JAKARTA - PT Pertamina (Persero), melalui anak usahanya Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, bertindak cepat merespons kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang melanda wilayah Bengkulu. Sebanyak 64 mobil tangki dikerahkan secara intensif untuk menyalurkan BBM ke berbagai stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), sebagai upaya memulihkan ketersediaan energi di wilayah tersebut.
Langkah ini merupakan bentuk komitmen nyata Pertamina untuk menjaga kestabilan distribusi energi, di tengah situasi darurat yang sempat menyebabkan antrean kendaraan mengular hingga dua kilometer di beberapa SPBU di Kota Bengkulu, seperti yang terjadi di SPBU Panorama atau yang dikenal juga sebagai SPBU Tebeng.
Komitmen Pertamina untuk Atasi Krisis BBM
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan, menyatakan bahwa distribusi BBM ke Bengkulu saat ini mengalami tantangan besar karena kendala pasokan dari laut. Oleh karena itu, perusahaan harus mengandalkan jalur darat dari beberapa titik distribusi utama.
“BBM untuk wilayah Bengkulu saat ini dipasok dari tiga titik utama, yaitu Teluk Kabung di Sumatera Barat dengan jarak tempuh darat mencapai 26 jam, Lubuk Linggau dengan jarak tempuh 12 jam, dan Lampung yang memerlukan waktu tempuh 18 jam,” jelas Nikho.
Ia menambahkan, "Kami berkomitmen untuk menjaga pasokan energi di wilayah Bengkulu dan terus memaksimalkan distribusi hingga situasi kembali stabil."
Kelangkaan BBM dan Dampaknya di Lapangan
Kelangkaan BBM di Bengkulu mulai dirasakan secara luas pada Minggu, 25 Mei 2025. Akibatnya, antrean panjang kendaraan tidak terhindarkan di berbagai SPBU. Di SPBU Panorama, antrean kendaraan bahkan mencapai dua kilometer, menandakan tingkat urgensi tinggi atas suplai BBM yang terganggu.
Kondisi ini tidak hanya menyulitkan warga untuk memperoleh BBM, tetapi juga berdampak pada aktivitas perekonomian dan mobilitas masyarakat secara umum. Beberapa pelaku usaha kecil dilaporkan mengalami kesulitan operasional akibat keterbatasan bahan bakar.
Pertamina pun mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan panic buying atau pembelian berlebihan. “Kami meminta masyarakat tetap tenang karena upaya pemulihan terus kami lakukan secara maksimal,” tutur Nikho.
Kendala Distribusi Jalur Laut dan Peran Pelabuhan Pulau Baai
Salah satu penyebab utama terganggunya pasokan BBM ke Bengkulu adalah pendangkalan alur di Pelabuhan Pulau Baai. Akibat kondisi ini, kapal pengangkut BBM tidak dapat bersandar untuk melakukan bongkar muat, sehingga jalur distribusi laut tidak bisa dimanfaatkan secara optimal.
“Pengiriman BBM ke Bengkulu hanya bisa dilakukan melalui jalur darat dari Lubuk Linggau dan Jambi. Sementara jalur laut masih terganggu karena pendangkalan alur di Pelabuhan Pulau Baai,” kata Nikho.
Namun demikian, pihak Pertamina bersama otoritas pelabuhan memastikan bahwa perbaikan Pelabuhan Pulau Baai segera dilakukan agar kapal pengangkut BBM dapat kembali bersandar.
“Kondisi Pelabuhan Pulau Baai segera membaik agar suplai menggunakan jalur laut kembali normal,” jelas Nikho.
Gubernur dan Pemerintah Pusat Ambil Tindakan
Kondisi ini juga mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Bengkulu dan pemerintah pusat. Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, telah meminta PT Pelindo untuk segera melakukan pengerukan di alur masuk Pelabuhan Pulau Baai sebagai solusi jangka pendek agar kapal pengangkut BBM bisa segera bersandar kembali.
“Saya sudah minta kepada Pelindo agar segera melakukan pengerukan. Ini menjadi prioritas karena dampaknya luas bagi kebutuhan masyarakat,” ujar Gubernur Rohidin dalam pernyataannya kepada media.
Kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka
Kelangkaan BBM ini bahkan menjadi perhatian Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, yang langsung melakukan kunjungan ke dua SPBU di Kota Bengkulu, Selasa malam, 27 Mei 2025. Dalam kunjungannya, Wapres berdialog langsung dengan warga dan menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang mereka alami.
“Wapres meminta maaf serta berdialog dengan warga yang mengantre untuk mendapatkan BBM. Ia menanyakan secara langsung berapa lama waktu antrean yang mereka alami,” tulis siaran pers Sekretariat Wakil Presiden.
Kunjungan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah pusat memberikan perhatian penuh terhadap krisis energi yang terjadi di Bengkulu, dan memastikan langkah-langkah koordinasi lintas sektor terus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan ini secepat mungkin.
Distribusi Bertahap dan Proyeksi Normalisasi
Pertamina terus melakukan optimalisasi distribusi BBM dengan mengerahkan puluhan mobil tangki dari titik-titik suplai terdekat. Hingga kini, sebanyak 64 mobil tangki telah disiagakan untuk mendistribusikan BBM secara bertahap ke seluruh SPBU yang terdampak.
"Distribusi akan terus kami lakukan secara bertahap dan terukur. Kami juga menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah daerah serta aparat penegak hukum agar distribusi berjalan lancar dan kondusif," kata Nikho.
Pertamina juga menyebutkan bahwa jenis BBM yang diprioritaskan dalam distribusi adalah Pertalite, Solar subsidi, dan Pertamax, agar kebutuhan pokok kendaraan masyarakat dapat segera terpenuhi.
Harapan Pemulihan dalam Waktu Dekat
Dengan perbaikan pelabuhan yang sedang dipercepat dan distribusi darat yang dimaksimalkan, Pertamina memperkirakan pasokan BBM di Bengkulu akan kembali stabil dalam waktu dekat. Masyarakat pun diharapkan tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan dan tetap mengikuti perkembangan resmi dari otoritas terkait.
“Sinergi antara BUMN, pemerintah pusat, daerah, serta masyarakat adalah kunci agar kita bisa segera keluar dari situasi sulit ini,” pungkas Nikho.
Kelangkaan BBM di Bengkulu menjadi pengingat pentingnya infrastruktur energi yang andal dan distribusi logistik yang adaptif. Dalam kondisi seperti ini, peran sinergis antara pemerintah, BUMN, dan masyarakat menjadi sangat vital. Dengan langkah cepat yang telah diambil Pertamina serta perhatian langsung dari Wakil Presiden, masyarakat Bengkulu kini bisa berharap pada pemulihan pasokan BBM yang lebih cepat dan stabil.