JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketangguhan (resilience) meskipun ada pelambatan dalam angka pertumbuhannya pada kuartal pertama (Q1) 2025. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada Q1 2025 tercatat tumbuh 4,87% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini, meskipun positif, merupakan yang terendah sejak kuartal III 2021.
Menurut Sri Mulyani, meskipun pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, konsumsi rumah tangga tetap terjaga dengan baik. Hal ini berkat berbagai insentif yang disediakan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta stabilitas harga pangan yang mampu memberikan daya beli yang cukup bagi masyarakat. "Optimisme terus dijaga, didukung komitmen pemerintah dengan memastikan APBN bekerja optimal dalam melindungi masyarakat, termasuk memastikan ekonomi tumbuh secara berkelanjutan," ujar Sri Mulyani.
Berdasarkan data BPS, konsumsi rumah tangga pada Q1 2025 tercatat tumbuh 4,89% (yoy), meskipun ini merupakan level terendah sejak kuartal IV 2023. Di sisi lain, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 1,38% (yoy) pada periode yang sama. Sri Mulyani menjelaskan bahwa penurunan konsumsi pemerintah ini disebabkan oleh efek dasar yang tinggi (high base effect) pada belanja pemerintah di Q1 2024, terutama yang terkait dengan Pemilu dan belanja untuk mitigasi dampak El-Nino yang dipercepat.
Daya Beli dan Konsumsi Rumah Tangga yang Terjaga
Sri Mulyani menjelaskan bahwa meskipun terdapat pelambatan ekonomi, daya beli masyarakat tetap terjaga, yang tercermin dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih positif. Hal ini didorong oleh berbagai insentif yang diberikan oleh pemerintah, seperti Tunjangan Hari Raya (THR), diskon tarif listrik dan tarif tol, serta program Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti dan Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah (PPh 21 DTP) untuk sektor padat karya.
“Selama masa transisi pemerintahan, APBN tetap mendukung program prioritas yang mampu menjaga daya beli masyarakat. Kami juga berhasil menjaga stabilitas harga pangan melalui optimalisasi peran Perum Bulog dalam menjaga ketersediaan pangan dan harga yang terjangkau,” tambahnya.
Sektor Sektor yang Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Meski terjadi pelambatan pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, beberapa sektor dalam perekonomian Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan positif. Sektor pertanian, misalnya, tumbuh signifikan sebesar 10,52%, yang didorong oleh peningkatan produksi padi pada panen raya serta permintaan bahan pangan yang tinggi selama bulan Ramadan.
"Sektor pertanian menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q1 2025. Produksi beras nasional meningkat lebih dari 60% dibandingkan tahun lalu, dan stok beras di Bulog mencapai 2,5 juta ton," kata Sri Mulyani. Dia juga menambahkan bahwa produksi beras Indonesia diperkirakan mencapai 34,6 juta ton pada musim tanam 2024/2025, menjadikannya sebagai yang tertinggi di ASEAN.
Sektor industri pengolahan, yang berkontribusi 19,3% terhadap perekonomian Indonesia, tumbuh 4,55%. Aktivitas hilirisasi yang semakin berkembang menjadi salah satu faktor utama dalam pertumbuhan sektor ini. Begitu pula dengan sektor perdagangan yang tumbuh 5,03%, serta sektor transportasi dan pergudangan yang mengalami kenaikan 9,01%, yang menunjukkan adanya mobilitas masyarakat yang tinggi.
Investasi dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Namun, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa meskipun sektor-sektor tertentu menunjukkan pertumbuhan positif, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada Q1 2025 hanya tumbuh terbatas 2,12%. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh melambatnya sektor konstruksi, yang tercermin dari penurunan pada investasi bangunan dan sektor terkait.
"Berdasarkan data, sektor konstruksi hanya tumbuh 2,18% pada kuartal pertama tahun ini. Hal ini menunjukkan adanya sikap 'wait and see' dari para investor yang masih mencermati kondisi ekonomi global dan domestik," ungkap Sri Mulyani.
Sektor Pengolahan dan Teknologi Meningkat
Di sisi positif, sektor pengolahan yang melibatkan hilirisasi komoditas, serta sektor jasa informasi dan komunikasi, mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Sektor ini tercatat tumbuh 7,72%, didorong oleh transformasi digital dan penerapan kecerdasan buatan (AI) di berbagai sektor. "Transformasi digital ini mengarah pada peningkatan traffic data dan mendorong pembangunan pusat data yang semakin berkembang," ujar Sri Mulyani.
Sektor pendidikan dan kesehatan juga tercatat menunjukkan pertumbuhan yang baik, masing-masing 5,03% dan 5,78%. Pemerintah telah mengalokasikan belanja negara yang signifikan untuk sektor-sektor ini, seperti Tunjangan Penghasilan Guru (TPG) dan program Indonesia Pintar yang memberikan bantuan kepada pelajar dan mahasiswa. Selain itu, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan pemeriksaan kesehatan gratis juga turut mendorong pertumbuhan sektor kesehatan.
Ekspor dan Sektor Pertambangan
Sektor ekspor Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik pada Q1 2025, dengan pertumbuhan sebesar 6,78%. Ekspor komoditas sawit dan besi baja mencatatkan angka yang cukup signifikan, masing-masing dengan pertumbuhan 36% dan 6,6%. Namun, sektor pertambangan mengalami kontraksi seiring dengan penurunan harga komoditas global yang disebabkan oleh turunnya permintaan di pasar internasional.
Tantangan Global dan Langkah Pemerintah Menghadapi Ketidakpastian
Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa perekonomian global masih menghadapi berbagai tantangan yang cukup besar. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perubahan geopolitik dan ketegangan perdagangan global menjadi tantangan yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pemantauan secara berkala serta upaya mitigasi risiko untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
"Pemerintah juga terus melakukan upaya untuk menjaga kestabilan ekonomi melalui deregulasi dan pembentukan satgas ketenagakerjaan. Kami juga terus mendorong kerja sama multilateral dalam forum internasional seperti G20 dan ADB untuk mencari solusi bersama dalam mengatasi tantangan global," tambah Sri Mulyani.
Meskipun ekonomi Indonesia pada Q1 2025 mengalami pelambatan, Sri Mulyani tetap optimis bahwa perekonomian Indonesia akan mampu menghadapi tantangan yang ada. Pemerintah akan terus menjaga daya beli masyarakat, mendorong transformasi digital, serta memperkuat sektor-sektor penting seperti pertanian, kesehatan, dan pendidikan. Pemerintah juga akan fokus pada pengelolaan APBN untuk memastikan ekonomi tetap tumbuh secara berkelanjutan di tengah ketidakpastian global.
"Realisasi penyerapan anggaran akan dipercepat dan program-program prioritas akan terus diperluas, seperti program makan bergizi gratis dan dukungan untuk sektor perumahan," tutup Sri Mulyani.