JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali mengingatkan masyarakat Jawa Tengah untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang masih mungkin terjadi hingga awal Juni 2025. Meski sebagian wilayah telah memasuki musim kemarau, dinamika atmosfer yang masih aktif menyebabkan cuaca ekstrem tetap berpotensi muncul di sejumlah daerah.
Berdasarkan informasi resmi dari Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II, potensi hujan lebat diprediksi akan terjadi di sepuluh kabupaten di Jawa Tengah hingga tanggal 3 Juni 2025. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo.
“Berdasarkan peringatan dini cuaca dan iklim Provinsi Jawa Tengah periode dasarian pertama bulan Juni 2025 yang dikeluarkan oleh BBMKG Wilayah II, hujan lebat masih berpotensi terjadi di 10 kabupaten hingga 3 Juni,” ujar Teguh.
Daftar Wilayah Berpotensi Diguyur Hujan Lebat
Adapun sepuluh kabupaten yang masih berpeluang mengalami hujan lebat adalah:
Wonosobo
Magelang
Boyolali
Klaten
Wonogiri
Karanganyar
Temanggung
Purworejo
Sragen
Grobogan
Namun, Teguh menjelaskan bahwa curah hujan tinggi tidak terjadi merata di seluruh wilayah kabupaten tersebut. Hujan bersifat sporadis dan hanya terjadi di sejumlah kecamatan tertentu.“Potensi hujan lebat itu tidak merata di seluruh wilayah masing-masing kabupaten, melainkan hanya di beberapa kecamatan atau bersifat lokal,” jelasnya.
Dua Kabupaten Berstatus Waspada Curah Hujan Tinggi
Dari sepuluh kabupaten tersebut, dua di antaranya mendapat status waspada akibat curah hujan yang diprediksi sangat tinggi, yakni Wonosobo dan Karanganyar. Curah hujan di dua wilayah tersebut diprakirakan mencapai 150 hingga 200 milimeter per dasarian.
“Meskipun terdapat 10 kabupaten yang masih berpotensi hujan lebat, hanya Wonosobo dan Karanganyar yang berstatus waspada karena curah hujannya cukup tinggi,” ungkap Teguh.
Sebagian Jawa Tengah Mulai Masuki Musim Kemarau
Sementara itu, di tengah potensi hujan lebat tersebut, sebagian wilayah Jawa Tengah telah mulai memasuki musim kemarau. Berdasarkan data BBMKG Wilayah II, dari 54 zona musim (ZOM) di provinsi ini, lima ZOM sudah mulai mengalami peralihan menuju kemarau sejak dasarian kedua bulan Mei 2025.
Kelima ZOM yang telah memasuki musim kemarau antara lain:
ZOM Jateng 12: Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan bagian utara, Pemalang bagian utara, dan Tegal bagian timur laut.
ZOM Jateng 23: Sebagian besar Kabupaten Batang bagian utara.
ZOM Jateng 24: Sebagian Batang bagian timur laut, sebagian Demak bagian barat, Kendal bagian utara, dan Kota Semarang bagian utara.
ZOM Jateng 51: Kabupaten Blora bagian barat dan sebagian kecil wilayah Grobogan.
ZOM Jateng 52: Blora bagian selatan, Grobogan bagian tenggara, serta sebagian kecil Sragen bagian timur laut.
Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah tengah berada dalam fase transisi cuaca yang cukup kompleks, di mana sebagian wilayah mengalami kemarau sementara sebagian lainnya masih diguyur hujan intens.
Kondisi IOD dan ENSO Netral, Tapi Waspadai Dinamika Atmosfer
Dalam penjelasannya, Teguh Wardoyo juga mengungkapkan hasil monitoring fenomena iklim global, seperti Indian Ocean Dipole (IOD) dan El Nino-Southern Oscillation (ENSO), yang menunjukkan kondisi netral pada periode dasarian kedua Mei 2025.
“Berdasarkan hasil monitoring, indeks IOD dan ENSO saat ini berada pada kategori netral dan diprediksi tetap netral hingga semester kedua tahun 2025,” katanya.
Anomali suhu permukaan laut di wilayah Nino3.4 juga masih berada pada fase netral dan diperkirakan akan berlanjut demikian hingga November 2025. Sementara itu, anomali suhu permukaan laut di perairan Indonesia diperkirakan lebih hangat dari normal, dengan kisaran antara 0,5 hingga 2 derajat Celcius, yang dapat memengaruhi pembentukan awan dan curah hujan di sejumlah wilayah.
“Anomali suhu laut di Indonesia umumnya berada dalam kondisi normal hingga lebih hangat. Ini bisa meningkatkan potensi pembentukan awan dan hujan di beberapa wilayah,” jelas Teguh.
Imbauan Mitigasi dan Kewaspadaan Dini
Melihat dinamika cuaca yang masih berubah-ubah dan potensi curah hujan tinggi di sejumlah daerah, masyarakat Jawa Tengah diminta tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, maupun angin kencang.
“Kiranya informasi ini bisa dijadikan kewaspadaan dan pertimbangan untuk melakukan langkah mitigasi dampak ikutan dari kedua kondisi tersebut, yakni potensi hujan lebat dan musim kemarau,” imbau Teguh.
BMKG juga mengingatkan para petani, nelayan, dan pelaku sektor lainnya yang bergantung pada kondisi cuaca agar terus memantau pembaruan prakiraan cuaca harian melalui kanal resmi BMKG, termasuk aplikasi mobile dan media sosial resmi BMKG.