JAKARTA - Olahraga adalah kegiatan yang dikenal baik untuk menjaga kesehatan, namun tahukah Anda bahwa tidak semua jenis olahraga aman bagi setiap orang? Dalam beberapa kasus, olahraga yang dilakukan dengan tidak tepat bisa memicu kondisi serius seperti serangan jantung. Hal ini semakin menjadi sorotan pasca meninggalnya Ricky Siahaan, gitaris band Seringai, usai konsernya di Tokyo, Jepang. Ricky meninggal dunia diduga akibat serangan jantung yang terjadi setelah berolahraga. Kondisi tersebut pun menambah urgensi pemahaman masyarakat akan tanda-tanda serangan jantung yang mungkin terjadi pasca berolahraga.
Menurut dr. Dedy Irawan, Sp.JP., dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (FK UMM), olahraga dapat menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya serangan jantung. "Olahraga memang dapat meningkatkan aktivitas jantung, namun tidak semua jenis olahraga menyebabkan kematian. Penyebabnya bisa beragam, dan biasanya berhubungan dengan kesalahan dalam memilih jenis olahraga atau intensitas yang dilakukan," ujarnya.
Pentingnya Menyesuaikan Olahraga dengan Kondisi Tubuh
Olahraga memiliki banyak manfaat, terutama untuk meningkatkan kesehatan jantung. Namun, olahraga yang dilakukan dengan cara yang tidak tepat berisiko besar bagi kesehatan, terutama bagi orang-orang dengan kondisi medis tertentu. dr. Dedy menjelaskan bahwa olahraga yang sesuai dengan kemampuan tubuh sangat penting untuk menghindari masalah serius pada jantung.
"Setiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda. Bagi mereka yang masih muda dan sehat, jenis olahraga yang dilakukan bisa lebih bervariasi, namun bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung, perlu berhati-hati dan memilih olahraga yang lebih ringan," jelasnya.
Bagi individu yang baru memulai aktivitas fisik, dr. Dedy menekankan pentingnya untuk tidak langsung berolahraga dengan intensitas tinggi. "Mulailah dengan olahraga yang ringan dan secara bertahap tingkatkan intensitasnya. Memaksakan diri dengan olahraga berat di awal dapat menyebabkan stres pada jantung, yang pada akhirnya bisa berujung pada serangan jantung," tambahnya.
Dehidrasi dan Gangguan Elektrolit sebagai Pemicu Serangan Jantung
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan saat berolahraga adalah hidrasi yang cukup. Dehidrasi dapat menyebabkan gangguan elektrolit dalam tubuh, yang dapat memengaruhi kestabilan irama jantung. Gangguan irama jantung atau yang sering disebut aritmia, terjadi ketika detak jantung tidak teratur. Kondisi ini berpotensi menyebabkan serangan jantung.
"Ketika kita berolahraga, tubuh mengeluarkan banyak cairan yang harus segera digantikan untuk mencegah dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan elektrolit, yang berdampak pada ritme jantung dan meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung," kata dr. Dedy.
Menurutnya, selain dehidrasi, gangguan struktur jantung juga bisa menjadi pemicu serangan jantung pada saat berolahraga. Gangguan tersebut bisa berupa jantung bocor, penebalan otot jantung, atau pembengkakan otot jantung. Beberapa gangguan jantung ini bisa disebabkan oleh faktor bawaan lahir atau bisa juga akibat penuaan tubuh.
Faktor Risiko Lain yang Dapat Memicu Serangan Jantung
Tidak hanya olahraga yang bisa memengaruhi risiko serangan jantung, namun faktor gaya hidup juga memiliki peran yang besar. Kebiasaan merokok, konsumsi obat-obatan melebihi dosis yang disarankan, dan pola hidup tidak sehat lainnya turut memperburuk kondisi jantung seseorang.
"Penyakit jantung bukan hanya disebabkan oleh olahraga, tetapi lebih kepada gaya hidup dan kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Merokok, mengonsumsi makanan tidak sehat, serta kurangnya aktivitas fisik juga berkontribusi terhadap meningkatnya risiko serangan jantung," tambah dr. Dedy.
Rekomendasi Olahraga untuk Penderita Penyakit Jantung
Bagi mereka yang sudah memiliki riwayat penyakit jantung, melakukan olahraga tentu memerlukan perhatian lebih. dr. Dedy menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh sebelum memulai program olahraga, terutama dengan tes treadmill dan pemeriksaan EKG (Elektrokardiogram). Pemeriksaan ini akan memberikan gambaran mengenai kemampuan fisik seseorang serta seberapa kuat jantung mereka dalam menghadapi aktivitas fisik.
"Sebelum memulai olahraga, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit jantung, penting untuk melakukan medical check-up, termasuk tes treadmill dan EKG. Hal ini untuk menilai kondisi jantung dan menentukan jenis olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuh," ungkapnya.
Hasil pemeriksaan ini biasanya akan dirangkum dalam rekomendasi yang dikenal dengan istilah FITT, yaitu Frequency (frekuensi), Intensity (intensitas), Type (tipe olahraga), dan Time (waktu). "Frekuensi olahraga yang ideal dan seberapa sering kita harus berolahraga dalam seminggu akan ditentukan berdasarkan kondisi jantung kita. Intensitas olahraga juga harus disesuaikan dengan target detak jantung yang aman. Tipe olahraga yang disarankan adalah olahraga aerobik yang dapat meningkatkan detak jantung, dan waktu latihan dimulai dengan durasi 30 menit hingga 40 menit secara bertahap," jelasnya.
Pentingnya Kemampuan Menghadapi Serangan Jantung
Dr. Dedy juga menekankan pentingnya bagi setiap orang untuk mempelajari teknik Bantuan Hidup Dasar (BHD). Pasalnya, serangan jantung bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Mengetahui cara memberikan pertolongan pertama sangat penting untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami serangan jantung.
"Masyarakat perlu tahu bagaimana cara memberikan pertolongan pertama saat menghadapi seseorang yang terkena serangan jantung. Menguasai teknik BHD bisa sangat membantu saat kejadian darurat," ujar dr. Dedy.
Serangan jantung adalah kondisi yang tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi kapan saja, termasuk setelah berolahraga. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami dan mematuhi pedoman olahraga yang aman sesuai dengan kondisi fisik masing-masing. Jika Anda memiliki riwayat penyakit jantung, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter dan melakukan pemeriksaan sebelum memulai aktivitas fisik. Selain itu, perhatikan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kesehatan jantung, seperti hidrasi yang cukup dan gaya hidup sehat.
"Olahraga yang dilakukan dengan bijak dan sesuai kemampuan bisa memberikan manfaat besar bagi kesehatan jantung. Namun, jika dilakukan dengan salah, bisa berisiko besar bagi kesehatan kita," tutup dr. Dedy Irawan.