Otomotif

Rachmat Gobel Soroti Pentingnya Transfer Teknologi dalam Industri Otomotif untuk Masa Depan Indonesia

Rachmat Gobel Soroti Pentingnya Transfer Teknologi dalam Industri Otomotif untuk Masa Depan Indonesia
Rachmat Gobel Soroti Pentingnya Transfer Teknologi dalam Industri Otomotif untuk Masa Depan Indonesia

JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI, Rachmat Gobel, menjadi salah satu pembicara utama dalam acara kumparan New Energy Vehicle Summit 2025 yang berlangsung di MGP Space, SCBD, Jakarta Selatan. Dalam kesempatan tersebut, Gobel mengungkapkan pandangannya mengenai pentingnya transfer teknologi dalam mendorong perkembangan industri otomotif di Indonesia, terutama dalam menghadapi era transisi energi menuju kendaraan ramah lingkungan.

Sebelum mencoba Toyota Mirai, mobil berbahan bakar hidrogen yang dipamerkan dalam acara tersebut, Gobel memberikan keynote speech yang membahas perkembangan industri otomotif Indonesia, serta tantangan dan peluang yang ada. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa transformasi industri otomotif menuju elektrifikasi sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang semakin menipis.

Transisi Energi dan Tantangan Penggunaan Bahan Bakar Fosil

Menurut Rachmat Gobel, masa depan industri otomotif akan mengarah pada tiga jenis kendaraan utama: mobil listrik, kendaraan hybrid, dan kendaraan berbahan bakar hidrogen. Ia menegaskan pentingnya perlakuan yang setara dari pemerintah terhadap ketiga jenis kendaraan ini untuk mendorong percepatan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia. 

"Masa depan kendaraan bermotor akan mengarah ke tiga jenis, yaitu dengan daya listrik, mobil hybrid, dan berbahan bakar hidrogen. Mestinya, pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada ketiganya untuk mendorong percepatan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil," ujar Gobel dalam acara yang diselenggarakan oleh kumparan ini.

Lebih lanjut, Gobel menjelaskan bahwa Jepang sudah lebih dulu melakukan riset dan uji coba kendaraan listrik, namun kemudian beralih ke kendaraan hybrid dan hidrogen. "Jepang telah menguji coba kendaraan listrik, namun mereka kemudian beralih ke kendaraan hybrid dan hidrogen. Hal ini karena energi listrik yang digunakan juga berasal dari sumber yang tidak ramah lingkungan, seperti batubara," ungkapnya.

Pentingnya Kebijakan yang Mendukung Peralihan ke Energi Ramah Lingkungan

Dalam konteks kebijakan pemerintah, Gobel juga menyoroti perlunya insentif yang lebih luas bagi kendaraan ramah lingkungan, bukan hanya terbatas pada kendaraan listrik. "Untuk mendukung peralihan ke energi ramah lingkungan, pemerintah harus memberikan insentif yang lebih luas. Saat ini, insentif hanya diberikan kepada kendaraan listrik. Meskipun kendaraan listrik sudah lebih dikenal, ke depan, riset menunjukkan bahwa masyarakat akan beralih ke kendaraan hybrid dan akhirnya kendaraan hidrogen," lanjutnya.

Gobel juga mengingatkan agar Indonesia lebih cermat dalam membaca tren energi kendaraan untuk masa depan. Ia menekankan bahwa investasi dalam pengembangan teknologi kendaraan harus didorong untuk memastikan keberlanjutan dan manfaat jangka panjang. "Jangan sampai kita menghabiskan dana untuk teknologi yang tidak berkesinambungan. Selain itu, membangun infrastruktur energi yang tidak berkelanjutan hanya akan merugikan kita di masa depan," tegasnya.

Transfer Teknologi: Kunci untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Indonesia

Selain membahas masalah transisi energi, Rachmat Gobel juga menekankan pentingnya transfer teknologi dalam industri otomotif. Gobel menyatakan bahwa Indonesia harus aktif merebut teknologi canggih dari negara-negara maju, agar dapat mengurangi ketergantungan pada impor produk asing. "Transfer teknologi itu harus direbut, tidak ada orang yang akan memberikan teknologinya secara cuma-cuma. Transfer teknologi pada akhirnya berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia," ujarnya.

Gobel menyebutkan bahwa negara-negara seperti Taiwan dan China telah memulai industri mereka dengan cara yang sama, yakni dengan berusaha merebut teknologi dan kemudian mengembangkan industri mereka secara mandiri. "Taiwan dan China mulai industrinya dengan cara yang sama. Mereka fokus pada pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia," ungkapnya.

Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN): Strategi Penguatan Industri Nasional

Dalam diskusinya, Gobel juga mengingatkan bahwa kebijakan tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) memiliki posisi yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan industri otomotif Indonesia. Dengan adanya kewajiban TKDN, investor akan tertarik untuk membangun industri di dalam negeri, yang pada gilirannya akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan keterampilan sumber daya manusia Indonesia.

"TKDN ini bukan sekadar tentang relokasi pekerjaan atau kemampuan membuat komponen produk sederhana. Ada sesuatu yang sangat strategis di balik kebijakan ini. Pemberian insentif pada perusahaan yang mengembangkan riset dan pengembangan (R&D) akan mempercepat transfer teknologi secara alami," ujar Gobel.

Peran Indonesia sebagai Pasar dan Produsen

Gobel menambahkan bahwa Indonesia sangat beruntung memiliki jumlah penduduk yang besar dan sumber daya alam yang melimpah. Kondisi ini menjadi modal yang sangat potensial untuk menarik investor asing dan mengembangkan industri otomotif dalam negeri. "Siapa pun akan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena pasar kita sangat besar. Yang perlu kita lakukan adalah menjaga dan melindungi pasar dalam negeri ini, serta menjadikan Indonesia sebagai negara industri yang maju," ujar Gobel dengan tegas.

Lebih jauh, Gobel menyatakan bahwa Indonesia tidak boleh menjadi negara pengimpor, tetapi harus bertransformasi menjadi negara produsen yang mampu menghasilkan produk-produk berkualitas. "Kita tidak boleh membiarkan diri kita menjadi negara importir apa saja. Indonesia harus menjadi negara industri yang mandiri dan maju, dengan didorong oleh kebijakan yang mendukung inovasi dan pengembangan teknologi di dalam negeri," ujarnya.

Pentingnya Membangun Ekosistem yang Mendukung Inovasi

Selain itu, Gobel juga menekankan pentingnya menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan pengembangan teknologi di Indonesia. Menurutnya, negara harus mendorong perusahaan untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan (R&D), yang pada akhirnya akan mempercepat proses transfer teknologi dan memperkuat daya saing industri otomotif nasional.

Dalam acara tersebut, Gobel tidak hanya memberikan pandangannya mengenai arah kebijakan energi dan otomotif Indonesia, tetapi juga berkesempatan untuk mencoba Toyota Mirai, sebuah mobil berbahan bakar hidrogen yang menjadi simbol dari masa depan kendaraan ramah lingkungan. Toyota Mirai, yang hadir di acara tersebut, mencerminkan langkah maju dalam teknologi kendaraan berbahan bakar alternatif.

Kesimpulan: Mendorong Perubahan untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Rachmat Gobel mengingatkan bahwa masa depan industri otomotif Indonesia terletak pada kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan kebutuhan energi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah, industri, dan masyarakat harus bekerja bersama untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga menjadi produsen yang mampu berkompetisi di tingkat global.

Dengan kebijakan yang tepat, dukungan terhadap transfer teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia, Indonesia dapat me

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index