Penerbangan

Bupati Biak Dorong Penambahan Rute Penerbangan Demi Konektivitas dan Wisata, Siap Surati Presiden Jika Perlu

Bupati Biak Dorong Penambahan Rute Penerbangan Demi Konektivitas dan Wisata, Siap Surati Presiden Jika Perlu
Bupati Biak Dorong Penambahan Rute Penerbangan Demi Konektivitas dan Wisata, Siap Surati Presiden Jika Perlu

JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Biak Numfor secara aktif mendorong peningkatan konektivitas penerbangan dari dan ke wilayahnya guna menunjang kebutuhan mobilitas masyarakat, aktivitas pemerintahan, serta pengembangan sektor pariwisata lokal. Langkah ini dilakukan menyusul terbatasnya jadwal dan jumlah maskapai yang beroperasi di Bandara Frans Kaisiepo, Biak.

Saat ini, Bandara Frans Kaisiepo hanya dilayani oleh dua maskapai penerbangan utama, yakni Lion Air dan Sriwijaya Air, dengan frekuensi penerbangan yang sangat terbatas—yakni tiga kali seminggu—dan ironisnya, kedua maskapai tersebut justru beroperasi pada hari yang sama. Kondisi tersebut kerap menjadi kendala, terutama bagi masyarakat lokal, pegawai pemerintahan, pelaku usaha, dan wisatawan yang ingin mengakses Biak Numfor.

Dorongan Bupati Biak Numfor

Bupati Biak Numfor, Markus O. Mansnembra, dalam keterangannya pada Selasa, 3 Juni 2025, menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan sejumlah koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait di Jakarta, termasuk Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia.

“Kami sudah koordinasi dengan Kementerian Perhubungan, dan Direktur Transportasi Udara telah menugaskan Lion Air dan Sriwijaya Air untuk mengisi slot kosong agar tidak tumpang tindih,” ujar Bupati Markus.

Ia menyatakan bahwa keterbatasan jadwal penerbangan sangat berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Untuk itu, Pemkab Biak Numfor telah menyampaikan usulan pembukaan rute baru, seperti Biak–Sorong, yang dinilai strategis karena dapat menghubungkan destinasi wisata unggulan seperti Raja Ampat di Papua Barat dengan kawasan wisata bahari dan sejarah di Biak.

Potensi Pariwisata yang Besar

Kabupaten Biak Numfor merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Papua, dengan kekayaan wisata bahari, peninggalan sejarah Perang Dunia II, hingga potensi budaya lokal yang unik. Namun, perkembangan pariwisata daerah ini masih terhambat akibat minimnya aksesibilitas udara.

“Dengan konektivitas yang lebih baik, kunjungan wisatawan dari Sorong dan wilayah Indonesia Timur lainnya akan meningkat. Ini sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” kata Bupati Markus.

Ia juga menyampaikan bahwa peningkatan konektivitas udara akan membantu percepatan pengiriman logistik, mempercepat distribusi barang kebutuhan pokok, dan memperluas akses pendidikan serta layanan kesehatan.

Usulan Rute Baru dan Survey Bandara

Selain mengusulkan rute Biak–Sorong, Pemkab Biak Numfor juga menyambut baik hasil survei yang dilakukan oleh Trigana Air terhadap Bandara di Pulau Numfor. Survei ini bertujuan untuk menilai kelayakan operasional pesawat jenis ATR 42.

“Hasil survei menyatakan Bandara Numfor layak digunakan, meski ada beberapa persyaratan tambahan teknis yang harus dipenuhi,” jelas Markus. Ia berharap, dengan layaknya Bandara Numfor, segera dibuka rute Biak–Numfor–Manokwari, mengingat saat ini hanya Susi Air yang melayani rute tersebut, dan itu pun hanya dua kali seminggu.

“Frekuensi ini sangat jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan transportasi masyarakat di wilayah kepulauan,” imbuhnya.

Sorotan terhadap Jadwal Maskapai yang Tumpang Tindih

Markus menyayangkan kebijakan Lion Air dan Sriwijaya Air yang saat ini beroperasi pada hari yang sama. Menurutnya, ini menimbulkan inefisiensi karena hari-hari lainnya tidak ada penerbangan sama sekali, sehingga akses masyarakat menjadi sangat terbatas.

“Lion Air sebenarnya punya slot penerbangan setiap hari, tapi justru memilih beroperasi di hari yang sama dengan Sriwijaya. Jika tidak ada respon positif dari maskapai, kami mempertimbangkan untuk menyurati Presiden secara langsung. Ini bukan soal kebijakan daerah saja, tapi menyangkut hak dasar masyarakat atas layanan transportasi,” tegas Markus.

Konektivitas, Kunci Pertumbuhan Daerah

Peningkatan konektivitas udara merupakan bagian penting dari strategi pembangunan wilayah Biak Numfor. Pemerintah daerah menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi lokal tidak akan maksimal tanpa dukungan infrastruktur transportasi yang memadai. Terlebih, posisi geografis Biak yang berada di bagian utara Papua membuat akses udara menjadi satu-satunya jalur transportasi tercepat.

Pemerintah kabupaten pun optimistis bahwa dengan dukungan pemerintah pusat dan keterlibatan aktif dari operator maskapai, konektivitas udara Biak akan terus membaik dalam waktu dekat.

“Kami siap memfasilitasi maskapai yang ingin membuka layanan baru di Biak, termasuk memberikan dukungan dalam bentuk koordinasi teknis dengan otoritas bandara maupun masyarakat,” tutur Markus.

Dukungan Masyarakat dan Harapan ke Depan

Usulan penambahan rute penerbangan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat Biak. Banyak pelaku usaha lokal, pelajar, dan wisatawan yang merasa kesulitan dengan keterbatasan akses penerbangan yang tersedia saat ini.

“Kalau mau ke Biak, kami harus menunggu hari tertentu. Kadang kehabisan tiket karena semua orang hanya bisa terbang pada hari yang sama. Ini sangat menyulitkan,” kata Yoseph, seorang pengusaha muda yang kerap bepergian dari Biak ke Jayapura dan Makassar.

Pemerintah Kabupaten Biak Numfor pun berharap agar perbaikan layanan penerbangan ini segera terealisasi agar daerah tidak semakin tertinggal dari segi pelayanan transportasi. Terlebih, Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menegaskan pentingnya pemerataan pembangunan dan konektivitas antardaerah, terutama di kawasan timur Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index