Bank

Empat Bank Besar Kompak Cetak Laba dan Penguatan Saham di 2025, Momentum Positif Sektor Perbankan Nasional

Empat Bank Besar Kompak Cetak Laba dan Penguatan Saham di 2025, Momentum Positif Sektor Perbankan Nasional
Empat Bank Besar Kompak Cetak Laba dan Penguatan Saham di 2025, Momentum Positif Sektor Perbankan Nasional

JAKARTA - Empat bank terbesar di Indonesia, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang impresif sepanjang lima bulan pertama tahun 2025. 

Kinerja keuangan yang solid ini tidak hanya mencerminkan pemulihan sektor perbankan dari tekanan global dan domestik, tetapi juga mendorong penguatan harga saham masing-masing emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI), sekaligus menandai babak baru optimisme di sektor keuangan Tanah Air.

Laba Bersih Melonjak di Tengah Dinamika Ekonomi

Keempat bank besar tersebut menunjukkan performa positif meskipun ekonomi nasional dan global masih dibayangi ketidakpastian. BBCA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp21,63 triliun, tumbuh 11,64% secara tahunan (year-on-year/yoy). Lompatan laba ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 6,86% yoy menjadi Rp30,99 triliun, serta pendapatan non bunga yang juga meningkat 8,98% yoy menjadi Rp9,62 triliun. Di antara pendapatan non bunga, kontribusi pendapatan berbasis komisi (fee-based income) cukup signifikan yakni Rp7,11 triliun.

Sementara itu, BBRI juga mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang kuat sebesar Rp21,9 triliun, meningkat 8,83% yoy. Hal ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih sebesar Rp45,8 triliun, naik 5,49% yoy, serta pendapatan non bunga yang melonjak tajam 38,3% yoy menjadi Rp21,7 triliun. Namun demikian, beban kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) juga meningkat 31,2% menjadi Rp17,8 triliun.

Bank pelat merah lainnya, BMRI, membukukan laba bersih sebesar Rp19,62 triliun, tumbuh 6,4% yoy. Pendapatan bunga bersih BMRI naik 5,28% menjadi Rp30,4 triliun, dan pendapatan non bunga turut meningkat 2,44% menjadi Rp11,71 triliun. Pendapatan berbasis komisi menyumbang Rp6,64 triliun, sedangkan beban impairment justru turun 4,2% menjadi Rp4,05 triliun, memberikan ruang lebih bagi pertumbuhan profitabilitas.

Di sisi lain, BBNI mencatatkan pertumbuhan laba paling konservatif dibanding tiga bank lainnya, yaitu 1,51% yoy menjadi Rp8,5 triliun. Kinerja ini ditopang oleh pendapatan non bunga yang tumbuh 14,1% menjadi Rp8,2 triliun, serta penurunan beban impairment sebesar 20% menjadi Rp2,8 triliun. Namun, penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 10% menjadi Rp15,2 triliun menahan pertumbuhan laba BBNI secara keseluruhan.

Saham Bank-bank Besar Menguat, Investor Antusias

Performa keuangan yang solid langsung tercermin di lantai bursa. Saham BBCA ditutup menguat 1,79% pada level Rp9.925 pada perdagangan Jumat (28/6), mencatatkan kenaikan 8,47% dalam sepekan, meskipun masih lebih rendah 4,56% dari harga tertingginya yang tercapai pada 14 Maret lalu.

Saham BBRI juga mengalami penguatan signifikan 3,14% ke level Rp4.600, dengan kenaikan mingguan sebesar 4,31%, meskipun masih terkoreksi 28,6% dari level tertingginya. Saham BMRI ditutup menguat 2,5% ke level Rp6.150, meningkat 6,03% dalam sepekan, meskipun juga masih 18% di bawah posisi all-time high pada Maret 2024. Sementara itu, saham BBNI naik 2,87% dalam sepekan ke posisi Rp4.660, meskipun masih terkoreksi 25,44% dari puncak harga sebelumnya.

Menurut analis pasar modal dari Samuel Sekuritas, Hendro Wijanarko, penguatan harga saham ini menjadi sinyal positif bahwa investor semakin percaya terhadap kinerja sektor perbankan nasional. “Kinerja keuangan bank-bank besar yang tetap solid di tengah tekanan global menunjukkan daya tahan sektor ini. Investor kini melihat sektor perbankan sebagai motor pemulihan ekonomi dan pertumbuhan investasi,” ungkapnya.

Pertumbuhan Kredit Jadi Kunci Pemulihan

Salah satu motor penggerak utama kinerja positif ini adalah pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup agresif. BMRI mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi, yakni 19,39% yoy, disusul oleh BBCA dengan 15,9%, BBNI sebesar 12,61%, dan BBRI dengan pertumbuhan kredit sebesar 10,68%.

Penyaluran kredit yang kuat menunjukkan adanya permintaan dari sektor riil yang mulai pulih, baik dari segmen korporasi, UMKM, maupun kredit konsumsi. Direktur Keuangan BBRI, Andri Setiawan, mengatakan, “Tumbuhnya kredit ini menjadi indikator bahwa sektor-sektor ekonomi kembali bergerak. Kami terus mendukung pembiayaan terutama untuk sektor produktif, khususnya UMKM, sebagai bagian dari komitmen kami terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.”

Prospek Positif: Stabilitas Ekonomi dan Strategi Bank

Para analis sepakat bahwa ke depan, sektor perbankan Indonesia masih memiliki prospek cerah, seiring dengan stabilitas ekonomi domestik dan strategi manajemen risiko yang adaptif.

Pengamat perbankan dari Universitas Indonesia, Rudi Hartono, menilai bahwa penguatan laba dan peningkatan kualitas aset bank menjadi fondasi kuat menghadapi semester kedua tahun ini. “Bank-bank besar memiliki kapasitas permodalan yang cukup dan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan makroekonomi. Walau suku bunga global masih fluktuatif, fundamental bank nasional tetap kuat,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa momentum digitalisasi layanan, efisiensi operasional, serta pertumbuhan ekonomi yang stabil akan terus menjadi pendorong utama sektor perbankan pada 2025.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index