Transportasi

Sulsel Inovasi Transportasi Laut dengan Seaplane Pertama di CPI Makassar, Menandai Era Baru Konektivitas Kepulauan

Sulsel Inovasi Transportasi Laut dengan Seaplane Pertama di CPI Makassar, Menandai Era Baru Konektivitas Kepulauan
Sulsel Inovasi Transportasi Laut dengan Seaplane Pertama di CPI Makassar, Menandai Era Baru Konektivitas Kepulauan

JAKARTA  – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) terus berupaya menghadirkan terobosan signifikan di sektor transportasi, guna mendongkrak konektivitas antarwilayah kepulauan. Salah satu inovasi terbaru yang sedang digagas adalah pengoperasian pesawat amfibi atau seaplane, yang dijadwalkan akan mendarat perdana di kawasan Center Point of Indonesia (CPI), Makassar.

Dengan luasnya wilayah perairan yang membentang, Sulawesi Selatan memiliki tantangan tersendiri dalam menyediakan akses transportasi yang memadai untuk masyarakat yang tinggal di kepulauan. 

Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, dan Wakil Gubernur, Fatmawati Rusdi, menjadikan program pengoperasian seaplane sebagai bagian dari inisiatif besar mereka, yakni “Sulsel Terkoneksi”. Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah kepulauan yang selama ini terkendala oleh minimnya infrastruktur transportasi laut maupun darat.

"Program seaplane ini merupakan salah satu fokus utama Gubernur Andi Sudirman dalam mewujudkan kemudahan layanan transportasi, terutama bagi masyarakat di wilayah kepulauan. Keberadaan seaplane ini diharapkan dapat mempercepat mobilitas dan membawa dampak positif pada perekonomian daerah," ujar Sekretaris Daerah Sulsel, Jufri Rahman, setelah melakukan audiensi dengan Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi.

Keberlanjutan Inovasi Transportasi dengan Seaplane

Proyek pengoperasian seaplane ini tidak hanya akan membuka akses baru di Sulsel, tetapi juga menjadi langkah penting untuk meningkatkan kualitas layanan publik, termasuk transportasi, kesehatan, pendidikan, dan distribusi logistik di wilayah terpencil. Menurut Jufri Rahman, keberadaan seaplane akan sangat bermanfaat untuk memperpendek waktu tempuh antar wilayah, terutama bagi masyarakat yang tinggal di pulau-pulau kecil yang sulit dijangkau dengan transportasi darat maupun laut tradisional.

Dalam pertemuan tersebut, Direktur Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi, Capt. Daniel Dewantoro Rumani, mengungkapkan kesiapan lembaganya untuk mendukung Pemprov Sulsel dalam mengoperasikan program ini. Selain berperan sebagai konsultan teknis, Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi juga akan menjadi mitra strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk operasional seaplane di Sulsel.

"Kami telah melakukan survei teknis dan hasilnya menunjukkan bahwa CPI Makassar sangat layak menjadi lokasi pendaratan perdana pesawat amfibi ini. Kami siap memulai tahap awal di sini, dan ini akan menjadi pilot project nasional. Keberhasilan proyek ini di Sulsel akan menjadi contoh bagi provinsi lain dalam mengembangkan sistem transportasi laut modern," ujar Capt. Daniel Dewantoro Rumani.

Pengembangan Infrastruktur Transportasi Laut dengan Sistem Waterbase

Lebih dari sekadar transportasi udara, pengoperasian seaplane di Sulsel juga berpotensi menjadi katalisator utama bagi pertumbuhan sektor pariwisata, ekonomi lokal, dan konektivitas antar pulau. Moda transportasi ini diharapkan tidak hanya mempercepat perjalanan, tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, distribusi barang, serta akses pendidikan yang lebih baik bagi masyarakat kepulauan.

