Kemenkes

Jelang Keberangkatan Haji 2025, Kemenkes Imbau Jemaah Komorbid Bawa Obat dan Jaga Pola Hidup Sehat

Jelang Keberangkatan Haji 2025, Kemenkes Imbau Jemaah Komorbid Bawa Obat dan Jaga Pola Hidup Sehat
Jelang Keberangkatan Haji 2025, Kemenkes Imbau Jemaah Komorbid Bawa Obat dan Jaga Pola Hidup Sehat

JAKARTA - Menjelang keberangkatan jemaah haji Indonesia tahun 2025, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan seluruh calon jemaah, khususnya yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatannya. Salah satu imbauan penting yang disampaikan adalah agar jemaah dengan komorbid membawa obat pribadi dan menjaga pola hidup sehat guna mengantisipasi gangguan kesehatan di Tanah Suci.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, menegaskan bahwa suhu ekstrem di Arab Saudi dan aktivitas fisik yang padat selama pelaksanaan ibadah haji dapat memicu kekambuhan penyakit, terutama pada jemaah dengan kondisi medis tertentu seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.

“Bagi jamaah yang mempunyai riwayat penyakit, diimbau untuk menjaga kesehatannya agar selalu terkendali. Obat yang diresepkan dokter harus tetap dikonsumsi secara teratur sesuai anjuran,” ujar Liliek.

Suhu Ekstrem dan Risiko Dehidrasi

Kondisi iklim di Arab Saudi yang bisa mencapai suhu lebih dari 40 derajat Celcius menjadi salah satu tantangan besar bagi jemaah asal Indonesia. Dehidrasi, kelelahan, serta komplikasi penyakit bawaan berpotensi terjadi apabila jemaah tidak melakukan persiapan fisik dan kesehatan yang optimal.

Oleh karena itu, Kemenkes juga mengimbau jemaah membawa oralit sebagai pencegah dehidrasi, serta memastikan ketersediaan air minum selama berada di luar ruangan. Kegiatan ibadah haji yang cukup padat membutuhkan daya tahan tubuh yang kuat agar pelaksanaan rukun dan wajib haji bisa berjalan lancar.

“Mereka yang sudah rutin minum obat agar tetap menjaga keteraturannya, agar penyakitnya tidak kambuh selama di Tanah Suci,” tambah Liliek.

Persiapan Sejak Sebelum Keberangkatan

Selain membawa obat-obatan dan oralit, jemaah juga diminta untuk mulai membiasakan pola hidup sehat jauh sebelum keberangkatan. Ini termasuk konsumsi makanan bergizi seimbang, memperbanyak buah dan sayur, serta melakukan aktivitas fisik ringan minimal 30 menit per hari.

Langkah ini bukan hanya penting untuk menjaga daya tahan tubuh, tetapi juga membantu proses adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berbeda secara drastis dengan Indonesia.

“Pola hidup sehat perlu dimulai jauh sebelum berangkat. Jangan hanya mengandalkan obat, tapi juga perkuat kondisi tubuh sejak dini,” tegas Liliek.

Pemeriksaan Kesehatan Masih Berlangsung

Hingga pertengahan April 2025, Kemenkes mencatat bahwa proses pemeriksaan kesehatan jemaah haji reguler masih berlangsung. Data resmi mengenai jumlah jemaah dengan penyakit penyerta atau berisiko tinggi belum dirilis karena proses pelunasan biaya haji baru akan ditutup pada 17 April 2025.

“Data hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji belum diolah secara keseluruhan,” ungkap Liliek.

Meski demikian, jemaah yang telah menjalani pemeriksaan awal diharapkan tetap mematuhi saran medis dan menjalani pengobatan rutin agar tetap bugar menjelang dan selama ibadah haji.

Pemantauan Ketat untuk Jemaah Berisiko

Untuk memberikan pelayanan yang optimal, Kementerian Kesehatan juga telah menyiapkan sistem pemantauan kesehatan jemaah yang tergolong berisiko tinggi. Setiap kelompok terbang (kloter) akan mendapatkan perhatian khusus dari tim medis, mulai dari keberangkatan hingga pemulangan ke tanah air.

“Setiap kloter akan diidentifikasi jamaah mana yang memiliki risiko kesehatan paling tinggi, dan akan dilakukan pemantauan secara rutin,” kata Liliek.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mencegah insiden kesehatan yang tidak diinginkan selama pelaksanaan ibadah haji. Selain itu, Kemenkes juga akan menempatkan petugas kesehatan di titik-titik strategis di Arab Saudi untuk memberikan layanan medis cepat tanggap bagi jemaah yang mengalami gangguan kesehatan.

Keberangkatan Dimulai Mei 2025

Menurut Rencana Perjalanan Haji (RPH) tahun 1446 H/2025 M, jemaah haji reguler Indonesia akan mulai masuk asrama haji pada 1 Mei 2025, dan pemberangkatan ke Tanah Suci dijadwalkan pada 2 Mei 2025. Tahun ini, Indonesia mendapatkan kuota sebanyak 221.000 jemaah, dengan masa tinggal rata-rata 41 hari di Arab Saudi.

Dengan waktu persiapan yang semakin singkat, Liliek mengingatkan agar para jemaah segera menyelesaikan seluruh persiapan kesehatan termasuk pemeriksaan lanjutan, vaksinasi, dan pengemasan obat-obatan pribadi dalam wadah yang sesuai.

Edukasi dan Sosialisasi Terus Dilakukan

Sebagai bagian dari upaya preventif, Kemenkes juga menggencarkan sosialisasi kepada calon jemaah haji melalui seminar kesehatan haji, edukasi kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), serta penyebaran informasi melalui media sosial dan kanal resmi lainnya.

Petugas kesehatan di daerah turut berperan aktif mendampingi jemaah dalam memahami kondisi kesehatannya, mengenali tanda-tanda gangguan, serta langkah pertolongan pertama sebelum mendapat bantuan medis lanjutan.

Harapan agar Ibadah Haji Berjalan Lancar

Dengan sistem pemantauan yang diperketat, edukasi kesehatan yang terus ditingkatkan, serta peran aktif petugas medis selama ibadah berlangsung, diharapkan jemaah haji Indonesia dapat menjalankan rangkaian ibadah dengan aman, lancar, dan khusyuk.

Kemenkes pun mengajak keluarga jemaah di tanah air untuk memberikan dukungan moral dan memastikan orang tua atau sanak saudara yang berhaji tetap menjaga rutinitas pengobatan dan mengikuti anjuran medis selama menjalankan ibadah haji.

“Kami berharap seluruh jemaah, khususnya yang memiliki riwayat penyakit, tetap disiplin menjalani pengobatan dan tidak memaksakan diri. Kesehatan adalah kunci utama kelancaran ibadah haji,” pungkas Liliek.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index