JAKARTA - Klub Premier League, Southampton, tengah berada di ambang mencatatkan rekor yang tidak diinginkan sebagai tim yang terdegradasi paling cepat dalam sejarah kompetisi kasta tertinggi Inggris. Di musim 2024/2025 ini, The Saints harus berjuang keras untuk bertahan, setelah serangkaian hasil buruk yang terus menjerumuskan mereka ke dasar klasemen.
Southampton, yang kini dilatih oleh Ivan Juric, gagal menghentikan tren negatif yang membayangi tim sepanjang musim. "Kami berusaha untuk tetap fokus di setiap pertandingan, tetapi tekanan semakin besar. Kami harus bekerja lebih keras untuk memperbaiki situasi ini," ujar Juric,Sabtu 5 April 2025.
Dalam laga terbaru, Southampton hanya mampu bermain imbang dalam pertandingan dramatis melawan Crystal Palace di tengah pekan. Hasil tersebut memang berhasil menghentikan rentetan enam kekalahan beruntun yang sebelumnya diderita oleh The Saints. Namun, hasil seri itu belum cukup untuk mengubah nasib mereka di klasemen sementara.
Saat ini, Southampton terpuruk di posisi paling bawah klasemen Premier League dengan selisih poin yang sangat jauh dari zona aman. Jika tidak ada perubahan signifikan dalam performa mereka dalam delapan pertandingan tersisa, tim ini dipastikan kembali terdegradasi ke Championship, kompetisi kasta kedua Liga Inggris.
"Kami harus percaya pada peluang kami, sekecil apapun itu. Sepak bola selalu penuh kejutan, dan kami akan terus berjuang hingga pertandingan terakhir," tegas Juric, yang tetap memompa semangat anak asuhnya meski situasi semakin sulit.
Southampton musim ini mengalami penurunan performa yang drastis dibandingkan musim-musim sebelumnya. Tim ini hanya mampu mengumpulkan sedikit poin dari total 30 laga yang sudah mereka jalani. Barisan pertahanan yang rapuh serta lini serang yang tumpul menjadi faktor utama yang menyeret mereka ke jurang degradasi.
Selain itu, jadwal yang tidak bersahabat di sisa musim juga menambah berat perjuangan Southampton. Mereka masih harus menghadapi tim-tim kuat seperti Manchester City, Liverpool, dan Arsenal. Tanpa perbaikan signifikan, Southampton terancam menutup musim ini dengan hasil paling buruk dalam sejarah mereka di Premier League.
Ivan Juric sendiri, yang baru ditunjuk sebagai manajer di awal musim ini, diharapkan mampu membawa angin segar bagi The Saints. Namun, kenyataan berkata lain. Pelatih asal Kroasia tersebut justru kesulitan mengangkat performa tim sejak awal kompetisi. Strategi yang belum matang serta minimnya kreativitas dalam menyerang menjadi sorotan tajam para pengamat sepak bola.
"Kehilangan konsistensi adalah masalah terbesar Southampton. Mereka kesulitan membangun momentum, dan setiap kekalahan semakin mengikis kepercayaan diri pemain," ujar salah satu analis sepak bola Liga Inggris.
Tekanan yang menghantui Southampton semakin berat dengan meningkatnya persaingan di papan bawah klasemen. Klub-klub pesaing mereka dalam upaya keluar dari zona degradasi seperti Nottingham Forest dan Everton mulai menunjukkan perbaikan performa. Jika Southampton gagal memanfaatkan delapan pertandingan tersisa, rekor buruk sebagai tim pertama yang terdegradasi paling cepat sepanjang sejarah Premier League tampaknya tidak terhindarkan.
Southampton sebenarnya bukan pendatang baru dalam urusan bertahan di Premier League. Klub ini memiliki sejarah panjang sebagai salah satu tim yang cukup stabil di kasta tertinggi, bahkan sempat tampil mengesankan dalam beberapa musim terakhir. Namun, musim ini menjadi pengecualian pahit bagi para pendukung setia The Saints.
"Kami sangat kecewa dengan hasil-hasil yang kami dapatkan, tetapi ini belum berakhir. Kami akan terus berjuang, untuk klub dan untuk para suporter," ujar kapten tim, James Ward-Prowse, yang tetap menunjukkan loyalitas dan semangat tinggi di tengah keterpurukan timnya.
Para pendukung Southampton pun dihadapkan pada kenyataan pahit melihat klub kesayangannya terancam terdegradasi lebih awal dari yang diperkirakan. Meskipun demikian, mereka tetap memberikan dukungan penuh, berharap keajaiban bisa terjadi menjelang akhir musim.
"Kami masih percaya pada tim ini. Selama masih ada peluang, kami akan terus mendukung mereka dengan sepenuh hati," kata salah seorang fans Southampton.
Dengan sisa waktu yang semakin menipis, Southampton dituntut untuk segera bangkit dan mengamankan poin demi poin dari pertandingan-pertandingan krusial berikutnya. Jika tidak, catatan kelam sebagai tim dengan degradasi tercepat dalam sejarah Premier League akan menghantui mereka untuk waktu yang lama.
Musim ini menjadi pelajaran berharga bagi manajemen Southampton dalam menghadapi tantangan berat di liga paling kompetitif di dunia. Keputusan-keputusan penting, baik dalam hal strategi permainan maupun transfer pemain, akan sangat menentukan masa depan klub ini.
Southampton masih memiliki delapan laga tersisa untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah tim yang mudah menyerah. Dalam dunia sepak bola, selama peluit panjang belum dibunyikan, harapan selalu ada. Namun, jika tidak ada perubahan signifikan, Southampton harus bersiap untuk mengucapkan selamat tinggal lebih awal pada Premier League musim ini.