Pemprov Sulsel, melalui Dinas Perhubungan, juga tengah merencanakan pengembangan beberapa lokasi pendaratan seaplane lainnya, termasuk di wilayah Parepare, Palopo, Bone, Selayar, dan Takabonerate. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya antara Pemprov Sulsel dan Kementerian Perhubungan, yang bertujuan untuk mempercepat realisasi program ini.

"Kami telah melakukan koordinasi dengan Menteri Perhubungan, dan tim dari Akademi Banyuwangi telah turun langsung meninjau kesiapan lokasi-lokasi tersebut. Selain CPI Makassar, wilayah-wilayah seperti Parepare, Palopo, Bone, Selayar, dan Takabonerate juga kami siapkan sebagai lokasi pendaratan seaplane," jelas Kepala Dinas Perhubungan Sulsel, Andi Erwin Terwo.

Lebih lanjut, Andi Erwin menyampaikan bahwa selain memperkenalkan sistem transportasi yang lebih efisien, keberadaan seaplane di Sulsel diharapkan dapat memicu percepatan pembangunan di daerah-daerah yang selama ini sulit dijangkau oleh kendaraan darat maupun transportasi laut konvensional.

Menjawab Tantangan Geografis Indonesia

Keberadaan seaplane juga diharapkan dapat menjadi solusi efektif untuk menjawab tantangan geografis Indonesia, yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Capt. Daniel Dewantoro Rumani mengapresiasi langkah cepat Pemprov Sulsel dalam merencanakan dan mewujudkan program transportasi seaplane ini, yang menurutnya akan menjadi model bagi provinsi lain di Indonesia.

"Jika Maldives dapat mengandalkan waterbase sebagai tulang punggung konektivitas mereka, saya yakin Indonesia juga bisa. Saya membayangkan suatu hari nanti kita bisa memiliki seribu waterbase di seluruh Indonesia, dan Sulawesi Selatan akan menjadi pionir dalam hal ini," ungkap Capt. Daniel.

Sistem waterbase, yang merupakan infrastruktur yang memungkinkan pesawat amfibi mendarat di permukaan air, telah terbukti lebih efisien secara biaya dan lahan, serta sangat cocok diterapkan di daerah-daerah yang memiliki banyak perairan. Fasilitas ini menggabungkan fungsi pelabuhan dan bandara, memungkinkan pesawat amfibi untuk mendarat dan lepas landas dari permukaan air, sehingga mempercepat mobilitas antarwilayah.

Pelatihan SDM dan Penyediaan Tenaga Terampil

Sebagai bagian dari dukungan terhadap program pengoperasian seaplane, Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi juga akan terlibat dalam pelatihan dan penyediaan tenaga terampil untuk mengoperasikan layanan seaplane di Sulsel. Capt. Daniel menambahkan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada ketersediaan infrastruktur, tetapi juga pada kesiapan SDM yang dapat menjalankan operasional pesawat amfibi dengan baik.

"Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi siap memberikan pelatihan bagi para pilot dan teknisi, serta mendukung pengembangan SDM yang dibutuhkan untuk kelancaran operasional seaplane di Sulsel. Kami berharap ini dapat menjadi batu loncatan untuk pemerataan pembangunan dan pelayanan publik yang lebih merata di seluruh pelosok Sulawesi Selatan," ujar Capt. Daniel.

Dengan terwujudnya program pengoperasian seaplane ini, diharapkan Sulawesi Selatan tidak hanya menjadi pionir dalam sektor transportasi laut di Indonesia, tetapi juga dapat mempercepat pemerataan pembangunan di seluruh wilayah, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan kepulauan. Program ini diyakini akan memberikan dampak positif yang besar bagi perekonomian lokal dan membuka peluang baru bagi sektor pariwisata yang selama ini belum tergarap secara maksimal.

Dengan berbagai inovasi dan langkah strategis ini, Sulawesi Selatan siap memasuki era baru transportasi laut yang modern, menghubungkan pulau-pulau dengan lebih cepat dan efisien, serta membuka akses yang lebih luas bagi masyarakat, sektor pariwisata, dan perekonomian daerah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index