JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini bagi masyarakat Sumatera Selatan (Sumsel) terkait potensi cuaca ekstrem yang dipicu oleh transisi musim atau pancaroba. Memasuki bulan April 2025, wilayah Sumsel secara resmi mulai mengalami masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Kondisi cuaca pada masa pancaroba sangat dinamis dan tidak menentu. Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Siswanto, menegaskan bahwa masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai dampak yang mungkin muncul akibat perubahan atmosfer yang cepat.
"Pancaroba ini dicirikan dengan munculnya cuaca yang berubah dalam waktu singkat. Hujan biasanya turun pada siang hingga menjelang malam, diawali dengan udara hangat sejak pagi hari yang menyebabkan atmosfer menjadi sangat labil," ujar Siswanto.
Awan Cumulonimbus Jadi Ancaman Serius
Salah satu fenomena meteorologis yang patut diwaspadai selama pancaroba adalah pembentukan awan cumulonimbus (CB). Awan ini terbentuk karena pemanasan permukaan bumi yang intens pada pagi hingga siang hari, menciptakan kondisi atmosfer yang tidak stabil dan memicu pertumbuhan awan konvektif.
Awan cumulonimbus berpotensi membawa hujan lebat, kilat, angin kencang, bahkan puting beliung dan hujan es, yang merupakan bentuk dari bencana hidrometeorologi.
“Pemanasan permukaan yang intens memicu terbentuknya awan konvektif, terutama awan cumulonimbus, yang dapat menyebabkan hujan lebat disertai kilat, angin kencang, bahkan hujan es atau puting beliung,” jelas Siswanto.
Awan jenis ini memiliki ciri khas yang cukup mudah dikenali, seperti warna hitam keabu-abuan, tinggi dasar awan berkisar antara 450 hingga 600 meter, dengan puncak yang bisa mencapai 9.000 hingga 10.000 meter.
Karakteristik Hujan di Musim Peralihan
BMKG menjelaskan bahwa hujan pada masa peralihan ini umumnya bersifat tidak merata, namun intensitasnya bisa cukup tinggi dalam durasi yang singkat. Meski tidak berlangsung lama, hujan semacam ini tetap berisiko menimbulkan gangguan, khususnya pada aktivitas masyarakat, transportasi, hingga sektor pertanian.
"Hujan dalam durasi pendek dengan intensitas sedang hingga lebat akan sering muncul, bahkan disertai angin kencang dan sambaran petir," ungkap Siswanto.
Perubahan cuaca ekstrem ini juga bisa mengganggu aktivitas penerbangan, pelayaran, dan lalu lintas darat karena potensi genangan dan visibilitas yang terbatas. Oleh karena itu, semua pihak diimbau untuk lebih waspada dan memperhatikan prakiraan cuaca harian dari BMKG.
Masyarakat Diminta Aktif Pantau Informasi Cuaca
Untuk mengurangi dampak negatif dari cuaca ekstrem, masyarakat diminta untuk terus memantau informasi cuaca yang valid melalui kanal resmi BMKG, baik itu melalui aplikasi, situs web, media sosial, atau kontak langsung ke kantor BMKG terdekat.
"Saat masa peralihan ini, masyarakat diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaannya terhadap dampak bencana hidrometeorologi, salah satunya dengan terus memantau update info cuaca melalui kanal resmi BMKG atau bisa kontak langsung dengan kantor BMKG terdekat," tegas Siswanto.
Cuaca Ekstrem Picu Risiko Bencana Hidrometeorologi
Cuaca ekstrem yang sering terjadi di masa pancaroba berpotensi memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, serta kerusakan infrastruktur akibat angin kencang dan sambaran petir.
Kondisi seperti ini biasanya diperparah oleh sistem drainase yang buruk, lingkungan yang kurang bersih, serta bangunan yang tidak tahan terhadap terpaan angin dan petir. Oleh sebab itu, pemerintah daerah dan masyarakat diminta untuk melakukan langkah-langkah antisipatif.
Beberapa langkah mitigasi yang disarankan meliputi:
Membersihkan saluran air dari sampah dan sedimen untuk menghindari banjir mendadak.
Memangkas dahan pohon yang sudah tua atau rapuh agar tidak tumbang saat angin kencang.
Menghindari berteduh di bawah pohon besar saat hujan disertai petir.
Mengamankan benda-benda ringan di luar rumah yang mudah terbawa angin.
Sektor Pertanian dan Transportasi Perlu Antisipasi Lebih Lanjut
Perubahan cuaca yang cepat dan tidak menentu juga berdampak pada sektor pertanian, terutama bagi petani padi dan hortikultura. Curah hujan mendadak dapat menyebabkan kerusakan tanaman atau gagal panen. Oleh karena itu, penyuluh pertanian diminta untuk menyosialisasikan jadwal tanam dan panen yang menyesuaikan dengan kondisi cuaca terkini.
Di sektor transportasi udara dan laut, para operator diimbau agar selalu mengacu pada informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini BMKG sebelum melakukan perjalanan, demi keselamatan awak dan penumpang.
BMKG: April hingga Mei Puncak Pancaroba di Sumsel
Menurut prediksi BMKG, masa pancaroba di wilayah Sumsel diperkirakan akan berlangsung selama April hingga pertengahan Mei 2025, sebelum akhirnya benar-benar masuk ke musim kemarau. Wilayah yang paling terdampak meliputi daerah perkotaan seperti Palembang, serta kawasan dataran tinggi dan perbukitan di bagian barat dan selatan Sumsel.
Warga diharapkan tidak hanya bergantung pada prakiraan cuaca di media sosial yang belum tentu akurat, tetapi juga mengandalkan prediksi resmi dari BMKG yang diperbarui secara berkala.