Olahraga

Domino Didukung Jadi Cabang Olahraga Intelektual Bertaraf Internasional

Domino Didukung Jadi Cabang Olahraga Intelektual Bertaraf Internasional
Domino Didukung Jadi Cabang Olahraga Intelektual Bertaraf Internasional

JAKARTA - Permainan domino yang selama ini kerap dicap negatif di Indonesia kini mulai diarahkan menjadi olahraga intelektual yang diakui secara global. Dukungan terhadap transformasi ini mulai menguat seiring makin luasnya cakupan turnamen domino resmi di berbagai negara.

Di Indonesia, domino masih sering dipandang sebagai permainan yang identik dengan perjudian. Stigma tersebut telah lama melekat, sehingga permainan ini kerap diposisikan secara negatif dalam masyarakat. Padahal, secara historis dan praktik, domino memiliki potensi besar sebagai olahraga strategi yang melatih konsentrasi, logika, dan taktik bermain.

Berdasarkan data dari International Domino Sports Alliance (IDSA), turnamen domino telah diselenggarakan secara resmi di lebih dari 30 negara. Organisasi tersebut mencatat bahwa permainan ini telah menjangkau lebih dari lima juta pemain secara kumulatif. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kuba, Republik Dominika, dan Spanyol bahkan rutin menggelar kompetisi tingkat nasional dan internasional yang melibatkan atlet domino profesional.

“Domino sebenarnya adalah olahraga intelektual yang membutuhkan perhitungan, strategi, serta ketenangan. Sayangnya, di Indonesia, persepsi publik terhadap domino masih tertahan pada stigma negatif yang sudah lama melekat,” kata salah satu pengurus komunitas domino nasional yang tak ingin disebutkan namanya.

Upaya untuk mengubah pandangan tersebut pun mulai dilakukan oleh sejumlah pihak di dalam negeri. Salah satunya dengan membentuk organisasi olahraga domino yang terstruktur, mendorong regulasi resmi, hingga menjajaki kemungkinan domino masuk ke dalam cabang olahraga yang diakui Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Beberapa daerah seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan telah mulai menggelar turnamen domino non-komersial untuk memperkenalkan permainan ini sebagai bagian dari budaya dan aktivitas intelektual. Selain itu, domino juga mulai diperkenalkan di sejumlah kampus dan komunitas pelajar, dengan pendekatan edukatif dan kompetitif.

“Langkah awal yang penting adalah membangun kesadaran bahwa domino bukan hanya soal keberuntungan, tapi juga kemampuan berpikir cepat dan merancang strategi,” ujar pengurus lainnya yang aktif menyelenggarakan kegiatan domino di tingkat lokal.

IDSA sendiri mengapresiasi berbagai inisiatif dari negara-negara yang mulai mengubah cara pandang terhadap domino. Dalam salah satu pernyataannya, asosiasi ini menyatakan kesiapannya mendukung pengembangan domino sebagai olahraga intelektual di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Pemerintah daerah dan kementerian terkait pun diharapkan mulai memberikan perhatian terhadap potensi domino, baik dari sisi olahraga prestasi maupun nilai kulturalnya. Hal ini dianggap sejalan dengan semangat pelestarian permainan tradisional sekaligus pembinaan olahraga non-fisik yang dapat menjangkau lintas usia.

“Indonesia memiliki potensi besar untuk menempatkan domino sebagai bagian dari kebanggaan budaya sekaligus olahraga prestasi. Tentu perlu kerja bersama antara komunitas, pemerintah, dan masyarakat luas,” pungkas salah satu tokoh domino nasional.

Dengan semakin meningkatnya eksposur dan dukungan, domino perlahan tapi pasti mulai menapaki jalannya sebagai olahraga intelektual yang berkelas dunia. Transformasi ini diharapkan mampu membuka mata masyarakat bahwa permainan yang selama ini diremehkan sebenarnya memiliki nilai tinggi, baik secara budaya maupun edukasi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index