JAKARTA— PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance/ADMF) terus mencermati perubahan tren di tengah melemahnya daya beli masyarakat. Salah satu fenomena paling mencolok saat ini adalah meningkatnya minat konsumen terhadap pembiayaan kendaraan bekas, menggantikan kendaraan baru yang harganya dinilai makin sulit dijangkau. Merespons hal ini, Adira Finance langsung mengubah strategi bisnis untuk mempertahankan kinerja dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Menurut Chief Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani, pergeseran pola konsumsi yang terjadi bukan tanpa alasan. Ia menyebut bahwa kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih turut mengubah pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian kendaraan.
"Konsumen cenderung lebih mempertimbangkan aspek keterjangkauan harga, yang terlihat dari meningkatnya minat terhadap pembiayaan kendaraan bekas dibandingkan kendaraan baru, karena dinilai lebih ekonomis,” ujar Sylvanus Gani.
Strategi Adaptif Menyikapi Perubahan Pasar
Menanggapi fenomena ini, Adira Finance tidak tinggal diam. Perusahaan langsung melakukan penyesuaian strategi bisnis, termasuk memperkuat penawaran produk pembiayaan kendaraan bekas yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar. Selain itu, Adira juga melakukan ekspansi jaringan distribusi di luar Pulau Jawa untuk menjangkau pasar baru yang potensial.
Digitalisasi juga menjadi kunci dalam transformasi layanan Adira Finance. Sylvanus menyatakan bahwa penguatan platform digital menjadi prioritas perusahaan agar layanan menjadi lebih efisien, mudah diakses, dan tetap kompetitif di tengah era disrupsi teknologi.
"Perusahaan terus memperkuat berbagai inisiatif strategis, antara lain mengoptimalkan potensi jaringan distribusi yang luas, memperkuat sinergi dengan grup, serta melakukan ekspansi ke bisnis non-otomotif,” jelas Sylvanus.
Ekspansi ke Pembiayaan Non-Otomotif
Selain memperkuat lini bisnis utama di sektor otomotif, Adira Finance juga mulai memperluas portofolio pembiayaan non-otomotif seperti produk multiguna dan pembiayaan alat berat. Langkah ini dinilai strategis untuk mendiversifikasi sumber pendapatan dan meminimalkan risiko dari satu sektor tertentu.
Diversifikasi ini juga sejalan dengan tren permintaan di sektor konstruksi dan pertambangan yang membutuhkan alat berat sebagai bagian dari proses operasional mereka. Dengan menyediakan layanan pembiayaan yang menyasar sektor-sektor ini, Adira Finance berharap bisa menangkap peluang pertumbuhan yang lebih besar di masa mendatang.
Kinerja Kuartal I-2025 dan Tantangan Ekonomi
Walaupun menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan, sektor otomotif masih menjadi tulang punggung pembiayaan Adira Finance. Pada kuartal I-2025, sekitar 71% dari total pembiayaan baru masih berasal dari sektor otomotif. Namun demikian, angka pembiayaan ini mencatat penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hingga Maret 2025, Adira Finance membukukan pembiayaan baru senilai Rp7,9 triliun. Angka ini mengalami penurunan dari capaian tahun sebelumnya pada periode yang sama, yang disebabkan oleh perlambatan ekonomi nasional serta penurunan penjualan kendaraan secara umum.
"Jika dibandingkan periode sama tahun lalu, nilai tersebut mengalami penurunan, disebabkan oleh kondisi ekonomi yang masih melemah serta perlambatan penjualan di industri otomotif,” kata Sylvanus.
Mitigasi Risiko dan Penguatan Kualitas Kredit
Di tengah ketatnya kondisi ekonomi, Adira Finance juga melakukan berbagai penyesuaian untuk memastikan kualitas portofolio tetap terjaga. Salah satu langkah strategis adalah memperketat penyaluran pembiayaan sesuai dengan profil risiko, sekaligus meningkatkan efektivitas proses penagihan (koleksi) guna menekan tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF).
"Perusahaan telah melakukan berbagai penyesuaian strategis dalam manajemen risiko untuk menjaga kualitas kredit dan menekan potensi kenaikan NPF," tegas Sylvanus.
Langkah mitigasi risiko ini dianggap penting untuk memastikan Adira tetap sehat secara finansial meskipun berada dalam tekanan eksternal yang cukup tinggi.
Target Pertumbuhan 2025 Tetap Optimistis
Meski kondisi pasar belum sepenuhnya pulih, Adira Finance tetap membidik pertumbuhan pembiayaan baru sebesar 10–15% secara tahunan (year on year/YoY) pada 2025. Optimisme ini didasarkan pada pencapaian sepanjang tahun 2024, di mana Adira berhasil mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp36,6 triliun.
Proyeksi tersebut sejalan dengan strategi perusahaan dalam memperkuat basis konsumen di sektor kendaraan bekas serta perluasan ke segmen pembiayaan non-otomotif. Selain itu, transformasi digital yang terus digalakkan juga diyakini akan mempercepat proses akuisisi pelanggan dan meningkatkan efisiensi operasional.
Kondisi Industri Pembiayaan Nasional
Secara nasional, industri pembiayaan memang sedang berada dalam tren pelambatan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 5,92% YoY menjadi Rp507,02 triliun per Februari 2025.
Angka ini mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada Januari 2025 yang mencapai 6,04% YoY. Bahkan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tren penurunan ini semakin jelas terlihat. Pada Desember 2024, piutang pembiayaan tumbuh 6,92% YoY, turun drastis dibandingkan 13,23% YoY pada Desember 2023.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pelaku industri pembiayaan, termasuk Adira Finance, perlu melakukan adaptasi cepat terhadap dinamika pasar agar tetap relevan dan kompetitif.