Gadget

Kecanduan Gadget Setara Narkoba, Psikolog Cimahi Ingatkan Bahaya bagi Anak: Dampak Kesehatan Mental dan Sosial

Kecanduan Gadget Setara Narkoba, Psikolog Cimahi Ingatkan Bahaya bagi Anak: Dampak Kesehatan Mental dan Sosial
Kecanduan Gadget Setara Narkoba, Psikolog Cimahi Ingatkan Bahaya bagi Anak: Dampak Kesehatan Mental dan Sosial

JAKARTA - Penggunaan gadget yang terus-menerus, terutama di kalangan anak-anak, kini menjadi permasalahan serius yang tidak hanya memengaruhi perilaku sosial, tetapi juga berisiko merusak kesehatan mental dan emosional. Menurut psikolog dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Cimahi, kecanduan digital pada anak-anak berpotensi setara dengan kecanduan narkoba.

Fenomena kecanduan gadget, terutama perangkat seluler yang sering digunakan untuk bermain game atau mengakses media sosial, semakin banyak ditemui di masyarakat. Tidak sedikit anak-anak yang menjadi terjebak dalam rutinitas penggunaan gadget berlebihan, yang berujung pada gangguan perilaku dan masalah psikologis.

Yukie Agustia Kusmala, seorang psikolog klinis dari P2TP2A Kota Cimahi, menyebutkan bahwa kecanduan digital bukanlah permasalahan biasa, melainkan sebuah kondisi yang memiliki pola serupa dengan kecanduan narkotika. “Ketergantungan terhadap perangkat digital ini bisa menyebabkan ketidakstabilan emosional, seperti mudah marah, depresi, dan bahkan gangguan kejiwaan lainnya,” ungkap Yukie saat diwawancarai pada Kamis, 8 Mei 2025.

Kecemasan dan Gangguan Emosional Akibat Penghentian Mendadak Akses Gadget

Dijelaskan oleh Yukie, dampak paling nyata dari kecanduan gadget pada anak-anak adalah reaksi emosional yang muncul ketika mereka tiba-tiba tidak dapat mengakses perangkat tersebut. "Ketika akses terhadap perangkat itu dihentikan mendadak, anak-anak bisa mengalami kecemasan, tantrum, bahkan ledakan kemarahan," ujar Yukie.

Ia juga menambahkan bahwa reaksi emosional yang terjadi bukan hanya sekadar respons spontan, melainkan perubahan kimiawi di dalam otak yang dipicu oleh stimulan yang diberikan oleh media sosial dan permainan daring. "Ketika anak-anak terus-menerus mendapatkan stimulus yang menyenangkan, seperti dari game atau media sosial, otak mereka membentuk pola adiktif yang berbahaya," jelasnya.

Tentu saja, kondisi ini sangat berbahaya jika dibiarkan dalam jangka panjang. “Jika ini dibiarkan, maka dalam jangka panjang akan muncul berbagai gangguan mental dan perilaku yang lebih serius,” tambahnya.

Data Kasus Kekerasan Terkait Gadget di Cimahi

Berdasarkan data yang dihimpun oleh P2TP2A Cimahi, sejak Januari hingga pertengahan April 2025, tercatat 27 kasus kekerasan yang melibatkan anak-anak. Dari jumlah tersebut, 13 kasus di antaranya terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Selain itu, ada pula dua kasus penelantaran anak dan sejumlah kasus lainnya, seperti kekerasan berbasis orientasi seksual (LGBT) dan pelanggaran Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah kekerasan yang terjadi dalam konteks digital, seperti ketergantungan pada konten negatif di internet. Yukie mengungkapkan bahwa meskipun kasus kekerasan terhadap anak cenderung menurun dalam dua tahun terakhir, kekerasan seksual tetap menjadi ancaman paling dominan.

"Kekerasan seksual terhadap anak-anak masih menjadi ancaman yang sangat nyata. Meskipun beberapa jenis kekerasan menurun, seperti KDRT, masalah kekerasan seksual justru semakin meresahkan," jelas Yukie.

