JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) menandatangani kesepakatan kerja sama penting dengan perusahaan energi asal Turki, Zorlu Enerji Elektrik Ãœretim A.?, untuk pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di wilayah konsesi panas bumi milik Zorlu Enerji di Turki. Kesepakatan tersebut ditegaskan melalui penandatanganan Joint Study Agreement (JSA) yang menjadi tonggak awal kolaborasi kedua negara dalam memperkuat transisi energi bersih dunia.
Kerja sama ini menjadi bagian dari langkah konkret PGE dalam mendukung ambisi global menuju emisi nol karbon (net zero emission/NZE) sebelum 2060, sejalan dengan strategi energi bersih Indonesia yang memasukkan panas bumi sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional.
Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menjelaskan bahwa kemitraan dengan Zorlu Enerji merupakan upaya untuk memperluas portofolio bisnis PGE sekaligus mendukung transfer teknologi dan penguatan rantai pasok industri panas bumi, baik di dalam negeri maupun internasional.
"Kerja sama ini diharapkan akan membuka peluang untuk mempercepat transfer teknologi, membangun rantai pasok industri panas bumi yang kokoh di dalam negeri, serta dapat menjadi daya tarik investasi pengembangan energi baru dan terbarukan, khususnya bagi Indonesia," ujar Julfi
Tindak Lanjut dari Nota Kerja Sama Bilateral
Kesepakatan ini merupakan implementasi dari Memorandum of Cooperation (MoC) yang sebelumnya ditandatangani antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam Republik Turki. MoC tersebut diteken dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an ke Indonesia pada 12 Februari 2025.
PGE dan Zorlu Enerji sepakat bahwa kolaborasi ini akan menjadi fondasi penting dalam pengembangan energi panas bumi lintas batas, dengan masing-masing pihak berbagi pengalaman, keahlian teknis, dan pemahaman pasar yang berbeda.
"Bagi Indonesia, panas bumi bukan sekadar sumber energi terbarukan, melainkan sudah menjadi aset strategis nasional," tegas Julfi.
Potensi Strategis Indonesia di Sektor Panas Bumi
Indonesia saat ini memiliki cadangan panas bumi yang sangat besar, mencapai sekitar 24 gigawatt (GW), atau hampir 40 persen dari total potensi panas bumi dunia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi panas bumi terbesar secara global, berpeluang menjadi pemimpin dalam pengembangan energi bersih berkelanjutan.
Sebagai anak usaha PT Pertamina (Persero), PGE telah berpengalaman lebih dari 40 tahun dalam eksplorasi dan pengelolaan panas bumi. Saat ini, PGE mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), dengan kapasitas terpasang sebesar 672 megawatt (MW). Perusahaan menargetkan peningkatan kapasitas menjadi 1 gigawatt (GW) dalam dua tahun ke depan, dan 1,7 GW pada tahun 2034.
Tak hanya fokus pada aspek energi listrik, PGE juga mengkaji potensi pemanfaatan panas bumi untuk pengembangan bisnis hijau lainnya atau beyond electricity, termasuk hidrogen hijau, silika, serta kredit karbon.
Turki: Pemain Strategis di Kawasan Eurasia
Zorlu Enerji merupakan salah satu pelaku utama di sektor panas bumi Turki, dengan rekam jejak proyek-proyek besar dan pengalaman teknis mumpuni. Kolaborasi ini diharapkan mampu mempertemukan dua pemimpin kawasan dalam industri panas bumi, menciptakan sinergi yang tidak hanya menguntungkan secara bisnis tetapi juga memperkuat posisi geopolitik energi bersih kedua negara.
Melalui JSA ini, kedua perusahaan akan memulai studi kelayakan dan eksplorasi awal di wilayah izin panas bumi milik Zorlu Enerji, guna mengidentifikasi potensi pengembangan lebih lanjut. Dalam jangka panjang, proyek ini dapat mencakup pembangunan pembangkit listrik, pengembangan teknologi eksplorasi dan produksi, serta studi pemanfaatan produk turunan dari panas bumi.
"Ini merupakan aksi nyata PGE dalam mengakselerasi pemanfaatan panas bumi secara optimal, sekaligus mendorong pengembangan hilirisasi di sektor energi baru dan terbarukan Indonesia," tambah Julfi.
Sinergi Teknologi dan Lingkungan
Dalam roadmap transisi energi nasional dan global, panas bumi menempati posisi strategis karena sifatnya yang stabil dan tidak bergantung pada kondisi cuaca seperti energi surya atau angin. Ketersediaan energi panas bumi secara terus-menerus memberikan jaminan pasokan listrik hijau yang andal dan efisien.
Indonesia memanfaatkan potensi panas bumi tidak hanya untuk domestik, tetapi juga sebagai instrumen diplomasi energi yang membuka peluang kerja sama dengan negara-negara lain. JSA dengan Zorlu Enerji menjadi contoh konkret bagaimana kerja sama internasional di bidang energi terbarukan bisa mempercepat pencapaian target global pengurangan emisi gas rumah kaca.
Julfi menyampaikan bahwa PGE terbuka terhadap kerja sama serupa dengan negara lain yang memiliki visi sejalan, terutama dalam hal pengembangan teknologi, pembiayaan proyek hijau, dan penerapan praktik berkelanjutan.
"Pada kesempatan ini, kedua pihak dapat memperoleh nilai tambah dengan mempelajari pengelolaan panas bumi dan karakter yang berbeda antara Indonesia dan Turki," ujarnya.
Mendukung Agenda Net Zero Emission 2060
Pemerintah Indonesia menargetkan untuk mencapai net zero emission (NZE) sebelum tahun 2060. Dalam peta jalan transisi energi nasional, panas bumi menjadi salah satu pilar utama karena sifatnya yang ramah lingkungan dan jangka panjang.
Dengan cadangan yang melimpah dan pengalaman yang matang, Indonesia tak hanya berkomitmen terhadap pengurangan emisi domestik, tetapi juga ingin menjadi bagian penting dari solusi global atas krisis iklim. Kerja sama seperti antara PGE dan Zorlu Enerji ini diyakini dapat menjadi model untuk proyek-proyek energi terbarukan antarnegara lainnya di masa depan.
Kerja sama antara Pertamina Geothermal Energy dan Zorlu Enerji tidak hanya memperluas cakupan operasional kedua perusahaan, tetapi juga memperkuat kolaborasi energi lintas negara dalam rangka menghadapi tantangan global menuju energi bersih. Melalui kesepakatan ini, Indonesia menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam peta transisi energi dunia, dengan memanfaatkan potensi panas bumi sebagai tulang punggung ekonomi hijau masa depan.