JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini terkait potensi banjir rob yang dapat mengancam wilayah pesisir Indonesia, termasuk Kalimantan Utara (Kaltara).
Fenomena banjir rob ini diprediksi akan terjadi mulai hari ini, Jumat, 9 Mei 2025, hingga beberapa hari mendatang, dengan potensi dampak yang cukup besar pada aktivitas masyarakat, khususnya yang berada di wilayah pesisir.
Menurut BMKG, kejadian banjir rob ini berkaitan langsung dengan fenomena Bulan Purnama yang akan terjadi pada Senin, 12 Mei 2025, yang diperkirakan dapat meningkatkan ketinggian air laut maksimum. Peringatan ini diberikan untuk mengantisipasi dampak buruk yang bisa ditimbulkan oleh pasang maksimum air laut yang terjadi secara bersamaan dengan fenomena cuaca lainnya.
Fenomena Pasang Maksimum Air Laut dan Potensi Dampaknya
"Adanya fenomena Bulan Purnama pada 12 Mei 2025 berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum," jelas BMKG. Fenomena ini berpotensi menyebabkan pasang air laut yang lebih tinggi dari batas normal di beberapa wilayah pesisir, termasuk Kalimantan Utara, yang dapat memicu banjir rob.
Banjir rob, yang terjadi akibat naiknya permukaan air laut, dapat berdampak pada aktivitas masyarakat di kawasan pesisir. BMKG memperingatkan bahwa kegiatan seperti bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta tambak garam dan perikanan darat berisiko terdampak. Oleh karena itu, masyarakat yang berada di daerah pesisir diminta untuk selalu waspada dan memantau perkembangan informasi cuaca maritim dari BMKG.
"Untuk itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga guna mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim yang dikeluarkan oleh BMKG," tegas BMKG dalam peringatannya.
Prediksi Lokasi yang Terkena Dampak Banjir Rob
Di Kalimantan Utara, BMKG memprediksi tiga wilayah pesisir yang akan terpengaruh oleh potensi banjir rob. Ketiga wilayah tersebut adalah pesisir perairan Tarakan, pesisir perairan Bulungan, dan pesisir perairan Nunukan. Periode terjadinya banjir rob di wilayah-wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung antara tanggal 9 hingga 12 Mei, dan kembali muncul pada 19 hingga 22 Mei 2025.
"Untuk wilayah Kalimantan Utara, kami telah memetakan daerah-daerah yang berpotensi terkena dampak banjir rob. Kami terus menganalisis data terkait ketinggian air dan prediksi pasang surut untuk setiap wilayah perairan tersebut," ujar Rivan Hikmawan, salah seorang petugas BMKG Tanjung Harapan, Kalimantan Utara.
Dampak yang Dapat Terjadi di Tiga Wilayah Pesisi Kalimantan Utara
Kalimantan Utara, dengan garis pantainya yang panjang, memang memiliki banyak wilayah pesisir yang rawan terdampak banjir rob. Rivan menjelaskan bahwa daerah-daerah tersebut memiliki potensi kenaikan air laut yang cukup signifikan, yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat di sekitarnya.
"Pesisir di Tarakan, Bulungan, dan Nunukan diperkirakan akan mengalami kenaikan air laut yang cukup signifikan pada periode tersebut. Masyarakat harus lebih berhati-hati, terutama yang tinggal di daerah pesisir dan yang bekerja di sektor perikanan atau pertambakan," lanjutnya.
Berdasarkan analisis BMKG, potensi ketinggian air laut di daerah-daerah tersebut diperkirakan masih dalam tahap evaluasi, namun fenomena pasang maksimum air laut pada Bulan Purnama sangat mungkin menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari masyarakat.
Peringatan dan Rekomendasi dari BMKG
BMKG terus memperbarui prediksi cuaca dan memberikan informasi kepada masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi. Dalam peringatan dini yang dikeluarkan, BMKG menghimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengikuti informasi terkini terkait kondisi cuaca maritim.
"Penting bagi masyarakat di daerah pesisir untuk selalu memantau update informasi dari BMKG, agar dapat mempersiapkan langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk mengurangi risiko banjir rob," kata Rivan.
BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari aktivitas yang berpotensi membahayakan keselamatan, seperti kegiatan di kawasan pesisir yang rawan terendam air laut, serta mempersiapkan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi kerugian material. Selain itu, BMKG juga menyarankan kepada pengelola pelabuhan, sektor perikanan, dan tambak garam untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kenaikan air laut yang bisa mengganggu kegiatan operasional mereka.
Prediksi Banjir Rob di Wilayah Pesisir Indonesia
Selain Kalimantan Utara, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini untuk beberapa wilayah pesisir lain di Indonesia yang berpotensi mengalami banjir rob. Beberapa wilayah yang diprediksi akan terdampak antara lain:
Pesisir Sumatra Utara (10-16 Mei)
Pesisir Kepulauan Riau (8-24 Mei)
Pesisir Sumatra Barat (10-13 Mei)
Pesisir Jambi (16-18 Mei)
Pesisir Kepulauan Bangka Belitung (13-17 Mei)
Pesisir Lampung (14-17 Mei)
Pesisir Banten (11-18 Mei)
Pesisir Jakarta (11-17 Mei)
Pesisir Jawa Barat (11-26 Mei)
Pesisir Jawa Tengah (7-8 Mei, 15-24 Mei)
Pesisir Kalimantan Utara (9-12 Mei, 19-22 Mei)
Pesisir Kalimantan Timur (12-18 Mei)
Pesisir Kalimantan Selatan (12-24 Mei)
Pesisir Kalimantan Tengah (17-21 Mei)
Pesisir Nusa Tenggara Barat (12-18 Mei)
Pesisir Nusa Tenggara Timur (12-13 Mei)
Pesisir Sulawesi Utara (11-16 Mei)
Pesisir Maluku (9-20 Mei)
Dengan adanya peringatan dini ini, BMKG berharap agar masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah pesisir, dapat lebih siap dan waspada terhadap potensi ancaman banjir rob yang dapat terjadi kapan saja. Kejadian ini tentu membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak untuk menjaga keselamatan serta meminimalkan dampak kerugian yang ditimbulkan.
Peringatan dini yang dikeluarkan BMKG tentang potensi banjir rob ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi masyarakat di wilayah pesisir, terutama yang berada di Kalimantan Utara.
Fenomena pasang maksimum air laut yang terjadi bersamaan dengan Bulan Purnama berpotensi meningkatkan ketinggian air laut, yang bisa mengganggu berbagai aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, kewaspadaan, kesiapsiagaan, dan pemantauan terus menerus terhadap perkembangan cuaca maritim sangat diperlukan agar dampak dari bencana alam ini dapat diminimalkan.