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya peran orang tua dalam pengawasan anak-anak terkait penggunaan gadget. Banyak anak yang terjebak dalam konten digital yang mengandung unsur negatif, seperti permainan daring yang menyelipkan unsur judi atau media sosial yang memicu perbandingan sosial yang tidak sehat.

Peran Orang Tua dalam Mengatasi Kecanduan Gadget

Yukie juga mengingatkan bahwa melarang anak-anak menggunakan gadget secara paksa bukanlah solusi yang efektif. Menurutnya, orang tua perlu memberi alternatif yang lebih sehat untuk menggantikan waktu anak yang biasanya dihabiskan di depan layar. "Orang tua perlu memberikan alternatif aktivitas yang sehat dan menyenangkan, seperti olahraga, kegiatan ekstrakurikuler, atau bermain di ruang terbuka hijau," paparnya.

Ia menambahkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut bukan hanya untuk mengurangi waktu anak dengan gadget, tetapi juga untuk membangun koneksi sosial dan kepercayaan diri anak. “Olahraga dan seni adalah cara yang efektif untuk menggantikan kecanduan gadget, sekaligus membangun karakter positif pada anak,” ungkapnya.

Tantangan dalam Penanganan Masalah Kecanduan Digital

Peran orang tua dalam mengawasi dan mendampingi anak-anak di dunia digital juga sangat penting. Orang tua harus hadir dalam kehidupan digital anak-anak mereka, bukan hanya sekadar menjadi pengawas, tetapi juga menjadi teman yang aktif dalam berinteraksi dengan mereka. Yukie menekankan pentingnya pemberian batasan waktu penggunaan gadget yang jelas dan masuk akal, serta pemahaman terhadap konten yang dikonsumsi anak.

"Yang terpenting adalah interaksi yang bermakna dengan anak. Orang tua harus hadir dalam keseharian mereka, memberikan perhatian, dan memahami dunia digital mereka," ujar Yukie.

Selain itu, ia menegaskan bahwa solusi terhadap kecanduan gadget harus dilakukan secara menyeluruh. “Masalah kecanduan digital sering kali beririsan dengan faktor psikologis, sosial, dan struktur keluarga yang kompleks. Oleh karena itu, penyelesaian yang efektif membutuhkan pendekatan yang komprehensif,” katanya.

Kendala dalam Penanganan Kasus Kekerasan Digital

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Cimahi, Fitriani Manan, juga menyampaikan perhatian terkait dengan dampak buruk dari penggunaan gadget. Ia mengungkapkan bahwa banyak korban yang terpengaruh oleh dampak negatif gadget, namun enggan melapor karena rasa malu atau takut akan aib.

"Pelaku kekerasan bisa berasal dari lingkungan terdekat, dan seringkali mereka membuka situs-situs yang tidak pantas, yang akhirnya mendorong tindakan kekerasan," ujar Fitriani. Ia menambahkan bahwa selain faktor pengaruh dari orang terdekat, banyak korban yang tidak melapor karena merasa kasus mereka akan mempermalukan keluarga.

"Kendala terbesar adalah rasa malu dari korban. Mereka seringkali enggan melapor karena khawatir akan dampak sosial yang bisa merusak reputasi keluarga mereka," jelasnya.

Pentingnya Pengawasan dan Pendidikan Digital bagi Anak

Masalah kecanduan gadget di kalangan anak-anak memang menjadi isu yang semakin besar seiring berkembangnya teknologi digital. Oleh karena itu, penting bagi orang tua, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam memberikan pengawasan dan pendidikan yang tepat bagi generasi muda. Pendidikan tentang penggunaan gadget yang sehat dan bertanggung jawab sangat diperlukan agar anak-anak dapat tumbuh dengan baik tanpa terjebak dalam kecanduan digital.

Dengan pengawasan yang lebih ketat dan pemahaman yang baik tentang dampak negatif gadget, diharapkan masalah kecanduan digital pada anak dapat dikurangi, dan anak-anak dapat berkembang dengan sehat secara mental, emosional, dan sosial.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index