. Saat dolar menguat, otomatis nilai tukarnya terhadap rupiah meningkat, memberikan keuntungan bagi pemegang aset dolar.

Selain digunakan sebagai diversifikasi investasi, dolar AS juga sangat likuid karena mudah diperjualbelikan kapan saja. Namun perlu diingat, nilai tukar mata uang asing dapat berubah dengan cepat karena dipengaruhi oleh dinamika global, sehingga tetap memiliki risiko tersendiri.

“Selain untuk diversifikasi, dolar juga likuid karena mudah dibeli dan dijual. Tapi, nilai tukar bisa berubah cepat, jadi tetap ada risiko,” lanjut Allianz.

Investasi dalam bentuk dolar dapat dilakukan melalui rekening valuta asing di bank atau pembelian secara fisik melalui money changer yang resmi.

3. Reksa Dana Pasar Uang: Aman dan Fleksibel

Bagi masyarakat yang ingin investasi dengan risiko rendah, reksa dana pasar uang bisa menjadi opsi. Instrumen ini mengalokasikan dana investor ke deposito atau surat berharga jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor pendek.

Kelebihannya, reksa dana pasar uang memiliki likuiditas tinggi, sehingga investor dapat mencairkan dana kapan saja sesuai kebutuhan. Cocok digunakan sebagai instrumen penyimpanan dana sementara sambil menunggu peluang investasi lain yang lebih baik.

Meski aman, reksa dana pasar uang tetap bisa terdampak oleh inflasi atau perubahan suku bunga. Oleh karena itu, tetap penting untuk memantau kondisi ekonomi makro.

4. Sukuk Tabungan dan Sukuk Ritel: Imbal Hasil Tetap, Berbasis Syariah

Sukuk tabungan dan sukuk ritel merupakan investasi berbasis syariah yang diterbitkan oleh pemerintah. Salah satu keunggulan sukuk adalah imbal hasil tetap (fixed rate) selama tenor berlangsung. Dengan nominal investasi awal mulai dari Rp1 juta, produk ini menjadi pilihan ideal bagi masyarakat yang ingin berinvestasi secara syariah.

Sukuk tabungan umumnya memiliki tenor 2 tahun, sedangkan sukuk ritel bisa lebih bervariasi. Kelemahannya, dana tidak bisa dicairkan sewaktu-waktu sebelum jatuh tempo, kecuali dalam kondisi tertentu seperti force majeure atau kebutuhan mendesak yang disetujui oleh otoritas penerbit.

“Meski aman, pencairan dana sebelum jatuh tempo, terutama untuk sukuk tabungan, tidak fleksibel,” tulis Allianz.

5. Deposito Berjangka: Cocok untuk Investor Pemula

Deposito berjangka menjadi salah satu pilihan investasi aman yang paling populer di kalangan masyarakat Indonesia. Keuntungan dari deposito adalah bunga tetap dan risiko yang sangat rendah, karena dana disimpan di bank dan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga batas tertentu.

Namun demikian, deposito memiliki kekurangan berupa keterbatasan likuiditas. Dana tidak bisa diambil sebelum jatuh tempo tanpa terkena penalti. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk menyesuaikan tenor deposito dengan kebutuhan likuiditasnya.

Untuk mendapatkan hasil optimal, pilihlah bank yang menawarkan bunga kompetitif agar imbal hasil lebih maksimal.

6. Obligasi Negara: Dijamin Pemerintah, Imbal Hasil Lebih Tinggi

Obligasi negara juga menjadi salah satu investasi aman, terutama bagi mereka yang mencari imbal hasil lebih baik dibandingkan dengan tabungan biasa. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) atau Sukuk Ritel (SR) memberikan keuntungan berupa kupon tetap setiap bulan.

Keamanan obligasi negara terjamin karena pembayaran pokok dan bunga dijamin oleh negara. Risiko yang perlu diperhatikan adalah potensi penurunan harga obligasi jika suku bunga acuan naik, meskipun risiko tersebut tidak berpengaruh jika obligasi dipegang hingga jatuh tempo.

“Imbal hasilnya lebih menarik dibandingkan dengan menabung. Untuk pemula, ORI dan sukuk ritel jadi pilihan ideal,” tulis Allianz.

7. Properti: Nilai Bertumbuh Jangka Panjang

Investasi properti selalu menjadi primadona karena nilainya yang cenderung meningkat seiring waktu. Selain keuntungan dari kenaikan harga, properti juga memberikan potensi pendapatan pasif melalui penyewaan.

Namun investasi properti memiliki kekurangan dari sisi likuiditas. Properti tidak mudah dijual dalam waktu singkat jika mendadak butuh dana. Selain itu, properti juga memerlukan biaya tambahan untuk perawatan, pajak, dan administrasi.

Jika baru memulai investasi properti, pertimbangkan untuk membeli rumah subsidi, apartemen kecil, atau tanah di lokasi strategis yang berpotensi berkembang. Lokasi tetap menjadi faktor utama dalam menentukan prospek kenaikan harga properti.

“Perhatikan lokasi karena sangat menentukan. Tapi ingat, properti tidak mudah dijual cepat dan butuh biaya perawatan,” tegas Allianz.

Pentingnya Diversifikasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pelemahan rupiah, tidak ada satu instrumen investasi yang sepenuhnya aman atau bisa diandalkan. Oleh karena itu, diversifikasi menjadi strategi utama dalam mengelola portofolio investasi. Dengan membagi dana ke berbagai instrumen sesuai profil risiko, investor dapat menyeimbangkan potensi keuntungan dan risiko.

Selain itu, penting juga untuk selalu memperhatikan perkembangan ekonomi, baik domestik maupun global, serta berkonsultasi dengan perencana keuangan profesional sebelum mengambil keputusan investasi.

Dengan langkah yang tepat, masyarakat bisa menjaga nilai aset tetap stabil dan bahkan bertumbuh, meskipun dalam kondisi pelemahan rupiah seperti saat ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index