Saham

Prospek Cerah Saham CPIN dan JPFA di 2025, Harga DOC Sesuai Ekspektasi, Broiler Masih Tertekan

Prospek Cerah Saham CPIN dan JPFA di 2025, Harga DOC Sesuai Ekspektasi, Broiler Masih Tertekan

JAKARTA - Kinerja positif yang dicatat oleh dua raksasa agribisnis nasional, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), sepanjang tahun 2024 menjadi landasan kuat bagi prospek saham keduanya di tahun 2025. Para pelaku pasar dan analis optimistis, tren pertumbuhan ini akan berlanjut meski dihadapkan pada tantangan fluktuasi harga komoditas, khususnya pada sektor perunggasan.

Pada awal 2025, dinamika harga pasar untuk produk utama seperti anak ayam usia sehari (day old chicks/DOC) dan ayam pedaging (broiler) menunjukkan pergerakan yang variatif. Data terakhir pada Februari 2025 mencatat, harga DOC bergerak sesuai ekspektasi pasar. Sebaliknya, harga ayam broiler terpantau masih berada di bawah estimasi yang diharapkan pelaku usaha.

"Harga rata-rata DOC berada pada kisaran yang sesuai dengan prediksi awal tahun, sehingga memberikan sentimen positif terhadap keberlanjutan produksi dan distribusi di sektor peternakan ayam," ujar analis pasar saham dari Mirae Asset Sekuritas, Andy Kurniawan.

Namun, Andy juga mencatat adanya tekanan yang signifikan pada harga broiler yang belum mencapai target. "Harga broiler memang masih tertekan akibat pasokan yang cukup tinggi di tengah permintaan yang cenderung stagnan pasca periode Natal dan Tahun Baru. Kondisi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi emiten di sektor ini," tambahnya.

Optimisme investor terhadap JPFA dan CPIN tak lepas dari rekam jejak keduanya dalam mengelola fluktuasi pasar dengan strategi yang adaptif. Di sepanjang 2024, JPFA membukukan pertumbuhan pendapatan yang solid, didukung oleh ekspansi bisnis pakan ternak dan produk olahan berbasis protein hewani.

Sementara itu, CPIN juga mencatatkan kinerja cemerlang dengan peningkatan signifikan pada lini bisnis makanan olahan serta penetrasi pasar ekspor. "Kami melihat fundamental CPIN yang semakin kuat, terutama dengan diversifikasi produk yang mampu menambah ketahanan bisnis di tengah tantangan harga broiler," jelas Andy.

Dari sisi kebijakan pemerintah, dukungan terhadap stabilisasi harga bahan baku pakan serta pengendalian impor produk peternakan menjadi faktor penting dalam menopang industri perunggasan nasional. Selain itu, program penguatan peternak mandiri yang terus digencarkan juga memberikan dampak positif terhadap rantai pasok sektor ini.

"Pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas harga jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak, sekaligus memperkuat sinergi antara pelaku usaha besar dengan peternak rakyat," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah.

Dari perspektif pasar modal, saham JPFA dan CPIN dipandang menarik bagi investor yang mengincar sektor konsumer berbasis kebutuhan pokok. Sepanjang kuartal pertama 2025, aksi beli investor asing terhadap kedua saham ini tercatat mengalami peningkatan, mencerminkan kepercayaan pasar terhadap prospek jangka menengah.

Menurut data Bursa Efek Indonesia, saham CPIN diperdagangkan pada kisaran Rp 6.200 per lembar saham, sementara JPFA bertengger di level Rp 1.550 per saham pada akhir Maret 2025. Keduanya mencatatkan kenaikan moderat dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya.

"Sentimen positif terhadap JPFA dan CPIN diperkuat oleh ekspektasi pemulihan daya beli masyarakat serta proyeksi pertumbuhan konsumsi protein hewani pasca Idul Fitri," ungkap Andy Kurniawan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan, dengan potensi penurunan biaya produksi seiring stabilnya harga bahan baku pakan, margin keuntungan emiten sektor perunggasan diperkirakan akan membaik pada semester kedua 2025.

Tak hanya itu, kedua perusahaan juga gencar melakukan inovasi teknologi dalam proses produksi dan distribusi. Digitalisasi sistem logistik dan pemanfaatan big data untuk memprediksi tren pasar menjadi fokus utama untuk meningkatkan efisiensi operasional.

"Kami terus melakukan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas produk agar tetap kompetitif, baik di pasar domestik maupun internasional," ujar perwakilan manajemen CPIN dalam laporan tahunan perusahaan.

Melihat berbagai faktor tersebut, para analis sepakat bahwa saham JPFA dan CPIN layak menjadi pilihan dalam portofolio investasi jangka menengah hingga panjang. Kendati demikian, investor tetap disarankan untuk mencermati perkembangan harga komoditas dan dinamika permintaan pasar domestik yang dapat memengaruhi kinerja emiten di sektor agribisnis ini.

Sebagai penutup, Andy Kurniawan memberikan catatan penting bagi investor, "Pergerakan saham JPFA dan CPIN memang sangat dipengaruhi oleh volatilitas harga produk utama mereka. Namun, dengan fundamental yang solid dan prospek permintaan yang terus bertumbuh, keduanya tetap menjadi saham unggulan di sektor konsumer agribisnis tahun ini."

Dengan proyeksi pertumbuhan yang menjanjikan dan dukungan dari kebijakan pemerintah serta strategi bisnis yang adaptif, JPFA dan CPIN diprediksi akan terus melaju di 2025. Para investor pun diimbau untuk terus memantau perkembangan industri ini guna memaksimalkan potensi keuntungan dari portofolio mereka.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index